Al berjalan pelan menuju kamar Varsha dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan juga air mineral. Al memang masih bertahan di rumah Varsha setelah mengantarkan gadis itu pulang. Rasa tidak tega tentu saja dirasakannya melihat bagaimana sikap ayah Varsha yang terlihat tidak peduli pada Varsha dan juga kesehatannya, padahal Varsha baru pulang dari rumah sakit dan nyaris saja meninggal.
TokTokTok
Al mengetuk pintu kamar Varsha namun tidak mendapatkan sahutan dari dalam.
TokTokTok
Ketukan pintu itu kembali Al ulang namun tetap sama. Tidak ada sahutan dari dalam. Dengan gamang, Al memutar kenop pintu lantas mendorong pintu yang terbuat dari kayu jati itu pelan.
“Varsha?”
Pandangan mata Al mengedar ke seluruh ruangan yang didominasi warna pastel. Al tersenyum tipis saat menemukan Varsha yang tengah berdiri di depan sebuah cermin besar yang ada di kamarnya.
Al berjalan mendekati tempat tidur tanpa menutup pintu kamar Varsha lantas meletakkan nampan berisi makanan yang dibawanya di atas nakas. Setelah itu, Al berjalan menemui Varsha yang belum menyadari kehadirannya.
Langkah kaki Al berhenti di samping belakang Varsha. Mata Al tertuju pada mata Varsha di pantulan cermin. Mata Varsha tertuju pada pantulan wajahnya sendiri di cermin. Namun, tatapan matanya kosong. Varsha melamun.
“Varsha?” panggil Al pelan.
Varsha tersadar dari lamunannya. Dia terkejut melihat wajah Al di cermin yang ada di depannya tepat di samping wajahnya. Sontak, Varsha membalikkan badan. Namun, karena gerakannya sangat mendadak, Varsha tersandung kakinya sendiri. Tubuhnya terhuyung ke belakang.
Menyadari Varsha yang hendak terjatuh, Al melingkarkan kedua tangannya di pinggang Varsha. Menjaga gadis itu agar tidak terjatuh. Kedua tangan Varsha sendiri menempel pada kedua bahu Al. Sejenak, manik mata Al dan Varsha saling bertatapan.
Varsha yang segera tersadar dan menyadari posisinya dengan Al yang terlalu dekat, segera mendorong tubuh Al pelan. Al tentu saja langsung melepaskan pegangannya di pinggang Varsha. Varsha mundur satu langkah hingga punggungnya menyentuh cermin. Memberi jarak antara dirinya dan Al untuk mengkondisikan jantungnya yang bertalu-talu.
Kepala Varsha menunduk. Dia merasa canggung dan gugup karena kejadian barusan. Varsha menggigit bibir bawahnya kuat sambil mengusap tengkuknya. Pipinya terasa panas.
“Maaf, gue langsung masuk kamar lo,” ucap Al.
Varsha mendongak membuat Al dapat melihat rona merah di pipi Varsha dengan jelas. Al tersenyum geli. Melihat itu, Varsha kembali menunduk. Merutuki pipinya yang merah. Varsha tau Al pasti tengah menertawakan rona merah di pipinya. Rambut panjang Varsha menjuntai ke bawah menutupi wajahnya.
Varsha mengangguk pelan.
"Ayo makan!” ajak Al.
Varsha bergeming. Tangan Al bergerak menyingkirkan rambut Varsha yang menjuntai ke belakang telinganya. Tubuh Varsha menegang sesaat karena tindakan tiba-tiba dari Al. Kini jari telunjuk Al bergerak ke dagu Varsha lantas menengadahkannya. Al tersenyum tipis.
“Ayo makan!” ajak Al lagi yang diangguki oleh Varsha.
Al dan Varsha melangkah menuju ke tempat tidur lantas duduk di bibir ranjang. Al mengambil mangkuk bubur yang dibawanya. Dia berniat menyuapi Varsha namun gagal karena ucapan Varsha.
“Al, aku bisa makan sendiri kok. Aku udah banyak ngerepotin kamu.”
Al tersenyum tipis mendengar itu. Dia menyerahkan mangkuk itu kepada Varsha. Varsha mulai memakan bubur ayam yang dibawa Al tanpa menghiraukan tatapan mata Al yang terus tertuju padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarsha
FantasySetelah kedatangan Varsha Callista Valencia, Alfarellza Keandre Asvathama harus terjebak dengan gadis cantik yang terus mengejar dirinya tanpa malu tapi sialnya gadis itu justru selalu membuat hatinya menghangat. Tapi Al tetaplah Al. Bagi dirinya...