12. Jalan, Yuk!

1.1K 157 32
                                    

Matahari bangun dari tidurnya menyinari alam semesta lantas membangunkan Varsha dengan sinarnya yang memasuki kamar melewati celah jendela yang tidak tertutup gorden dengan rapat.

Setiap hari, hanya matahari dan jam weker di atas nakas yang membangunkan Varsha dari tidur. Tidak ada suara lembut seorang ibu yang membujuk Varsha untuk bangun.

Varsha menggeliat kecil kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali. Suara jam weker terdengar memberitahu pada Varsha bahwa sudah saatnya dia beranjak dari ranjang. Dalam sekali tekan, suara jam weker itu terhenti. Namun, Varsha tidak beranjak dari tempatnya. Tetap rebahan di ranjang.

Berhubung hari ini adalah hari minggu jadi waktunya dia untuk rebahan santai di kamar. Penyakit magernya kumat.

Varsha menyampingkan tubuhnya lantas memeluk guling di sampingnya berniat untuk melanjutkan mimpi.

Tapi, saat mata Varsha baru saja terpejam, wajah Al yang terlihat di matanya. Sontak Varsha membuka matanya lagi. Senyumnya mengembang terlebih mengingat apa yang terjadi semalam.

“Kangen Al tapi mager,” gumam Varsha.

“Berhubung hari ini tanggal merah, hari rebahan sedunia, gue mau lanjut rebahan. Kangennya pending dulu, maaf, ya, Al,” lanjut Varsha sebelum mengeratkan pelukannya pada guling lantas memejamkan mata melanjutkan mimpi.

***

Bosan di rumah sendirian, berasa jomblo–walaupun memang jomblo, Varsha beralih tempat dan kini duduk di sebuah café menunggu ketiga temannya–Salsa, Vela, dan Gisel.

Mereka janjian bertemu di sana namun setelah setengah jam menunggu dengan ditemani matchalatte, ketiga temannya memberi kabar bahwa mereka semua tidak jadi datang karena urusan masing-masing.

Salsa menemani mamanya shopping–biar bisa dibelikan barang juga oleh mamanya, Vela mendadak diare, dan Gisel harus mengurusi adiknya karena mamanya pergi ada urusan mendadak.

Varsha mendumel menyalahkan ketiga teman kampretnya itu. Wajah Varsha berubah kesal. Dia sudah menunggu sampai lumutan, ketiga temannya malah tidak jadi datang.

Sekarang, Varsha bingung mau kemana. Pulang? Malas sekali. Di rumah tidak ada orang selain asisten rumah tangga dan satpam lagipula Varsha bukan cewek nolep yang betah mengurung diri di kamar seharian–layaknya cewek dipingit. Pergi? Kemana? Sendirian? Males banget.

Varsha bangkit dari tempatnya. Jalan aja dulu, kemana pikir nanti. Seperti itulah pemikiran Varsha. Di luar café, Varsha tanpa sengaja melihat seorang cowok yang tengah berdiri di samping motornya dengan tangan yang memegang ponsel.

Varsha memicingkan matanya berusaha menyakinkan dirinya bahwa penglihatannya tidak salah.
Setelah memastikan penglihatannya baik-baik saja, Varsha berjalan ceria mendekati cowok itu.

“Al!”

Varsha mengalihkan pandangannya kala mendengar ada suara yang membarengi suaranya memanggil Al.

Terlihat, Amara yang berada di sisi lain Al. Al melirik dua cewek yang berdiri di kedua sisinya. Varsha dan Amara sama-sama berjalan mendekati Al.

“Jalan, yuk!” ajak Amara dan Varsha bersamaan. Sedetik kemudian mereka saling tatap tidak suka.

Al diam. Dia melangkah menuju motornya yang parkir tepat di hadapannya.

AlvarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang