43. GAVIN & PETRA

11 1 0
                                    

Devan serta Aldi saat ini sudah berada di rumah sakit tempat Anna, Arvin, dan Allan di rawat. Anna sempat memberi kabar pada Aldi jika saat ini Arvin sudah siuman dari insiden ledakan di depan kantornya kemarin.

Insiden ledakan yang nyaris membuat nyawa dan staffnya menghilang. Untuk Arvin sendiri, dia harus mengalami luka yang cukup serius di bagian kepala sebab dirinya harus terlempar dan terbentur dengan tiang bangunan kantornya.

Sedangkan staffnya hanya mengalami sedikit luka di bagian dahi dan mengalami sedikit trauma.

"Gimana keadaan lo sekarang Bang?" tanya Devan.

"Gue udah baik-baik aja kok Van. Cuma badan gue masih sedikit sakit aja," jawab Arvin.

"Emang kejadian rincinya gimana Bang?" tanya Devan.

"Gue nggak tau pasti gimana kejadian pastinya. Yang jelas waktu itu gue habis aja kelar meeting sama client gue. Pas gue mau masuk gue ngeliat ada tas warna hitam di depan kantor gue. Gue fikir tadinya itu tas salah satu staff gue. Pas gue tanyain sama mereka satu persatu nggak ada yang ngaku. Dan lo tau? Pas gue cek isinya bom dan sisa waktunya itu tinggal 5 detik lagi. Belum sempat gue lari bom itu udah meledak. Alhasil gue kena efek ledakan itu," jelas Arvin.

"Penjelasan lo sama kayak penjelasan Anna. Anna juga ngeliatnya kayak gitu Bang," ucap Aldi.

Arvin langsung mengalihkan pandangannya ke arah Anna yang saat ini sedang berada di sebelahnya. "Beneran An?" tanya Arvin.

Anna menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan Arvin. "Iya Bang. Gue udah liat semalam gimana kronologinya. Dan sama persis kayak yang Abang ceritain barusan," jawab Anna.

"Staff lo nggak ada satu pun yang curiga sama tas itu sebelum lo yang nemuin Bang?" tanya Aldi.

"Nggak ada. Mereka bilang sebelumnya tas itu nggak ada. Berarti tas itu baru aja ada di depan kantor gue," jawab Arvin.

"Dia orang yang sama. Orang yang juga neror kita semua," ucap Anna.

"Dan kemarin malam gue sama Bella hampir aja lewat gara-gara kecelakaan," ucap Devan.

"Hah? Emang kalian kenapa?" tanya Allan.

"Pas gue sama Ara pulang. Awalnya itu baik-baik aja. Nggak ada yang salah sedikit pun. Tiba-tiba aja ada suara tembakan yang kita sendiri juga nggak tau asalnya dari mana. Sesudah tembakan itu mobil gue hilang kendali. Dan gue sengaja banting setir ke pohon yang ada di pinggiran jalan," jelas Devan.

"Terus lo berdua nggak apa-apa kan? Nggak ada luka yang serius kan?" tanya Allan.

"Nggak ada. Cuma benturan doang," jawab Devan.

"Orang yang sama?" tanya Anna.

"Iya dia juga orangnya. Untung aja Aldi masih di jalan. Kalau enggak bingung gue mau minta tolong sama siapa. Tapi sebelum kecelakaan itu sewaktu gue masih di kantornya Ara ada orang yang neror gue. Dia ngelempar gue pake batu, ucap Devan.

"Pake batu?" tanya Arvin.

"Iya pake batu dan itu ada pesannya," jawab Devan.

"Apa pesannya?" tanya Allan.

"Dia bilang ini akibat karna gue ikut campur sama masalah dia. Dan dia juga ngasih gue peringatan untuk nggak terlalu jauh nyari tau tentang siapa dia," jawab Devan.

"Shit. Berarti dia selalu tau apa aja yang kita bicarain," ucap Allan.

"Dia pintar. Bisa menghilang dan muncul secara tiba-tiba. Bikin kekacauan terus ngilang lagi. Tapi dia nggak bisa mengelabui gue," ucap Anna.

WHO ARE YOU? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang