44. Permintaan Bunda

1.1K 128 38
                                    

“Lo pulang duluan aja, Sha,” ucap Al.

Varsha yang tadinya sedang melihat kerangka tengkorak berbalik badan menatap Al yang sedang duduk di kursi berhadapan dengan Amara.

Varsha menggeleng. “Aku mau tungguin kamu aja di sini. Aku enggak ganggu kok, janji. Aku enggak akan berisik.” Varsha menggerakkan telunjuk dari satu sudut bibir ke sedut bibir yang lain kemudian menguncinya.

“Gue masih lama di sini.”

“Enggak papa. Lagian aku juga enggak ada kerjaan. Enggak papa kan kalo aku di sini, Amara?”

Amara tersenyum tipis kemudian menggeleng pelan.

“Tuh Al, Amara aja enggak keberatan kok.” Varsha tersenyum senang.

Al menghela napas panjang. “Terserah lo aja.”

***

Dua jam berlalu, Varsha sudah kehabisan kegiatan. Muter-muter udah, lihat isi lab udah, main game udah, main sosmed udah, tapi Al belum juga selesai. Varsha bosan. Dia akhirnya duduk di kursi beberapa meter dari Al –Varsha enggak mau mengganggu Al, baru aja mereka baikan, Varsha enggak mau Al marah lagi. Enggak enak. Varsha meluruskan sebelah tangannya di meja kemudian kepalanya diletakkan di atasnya. Varsha menguap pelan kemudian menutup matanya. Daripada gabut mending tidur.

“Sha, Sha, ayo pulang.”

Varsha membuka matanya saat merasakan tubuhnya diguncang pelan. Dengan mata yang masih sipit karena mengantuk, Varsha menatap Al di depannya.

“Ayo pulang,” ajak Al.

“Loh katanya masih lama?”

“Udah selesai, lagian lo udah bosen di sini.”

Varsha mengangguk. Dia mengangkat kepalanya kemudian berdiri. Tangannya digenggam oleh Al yang membawanya menuju pintu.

“Ra, gue balik duluan ya,” ucap Al pada Amara.

“Bye, Ra. Duluan ya,” sambung Varsha.

“Hati-hati ya,” jawab Amara.

Setelah Al dan Varsha pergi, Amara menghela napas pelan. Dia membereskan barang-barangnya. Amara enggak berani sendirian di lab ipa. Padahal seharusnya Al masih di sini untuk membantunya belajar, tapi karena tidak tega melihat Varsha, Al jadi pergi lebih cepat.

***

“Masih ngantuk?”

Varsha menoleh pada Al di sampingnya kemudian menggeleng. “Tadi aku gabut aja, makanya tidur.”

“Gue kan udah bilang enggak usah nungguin gue, lo keras kepala.”

Varsha tersenyum. “Enggak papa dong. Kan jadinya aku bisa pulang bareng kamu.”

“Lo bawa mobil?”

Varsha mengangguk.

“Naik mobil lo aja. Takutnya lo tidur di jalan, kalo naik motor entar jatoh lagi.”

Varsha nyengir. “Tapi motor kamu gimana?”

“Nanti biar El yang ambil.”

Varsha manggut-manggut. “Mm Al, kemarin kamu pergi sama Shania ya?” tanya Varsha hati-hati.

“Iya.”

“Kok enggak ngomong sama aku?”

“Sha, Shania itu adek gue. Masa gue harus laporan dulu kalo mau pergi sama adek gue. Lagian kemaren gue cuma nemenin Shania makan doang.”

AlvarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang