23. PETRA & KEBUCINAN GAVIN ANNA

14 1 0
                                    

🖤 Happy Reading 🖤

Di sudut sebuah cafe, terlihat seorang pria dan wanita yang sedang duduk berdua berhadapan. Di depan mereka juga sudah ditemani segelas minuman dingin. Pria tersebut terlihat memandang ke arah luar jendela dengan pandangan kosongnya.

Kedua tangannya menyilang di dada. Seperti ada yang sedang dia fikirkan. Entahlah. Belakangan ini dia jadi lebih senang melamun dan menyendiri bahkan enggan untuk sekedar bercanda saja dengan orang lain.

Gadis di depannya ini menyesap minumannya lalu kembali meletakkan gelasnya dan memandang pria yang ada di depannya ini dengan pandangan datar.

"Terus gimana? Lo bakalan terus kayak gini sama dia?" tanya Sheilla.

Sedikit perkenalan untuk Sheilla.
Dia memiliki nama asli Sheilla Yuanita Maheswara, dia adalah putri bungsu dari Pak Rizal atasan mereka di kantor. Sheilla sendiri sudah lama mengenal bagaimana Aldi.

Sebab saat Aldi melamar pekerjaan di kantor tersebut, Sheilla lah yang bertugas mengawasinya saat masih masa trainee dan pada saat interview, Sheilla jugalah yang meng-interview Aldi.

Aldi menghela nafasnya lalu beralih menatap gadis yang ada di depannya ini. "Entahlah gue juga nggak tau. Sebenarnya gue juga nggak tega kayak gini sama dia. Tapi----"

"Lo terlanjur cemburu dan sakit hati sama dia karena dia udah punya hubungan sama Gavin. Iya kan?" sambung Sheilla.

Aldi menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Sheilla. "Lo bayangin aja. Lo tau sendiri kan gimana gue sama dia? Kita selalu berdua ke mana pun. Setiap menyelesaikan kasus juga kami selalu berdua. Gue yang selalu ada di saat gimana pun dia. Gue yang selalu lindungin dia tapi malah kayak gini yang gue dapetin," ucap Aldi.

"Al gue tau gimana perasaan lo. Gue tau tentang lo sama Anna dulu gimana. Cuma kan posisinya Anna juga nggak tau kalau lo juga suka sama dia. Dia juga mungkin taunya sekarang karena lo ngeluarin semua isi hati lo sama dia," ucap Sheilla.

"Apa dia nggak bisa ngeliat dari gimana cara gue mandang dia? Apa dia nggak bisa liat dari gimana cara gue memperlakukan dia, melindungi dia, apa itu kurang cukup? Apa gue harus mati dulu supaya dia ngerti?" ucap Aldi.

"Apa-apaan sih lo ngomong kayak gitu. Gue nggak suka ya sama kata-kata lo yang terakhir," ucap Sheilla.

"Terus sekarang apa yang harus gue buat? Cuma berdiam diri? Nonton kebahagiaan mereka sedangkan gue di sini yang di buang? Anna berubah sekarang. Udah bukan kayak Anna yang gue kenal dulu," ucap Aldi.

Sheilla menaikkan sebelah alisnya lalu meneguk minumannya dan kembali meletakkan gelas tersebut. "Berubah gimana maksud lo?" tanya Sheilla.

"Berubah. Dia jadi lebih asik sama dunia barunya tanpa mikirin gue. Di saat dia lagi bahagia gue liat dia sama sekali nggak nolehin kepalanya ke arah gue bahkan sekedar ngelirik aja dia sama sekali nggak pernah," ucap Aldi.

"Terus cuma karena masalah itu lo sampe harus diemin dia selama ini? Hm?" tanya Sheilla.

Aldi menghela nafasnya dengan perlahan lalu menyilangkan kedua tangannya di dada. "Kalau gue baikan lagi sama dia itu sama aja kayak gue ngulang kesalahan yang sama. Sama aja itu bakalan ngebuat gue susah untuk ngelupain dia. Lo tau? Anna itu cinta pertama gue," ucap Aldi.

"Cinta pertama lo?" tanya Sheilla.

"Iya dia cinta pertama gue. Lo tau? Seumur hidup gue selalu lari dari yang namanya cinta bahkan berniat untuk nggak berurusan sama yang namanya cinta. Tapi ketemu sama Anna rasanya prinsip gue buyar seketika. Anna terlalu sempurna untuk disia-siain," jelas Aldi.

WHO ARE YOU? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang