42. PETRA & LEDAKAN MOBIL ALDI

6 1 0
                                    

Galang mengerjapkan matanya selama beberapa kali. Dia kembali tersadar setelah beberapa waktu lalu tidak sadarkan diri. Justru hal aneh terjadi pada Galang saat dirinya sudah tersadar dari pingsannya.

"Syukurlah lo udah bang--"

Brukkk.

"Pergi lo! Jangan deketin gue!! Pergi lo Hanna!!" teriak Galang.

Orang yang tadi sempat di dorong oleh Galang justru kaget karna tiba-tiba pria itu mendorong dirinya dan menyebut nama Hanna. Seolah-olah dirinya seperti sedang melihat sesuatu.

"Bg Galang?" Gavin menyentuh bahu Galang secara perlahan dengan niat agar Kakaknya tersebut tidak terkejut. "Bang ini gue Gavin. Gue Gavin Adek lo. Bukan Hanna," ucap Gavin.

Galang menatap ke arah Gavin dengan tatapan kosong serta nafas yang terlihat sangat memburu.

"Arghh!" pekik Galang.

Pria tersebut langsung menundukkan kepalanya lalu mengusap wajahnya dengan kasar lalu menyisir rambutnya ke belakang.

"Bg Galang," panggil Gavin dengan hati-hati.

Pria itu hanya berdeham singkat dengan tetap pada posisinya.

"Bang are you okay? Apa terjadi sesuatu di sini?" tanya Gavin.

"I'm okay." Galang langsung mengangkat wajahnya lalu menatap ke arah Gavin. "Sejak kapan lo di sini?" ucap Galang.

"Baru aja. Tadi gue sehabis meeting sama client terus gue niatnya mau mampir. Sewaktu gue dateng pintu ruangan lo malah di kunci dari dalam. Bang ada apa sebenarnya?" ucap Gavin.

"Enggak. Nggak ada apa-apa," ucap Galang.

"Nggak ada apa-apanya gimana? Lo tau nggak Bang? Tadi tuh lo hampir aja mati karna kelilit Bang," ucap Gavin.

"Kelilit?" tanya Galang.

"Iya. Di sana." Gavin menunjuk ke arah gorden yang menutupi pintu balkon ruangan Galang. "Lo kelilit di sana dan hampir aja mati Bang. Dan pas sadar juga lo malah dorong gue terus nyebut nama Hanna," jelas Gavin.

"Nggak tau kenapa akhir-akhir ini fikiran gue kacau Vin. Hanna terus-terusan ganggu fikiran gue," ucap Galang.

"Terus? Soal kelilit? Itu ceritanya gimana? Lo lagi nggak ngerencanain sesuatu yang gila kan Bang?" tanya Gavin.

"Astaga. Ya tentu enggaklah. Mana mungkin gue ngelakuin hal gila yang bisa merenggut nyawa gue sendiri," jawab Galang.

"Terus kenapa bisa?" tanya Gavin.

"Gue bingung mau mulai dari mana. Gue ceritain juga takutnya lo malah nggak percaya," ucap Galang.

"Kalau ada yang mau diceritakin, ceritain aja sekarang. Dari pada di simpan-simpan sendiri. Nggak baik nyimpan masalah sendiri. Gue ini Adek lo," ucap Gavin.

"Tadi entah gue halusinasi atau gimana Hanna dateng. Dia nyerang gue sampe ngebuat gue di lilit sama kain gorden itu," ujar Galang.

"Hanna? Nyerang lo Bang?" Gavin menaikkan sebelah alisnya mendengar penuturan Abangnya barusan. "Lo lagi nggak dalam pengaruh alkohol kan Bang?" tanya Gavin.

"Enggak Gavin. Udah berapa hari ini Hanna terus datang. Seolah-olah nyerang gue bahkan berniat mau membunuh gue," jawab Galang.

"Hanna itu udah meninggal Bang. Jadi nggak mungkin dia bisa nyamperin lo terus berniat mau membunuh lo. Impossible banget Bang. Jangan bercanda," ucap Gavin.

"Yang bercanda juga siapa Gavin? Gue nggak pernah bercanda soal yang kayak gini. Gue ngomong sesuai dengan apa yang gue rasain," ucap Galang.

"Kalau emang Hanna sering neror lo, apa motif dia coba Bang?" ucap Gavin.

WHO ARE YOU? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang