26. TEROR DI KANTOR GALANG

14 1 0
                                    


"Kenapa kenangan kelam yang sudah ku kubur jauh-jauh sekarang muncul lagi di kehidupanku?"
-
-
-

🖤 Happy Reading 🖤

"Hai Ara. Apa kabar?"

Damn!

Seketika saja Bella kembali teringat dengan kenangan lamanya. Seluruh memori manisnya di masa lalu kembali berputar seperti sebuah film. Nama panggilan itu.

Sudah sangat lama rasanya Bella tidak pernah mendengar seseorang memanggilnya dengan sebutan nama tersebut. Yang dia ingat, orang yang memanggilnya dengan sebutan Ara adalah Devita, Cellina, Violla, Aji, Elvan, Farel, Miko, Rasya dan Devan.

Oh ya jangan lupakan soal Devan. Bagaimana pun juga Devan pernah menjadi bagian dari masa lalu Bella yang cukup pahit dan kelam.

Gadis berambut coklat gelap ini terlihat mematung memandang orang yang ada di hadapannya saat ini.

Pandangannya terlihat kosong. Itu terlihat dari bagaimana cara Bella sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari orang yang ada di depannya saat ini.

Lama kelamaan pandangannya berubah menjadi sendu. Jujur dia akui. Bella masih merindukan sosok orang yang ada di depannya ini. Wajahnya. Senyumannya. Sama sekali tidak berubah saat terakhir kali Bella melihatnya.

Pasalnya, orang ini adalah the first love Bella.

Orang yang pernah mengisi masa-masa indah Bella dulu saat di Jerman. Bahkan kembalinya Bella ke Jakarta itu adalah untuk melupakan semua kenangannya di sana.

Mencoba untuk menghapus segala kenangannya bersama pria yang berhasil membuatnya hancur untuk pertama kalinya.

And now?

Kenangan tersebut kembali hadir di hidup Bella. Seakan-akan kenangan tersebut seperti tidak mengizinkan Bella untuk pergi meninggalkannya.

Dan untuk pertama kalinya mereka kembali bertemu setelah sekian lama berpisah. Di negara yang sama. Dengan wajah yang masih sama namun dengan status yang berbeda.

"Ara? Are you okay?" ucap Devan melambaikan tangannya di depan Bella.

Bella yang sadar dengan gerakan Devan langsung tersadar lalu tersenyum tipis padanya. "Oh iya gue baik-baik aja," ucap Bella.

Devan menyunggingkan senyumannya pada Bella lalu melepaskan tangannya dari tangan Bella.

Senyumannya. Bella benar-benar sangat merindukan senyuman Devan. Senyuman yang sudah berhasil membuatnya hancur untuk pertama kalinya. Jika saja ini bukan lokasi perkantoran, mungkin Bella sudah memeluk Devan dengan erat.

But, jangan lupakan sesuatu. Meskipun Bella begitu merindukan sosok Devan, tetapi dengan cepat rasa benci Bella menggerumul di hatinya.

Jadi bisa dikatakan posisi Bella saat ini adalah Benci tapi Rindu atau Rindu tapi Benci?

"Ara? Apa ada yang salah sama gue? Kayaknya dari tadi lo merhatiin gue terus," ucap Devan.

"Enggak. Tapi gue cuma ya---"

"Kaget?" sambung Devan.

Bella hanya menganggukkan kepalanya sembari menggaruk pundaknya yang tidak gatal.

"Udah lama banget kayaknya kita nggak pernah ketemu kan? Ternyata lo masih sama kayak dulu," ucap Devan tersenyum tipis.

Shit.

"Gimana sama kabar lo sekarang?" tanya Devan.

"Kayak yang lo liat. Gue baik-baik aja. Lo sendiri gimana Kak?" ucap Bella.

WHO ARE YOU? || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang