39. KEBAKARAN & LEDAKAN DI KANTOR ARVIN

8 1 0
                                    

Aldi dan Devan yang sedang menginvestigasi lokasi kejadian ledakan di salah satu sekolah dasar, terlihat sedang duduk berhadapan dengan salah satu guru yang di yakini adalah Kepala Sekolah di sana.

Mereka berniat untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait insiden ledakan yang menewaskan setidaknya ±20 orang termasuk siswa-siswi yang ada di sana.

Kepala Sekolah yang saat itu sudah keluar dari kawasan sekolah terpaksa harus putar balik untuk mengecek kondisi sekolah pasca ledakan bom tersebut.

"Maaf sebelumnya. Apakah sebelum insiden ledakan ini kalian menemukan hal-hal mencurigakan?" tanya Aldi.

"Sama sekali tidak. Proses belajar mengajar juga berjalan dengan lancar," jawab Pak Bambang.

"Menurut hasil investigasi yang saya dapatkan berdasarkan bukti-bukti yang ada kamera CCTV di sekolah ini di temukan dalam keadaan tidak berfungsi," tutur Aldi.

"Tidak berfungsi? Maksudnya?" tanya Pak Bambang.

"Kamera pengawas di sekolah ini sudah di retas oleh seseorang. Dan mungkin itu adalah ulah dari orang itu agar pergerakannya tidak di ketahui oleh orang-orang," jelas Aldi.

"Sederhananya begini. Jika ini adalah perbuatan orang asing sangat tidak memungkinkan dia bisa semudah itu untuk masuk ke sekolah ini. Apalagi sekolah ini memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi. Mungkin bisa jadi dia bermain dengan orang dalam atau alasan lain," sambung Devan.

"Orang dalam? Tidak mungkin ada orang dalam yang bekerjasama dengan orang luar untuk melakukan hal ini. Sedangkan guru-guru yang masih ada di sekolah ini di temukan dalam keadaan kritis," ucap Pak Bambang.

"Apa saya boleh melihat daftar nama-nama guru di sekolah ini?" tanya Aldi.

"Boleh. Sebentar saya ambilkan," jawab Pak Bambang.

Kepala Sekolah tersebut langsung bangkit dari posisinya dan berjalan menghampiri rak-rak buku yang ada di sana.

"Al lo ngerasa nggak kalau tingkat kriminalitas di kota ini semakin meningkat semenjak kita mengungkit kasus Hanna?" tanya Devan.

"Maksud lo?" tanya Aldi balik.

"Coba lo fikir-fikir ulang. Semenjak lo sama Anna membuka kasus Hanna, kalian di teror. Dan bersamaan dengan hadirnya peneror itu tingkat kriminalitas di kota ini juga semakin meningkat," jelas Devan.

"Eh?" ucap Aldi.

"Di mulai dari kecelakaan Anna, putri pengacara ternama, putri Duta Besar Amerika dan sekarang cucu dari Pak Arya. Rata-rata semua korbannya itu adalah petinggi-petinggi negara dan pengusaha-pengusaha sukses," ucap Devan.

"Shit. Lo ada benernya juga. Sial kenapa gue nggak mikir sampe ke sana?" ucap Aldi.

"Putri pengacara ternama itu kan kerja di kantornya Galang," ucap Devan.

"Eh? Seriusan lo?" tanya Aldi.

"Seriusan gue. Dia sekretaris di kantornya Galang," jawab Devan.

"Tapi kasus itu udah di tutup kan karna pelakunya juga udah ketangkep dan dia mengakui kalau emang itu perbuatan dia," ucap Aldi.

"Iya gue tau soal itu. Tapi lo ngerasa kan kalau semua kejahatan di kota ini tuh mengincar keluarga-keluarga dari orang ternama?" ucap Devan.

"Kalau gue liat-liat dari kasusnya sih iya. Semua korban itu anggota keluarga dari orang-orang penting dan ternama," ucap Aldi.

Percakapan mereka terhenti saat Pak Bambang kembali menghampiri mereka dengan membawa berkas yang berisikan data diri dari masing-masing guru yang ada di sana.

WHO ARE YOU? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang