32. Varsha Barbar

857 125 11
                                    

Varsha membuka matanya dengan cepat. Tubuhnya langsung beranjak dari posisi tidur menjadi duduk. Matanya mengedar mengelilingi tempat yang asing olehnya. Varsha mengernyitkan kening heran mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum dia tidur.

Cklek!

Varsha mengalihkan pandang ke pintu. Pintu kamar itu terbuka. Al berdiri di sana membawa totebag.

“Sha, lo udah bangun,” ucap Al pelan.

Refleks, Varsha menatap tubuhnya dan menyingkap selimut yang digunakannya. Helaan napas lega keluar dari bibir Varsha melihat tubuhnya yang masih terbalut pakaian lengkap. Seketika gadis itu merutuki pikiran kotor yang hingga di otaknya.

Mikir apa sih lo, Sha? Mana mungkin cowok kayak Al ngelakuin itu. Otak lo perlu dikrembath abis ini, batin Varsha.

Al sendiri terkekeh pelan melihat kelakuan Varsha. Dia berjalan mendekati Varsha.

“Kemaren lo ketiduran di rooftop, mau gue anter pulang tapi nggak ada yang bawa mobil. Tenang, lo tidur sendirian kok,” ucap Al membuat Varsha cengengesan.

Al meletakkan totebag yang dibawanya ke atas tempat tidur. “Gue dari rumah lo, ambil baju ganti. Kamar mandinya ada di sana.” Al menunjuk kamar mandi yang letaknya di pojok kamar.

Varsha mengangguk. “Makasii.”

Al mengangguk singkat lantas pergi meninggalkan Varsha. Varsha beranjak dari tempatnya menuju cermin yang ada di kamar itu, tidak terlalu besar tapi cukup bagi Varsha untuk melihat kondisi wajah dan rambutnya yang berantakan. Seketika, Varsha merutuk dalam hati.

***


Dengan langkah pelan, Varsha turun ke lantai satu. Tubuhnya kini terbalut celana jeans panjang dengan kaos pendek. Wajahnya juga sudah terlapisi bedak dan bibirnya terlapisi lipgloss. Varsha bisa menebak jika yang mencarikan baju untuknya adalah asisten rumah tangganya karena di dalam totebag tidak hanya ada pakaian melainkan beberapa skincare, bedak, lipgloss, dan juga parfum. Asisten rumah tanggannya tau jika Varsha tidak bisa hidup tanpa benda-benda itu.

“Eh Bu Bos udah bangun. Nyenyak tidurnya Bu Bos?” goda Dava yang ternyata ada di sana. Begitu juga anak Xaverious yang lain walau tidak sebanyak semalam.

Varsha ikut bergabung di sana dengan teman-teman Al. Dia duduk di samping Erlang yang ada di sana. Setidaknya, Varsha kenal dengan Erlang jadi dia bisa merasa aman. Tidak butuh waktu lama bagi Varsha untuk ikut tergabung dalam obrolan mereka yang sengaja memilih topik yang bisa Varsha ketahui. Sifat Varsha yang humble membuatnya mudah untuk bisa berbaur dengan orang baru seperti sekarang.

Al berjalan masuk ke dalam ketika mendengar suara Varsha. Dia tadinya tengah berada di luar bersama teman-temannya yang lain.

“Varsha?” panggil Al. Varsha menoleh lantas tersenyum.

“Sarapan di luar yuk.” Al mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Al.

Baru saja mereka berdua hendak melangkah, suara deruman sepeda motor terdengar di telinga mereka. Para anak Xaverious yang tengah duduk pun langsung berdiri.

Seorang cowok masuk ke dalam memberi info. “Tryton.”

Segala umpatan keluar dari mulut cowok-cowok di sana termasuk Al. Al menatap Varsha lekat. "Lo sini aja, sembunyi, jangan keluar, bahaya,” peringat Al.

Al keluar dari basecamp menemui musuh bebuyutannya begitu juga para cowok yang lain. Sedangkan Varsha berdecak sebal. Dia menghentakkan kakinya ke lantai dengan bibir mengerucut.
“Ganggu aja ih, kan gue mau makan sama Al,” sungutnya.

Bukannya bersembunyi seperti yang Al perintahkan, Varsha justru mendekati jendela mengintip adegan baku hantam di luar. Varsha meringis kala mendapati jumlah mereka yang tidak seimbang. Jumlah Xaverious lebih sedikit dari Tryton.

Varsha memetikkan jari berkali-kali. Berpikir. Pandangannya mengedar mencari barang yang bisa digunakannya. Mata Varsha menemukan sebuah tongkat baseball yang tergeletak begitu saja. Tentu saja, Varsha langsung mengambil benda itu.

Sebelum keluar, Varsha mengingat sesuatu. Dia berlari ke lantai atas untuk mengambil parfum miliknya dan juga mencepol rambutnya asal. Saat hendak keluar, matanya mendapati beberapa minuman bersoda di meja. Varsha mengambilnya, mencampurkan semua minuman itu menjadi satu dalam sebuah botol.

Gadis itu keluar dengan menyeret tongkat baseball lantas langsung memukul seorang cowok dengan memakai jaket hitam bergambar tengkorak. Varsha tau itu bukan teman Al. dengan gerakan cepat, Varsha langsung memukul cowok itu berkali-kali.

“Ini nih balasan buat lo karena udah ganggu acara sarapan gue sama Al!” seru Varsha kesal.

Cowok itu mengaduh karena pukulan bertubi-tubi dari tongkat baseball dan tendangan yang Varsha layangkan. Cowok itu terjatuh ke bawah masih dengan ditimpa pukulan dari Varsha.

“Sha, lo ngapain di situ, masuk!” teriak Erlang yang melihat keberadaan Varsha. Dia sendiri tengah menghandle dua awannya.

“Bentar!” jawab Varsha santai.

Menyadari seorang cowok tengah menatapnya tajam, Varsha menghentikan aksinya lantas menginjak perut cowok yang sudah tergeletak di bawah karena dianiaya olehnya. Cowok itu mengaduh lantas tergeletak mengenaskan.

“Eh maap sengaja, sorry ya,” ucap Varsha tanpa dosa. Gadis itu nyengir.

“Eh!” Varsha merasakan tongkat baseball di tangannya dirampas paksa. Varsha menatap nyalang cowok yang telah merampas tongkat itu dan kini tengah menatapnya tajam.

“Kenapa mau pukul gue? Sini!” Varsha memajukan tubuhnya dengan tatapan menantang.

“Banci tau nggak beraninya sama cewek! Masa anak geng motornya main pukul sama cewek! Mendingan alih profesi aja jadi cabe-cabean!”

Cowok itu menggeram marah.

Varsha nyengir. “Maap ya, lo yang maksa gue.”

Varsha mengambil parfum di sakunya lantas menyemprotkannya ke wajah cowok itu membuatnya menutup wajah karena merasa perih di matanya. Varsha tersenyum. Dia kembali merampas tongkat baseball miliknya lantas menendang selangkangan cowok itu membuatnya langsung tumbang.

Varsha menyilang kakinya sendiri. “Uh pasti sakit tuh.”

Varsha mengusap kakinya sendiri yang baru menendang objek vital cowok itu. “Ya ampun kaki gue nggak suci lagi.”

Mata Varsha beralih menatap cowok tumbang di depannya. Mata cowok itu memerah.

“Lo harus ganti parfum gue! Mahal tau! Belinya di Paris! Harga diri lo bahkan nggak cukup buat ganti parfum gue!!” semprot Varsha.

“Apa lo liat-liat!” seru Varsha pada seorang cowok yang tengah menatapnya.

Tanpa banyak bicara, Varsha memukul cowok itu dengan tongkat baseball namun langsung ditangkap oleh cowok itu. Cowok itu merampas paksa tongkat baseball tersebut.

“Sakit tau,” adu Varsha yang kini menatap telapak tangannya yang memerah.

Cowok itu menekal pergelangan tangan Varsha erat. “Ih kasar! Gue nggak suka!”

Varsha menggigit kuat tangan cowok itu dan juga menginjak kakinya. Pengangan cowok itu mengendur. Varsha menendang tulang keringnya lantas beralih menjambak rambut cowok itu dari belakang.

“Yeay! Kapan lagi gue bisa jambak cowok!”

Varsha melepaskan sebelah tangannya menatap helaian rambut di tangannya. “Yah rontok!"

"Makanya kalo punya rambut itu di jaga! Kaya gue dong nggak pernah rontok! Iyalah orang gue rajin ke salon tiap minggu! Ohya hari ini jatah gue nyalon loh!”

Bosan. Varsha menendang sendi lutut cowok itu membuat cowok itu bersimpuh. Varsha menendang punggung cowok itu kuat membuatnya tersungkur. Setelah itu, Varsha menduduki punggungnya sambil memegang tongkat baseball di sebelah tangannya. Sebelahnya lagi masih menarik kuat rambut cowok tersebut membuat cowok itu meringis.

“RANGGAAAAA!! UDAH DONG! BALIK SANA!!”

Varsha tidak bodoh. Dia tau pemimpin cowok-cowok yang sudah dia anianya. Dan itu Rangga. Varsha juga tadi melihat sekelebat tubuh Rangga tengah melawan Al.

Mendengar suara Varsha, Al dan Rangga menghentikan pertengkaran mereka, menoleh pada Varsha. Varsha sendiri tidak peduli. Dia mengusap peluh di lehernya lantas mengecek kuku panjangnya.

“Punggung lo keras amat sih! Sakit pantat gue!” ucap Varsha pada cowok yang tengah didudukinya.

“RANGGAAAAA!! GUE CAPEK!! KERINGETAN NIH! GUE UDAH MANDI TAU!!! MANA MAKE UP GUE LUNTUR LAGI KENA KERINGET!! IH HARUS MANDI LAGI GUE!!” teriak Varsha lagi tanpa peduli keberadaan Rangga dan Al dimana.

“Ih diem nggak usah gerak-gerak!” semprot Varsha pada cowok yang tengah didudukinya.

Varsha tersenyum pada dua seorang cowok yang tengah menatapnya garang. Gadis itu mengocok kuat botol berisi campuran minuman soda di tangannya.  “Sini deketan!” ucap Varsha pada cowok itu.

Cowok itu mendekat. Varsha bangkit lantas menyiramkan minuman soda itu ke tubuh cowok ita lantas memukuli mereka dengan tongkat baseball. Tulang kering mereka juga tidak lepas dari tendangan Varsha.

Setelah selesai, Varsha kembali duduk di punggung cowok yang sedari tadi menjadi tempat duduknya.

“Argh! Kegencet gue!” seru cowok itu.

“Eh iya maap. Ntar gue kasih duit deh buat pijet. Tapi sekarang gue butuh lo jadi kursi gue dulu, kotor tau duduk di bawah,” ucap Varsha tanpa dosa.

“RANGGAAAAA!!!! GUE LAPORIN AMARA LOH!! CEPETAN BAWA KABUR CURUT-CURUT LO INIIIII!! GUE ITU LAPER PENGEN MAKAN, RANGGAAAA!!!”

“AMARA OH AMARA!! AMARA, RANGGA LAGI BERANTEM NIH!! AMARAAAA!!!”

“MAMPUS LO, NGGA! ABIS INI AMARA NGGAK MAU TEMENAN SAMA LO LAGI!!!”

“Sha!”

Varsha menoleh pada sumber suara. “Eh, Rangga. Ngga, gue capek tau. Bawa balik nih temen-temen lo. Kalo nggak gue laporin Amara loh! Gue nggak suka ya lo nyakitin Al, Al pacar gue tau! Dan lo juga udah ganggu acara sarapan gue!” ucap Varsha santai dengan tetap duduk di punggung cowok itu.

Rangga memberi tanda teman-temannya untuk mundur bersamaan dengan teman-teman Al yang datang ke tempat itu setelah mendapat kabar bahwa basecamp diserang.

“Makasii, Rangga. Lo baik deh. Gue jadi nggak nyesel temenan sama lo.”

Rangga hanya menghela napas kasar lantas menyusul teman-temannya.

Varsha beranjak. Dia mengambil sepuluh lembar uang berwarna merah pada cowok yang didudukinya. “Nih buat pijet, sama krembath juga kasian tuh rambutnya.”

Cowok itu mendengus tapi tetap mengambil uang itu. “Ohya! Dibagi sama temen lo juga yang udah gue aniaya, kasian pada remuk tulangnya. Sama sebagai ucapan permintaan maaf gue juga.” Varsha nyengir.

“Sha.”

Al berjalan mendekati Varsha yang kini tersenyum lebar tanpa dosa. Al meraih tangan Varsha menatap telapak tangannya yang memerah.

“Kenapa lo nggak dengerin gue?”

“Aku nggak tega lah biarin kamu ngelawan mereka yang banyak itu. Lagian, kan aku bisa bantu. Buktinya tadi ada lima cowok yang tepar karena aku. Gimana, hebat, kan?” 

Tanpa mengucapkan apapun lagi, Al menarik Varsha ke dalam pelukannya. Memeluk Varsha erat. “Gue nggak mau lo kenapa-napa, Sha,” bisik Al.


***

See u

AlvarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang