Rangga menghentikan laju motornya di depan rumah Varsha. Dia menatap Varsha yang turun dari motornya dengan khawatir. Wajah Varsha pucat, tidak ada senyum di bibirnya, tidak ada kehidupan dalam matanya.
Rangga meraih tangan Varsha. Dingin.
“Sha,” panggil Rangga pelan membuat Varsha menoleh pada Rangga. “Kalau lo mau nangis, nangis aja.”
Varsha menggeleng pelan. “Gue pengen nangis, tapi gue nggak bisa. Air mata gue nggak mau keluar.”
Tangan Varsha beralih memegang dadanya. “Sakit banget, Ngga.”
“Mommy ninggalin gue, daddy ninggalin gue. Apa belum cukup sampai Al harus kayak gini sama gue?”
“Gue itu apa sih, Ngga? Takdir memperlakukan gue seolah gue enggak punya hati yang bisa ngerasain sakit.”
“Gue salah apa? Kenapa gue enggak pantes buat bahagia?”
Rangga hanya bisa tertegun mendengar ucapan Varsha. Hati Rangga kut teriris melihat Varsha hancur seperti itu. Yang Rangga kenal, Varsha adalah cewek yang ceria penuh dengan senyuman, tapi sekarang Rangga tahu sebenarnya Varsha itu rapuh. Varsha hancur.
Tidak ada yang bisa Rangga lakukan selain meraih Varsha lalu mendekapnya erat. Rangga berharap dengan itu, Varsha bisa sedikit lebih baik.
“Lo masih punya gue, Sha.” Rangga berbisik pelan di telinga Varsha.
Varsha hanya bisa memejamkan matanya erat.
***
Bahu Al merosot turun. Ucapan Varsha terngiang-ngiang di telinganya berkali-kali membuat hatinya terasa sakit. Apalagi saat mengingat raut wajah kecewa Varsha. Varsha benar-benar kecewa padanya.
Al menghembuskan napas berat, lalu berjalan pelan mendekati Shania yang masih berdiri di tempat yang sama.
“Kamu nggak papa?” tanya Al.
Shania menggeleng pelan.
“Maafin Varsha ya.”
Shania mengangguk. “Enggak papa, Kak. Aku udah maafin dia.”
Al mengangguk singkat. “Ayo masuk.”
Al melangkah memasuki rumah sedangkan Shania masih bergeming menatap Al yang perlahan menjauh. Shania mengusap bercak air mata yang ada di pipinya.
“Maaf ya, Kak, aku harus kayak gini ke kamu. Dari dulu cuma aku prioritas kamu, cuma aku cewek yang ada di sisi kamu. Aku nggak mau ada cewek lain yang dapetin perhatian kamu lebih dari aku.”
***
Al menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia memejamkan matanya mengingat kembali semua yang telah terjadi diantaranya dan Varsha. Saat Varsha menembaknya untuk pertama kali, saat Varsha mengejarnya tanpa putus asa, dan sampai Al jatuh cinta dengan Varsha. Varsha membuat hari-hari Al menjadi lebih berwarna. Tapi setelah mereka jadian, Al selalu sibuk. Sekolah, teman, Amara, Shania, Al tidak memiliki waktu untuk Varsha.
Al memukuli kepalanya berkali-kali. Dia merutuki dirinya sendiri dalam hati. Varsha tidak salah di sini. Dia yang salah. Wajar saja jika Varsha marah, wajar saja jika Varsha kecewa.
“Lo bego, Al.”
***
Pagi harinya, sesampainya di sekolah, Al langsung menuju ke kelan untuk mencari Varsha. Al perlu bicara dengan Varsha. Al perlu minta maaf pada Varsha. Al perlu memperbaiki hubungannya dengan Varsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarsha
FantasySetelah kedatangan Varsha Callista Valencia, Alfarellza Keandre Asvathama harus terjebak dengan gadis cantik yang terus mengejar dirinya tanpa malu tapi sialnya gadis itu justru selalu membuat hatinya menghangat. Tapi Al tetaplah Al. Bagi dirinya...