30. ALDI, BELLA, MASA LALU BELLA

12 1 0
                                    


"Sebelum aku mencintai dia aku sama sekali tidak pernah meminta syarat padanya untuk kembali mencintaiku."
-
-
-

Gavin terduduk di lantai sembari menyisir rambutnya ke belakang dan menundukkan kepalanya.

"Astaga. Kenapa gue harus mimpi kayak gitu tentang Anna? Apa dia beneran bakalan pergi? Enggak enggak enggak. Tolong jangan ambil dia. Gue belum siap kehilangan dia. Tolong selamatkan dia Tuhan. Kalau harus menukarkan nyawaku untuknya aku rela," batin Gavin.

Satu pukulan pelan mendarat di bahu Gavin. Dia langsung mengangkat kepalanya mencoba untuk melihat siapa orang yang sudah mengganggu dirinya saat ini.

Seorang Suster dengan sebuah papan dan beberapa lembar kertas menatap Gavin dengan pandangan bingung.

"Tuan? Anda baik-baik saja?"

Gavin langsung berdiri membenarkan kemejanya lalu kembali menatap ke arah suster tersebut. "Tidak. Aku tidak apa," ucap Gavin.

"Anda tidak pulang Tuan?"

"Kenapa? Kau mengusirku?" ucap Gavin memandang datar pada Suster di depannya ini.

"Bu-bukan begitu maksud saya Tuan. Hanya saja ini sudah larut malam." Suster tersebut hanya menundukkan kepalanya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Larut malam?" batin Gavin.

Pria tersebut langsung beralih menatap ke arah jam tangannya lalu menghela nafasnya. "Sudah pukul 9 malam. Berarti aku sudah sangat lama tertidur di sini," ucap Gavin mengusap wajahnya dengan kasar.

"Anda tertidur di sini sejak tadi siang Tuan."

"Kenapa kalian tidak ada yang membangunkanku?" tanya Gavin sembari mengendurkan dasi di lehernya.

"Kami tidak mau membangunkan Tuan. Karena sepertinya Tuan terlihat sangat lelah sekali. Kami tidak mau mengganggu waktu istirahat anda."

Gavin menghela nafasnya lalu beralih menatap ke arah ruangan Anna. "Iya aku memang lelah sekali hari ini. Pekerjaan kantor membuatku pusing," ucap Gavin memijit pelipisnya pelan.

"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu."

Suster tersebut langsung berlalu pergi meninggalkan Gavin di sana.

"An aku kecapean dan ternyata ketiduran di sini. Aku sendiri nggak tau udah berapa lama aku idur di sini. Aku pulang dulu ya Anna? Besok aku kemari lagi nemenin kamu. Aku tau kamu pasti kuat. Bertahan demi orang tua kamu, Kakak kamu dan aku ya? Tolong jangan pergi dulu. Aku belum siap kehilangan kamu. You're strong. I know it. Semuanya bakalan baik-baik aja sayang. Aku tau kamu kuat," ucap Gavin lirih.

Gavin menutup mulutnya dengan kelima jarinya lalu kembali menempelkannya di dinding kaca ruangan Anna. "Aku sayang kamu Anna. Meskipun aku sekarang nggak bisa ketemu sama kamu. Dan kamu nggak bisa liat aku. Tapi aku tau. Pendengaran kamu masih berfungsi dengan baik. Kamu pasti denger kata-kata aku. Aku pulang ya? Sampai bertemu besok my litle fairy. Aku sayang kamu," ucap Gavin lalu pergi.

Hancur? Sudah pasti.

Sakit? Sudah pasti.

Itulah yang saat ini sedang dirasakan oleh Gavin. Jika dengan harus menukarkan nyawanya untuk Anna agar Anna kembali dia rela.

Apakah takdir adil?

Entah kenapa Gavin merasa takdir seolah tidak pernah berpihak padanya. Takdir selalu tidak pernah adil padanya. Bahkan dia merasa takdir seperti sedang mempermainkannya saat ini.

WHO ARE YOU? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang