34. Shania

832 131 32
                                    

Al mengendarai motornya menuju ke rumah Varsha untuk menjemput gadis itu. Namun, sesampainya di sana ternyata Varsha sudah berangkat ke sekolah. Dengan cepat, Al mengendarai motornya ke sekolah untuk menemui Varsha. Semalaman Al tidak bisa tidur karena memikirkan ucapannya pada Varsha kemarin.

Al berjalan cepat menuju kelasnya untuk menemui Varsha namun Al menemukan Varsha yang tengah berada di depan kelasnya. Varsha baru saja ingin masuk ke dalam.

Al mencekal tangan Varsha untuk menghentikan gadis itu. “Sha.”

Varsha menoleh pada Al. Rasanya masih sama. Sakit. Semalaman Varsha menangisi Al. Terdengar cengeng memang tapi itu yang Varsha rasakan. Sakit yang tidak berdarah.

“Sha, gue mau jelasin-“

TeettTeettTeett

Bel masuk berbunyi menyela ucapan Al. Al menghela napas pelan.
“Nanti sepulang sekolah, temuin gue di taman deket sekolah. Gue akan jelasin semuanya.”

Varsha mengangguk pelan. Selain sakit hati, kepala Varsha juga terasa pening akibat semalaman menangis. Untung saja gadis itu bisa memake up wajahnya sehingga kantung hitam di bawah matanya tidak terlihat.

Varsha membalikkan badan berniat memasuki kelas namun Al kembali mencegahnya.

“Lo pacar pertama gue dan satu-satunya pacar gue.”


***


Seharian ini Varsha tidak berniat menamui Al sama sekali. Dia ingin menenangkan hatinya sendiri. Dan dia juga ingin mempersiapkan hatinya jika saja nanti penjelasan Al akan lebih menyakiti hatinya.

Al sebenarnya ingin menemui Varsha, namun dia terlalu sibuk dengan Amara. Lagi, masalah perlombaan yang akan datang dan juga mengajari adik kelasnya.

Bel pulang sekolah berbunyi, Al berniat menemui Varsha dan mengajaknya ke taman bersama. Namun, dering ponselnya menginterupsi langkahnya. Al mengangkat telepon dari papanya.

“Halo, Pa.”

“Al, kamu udah pulang, kan? Tadi Om Fino kabarin Papa katanya pesawatnya Shania akan landing sekitar jam lima sore. Papa nggak bisa jemput masih ada meeting, bunda kamu juga masih sibuk di rumah sakit, El ah El mana mau jemput Shania. Kamu ya yang jemput Shania.”

Al terdiam sejenak. “Iya, Pa.”

“Oke, bawa mobil ya. Papa tutup dulu, Papa harus meeting sekarang.”

Sambungan itupun terhenti. Jantung Al berdetak kencang. Shania… Shania benar-benar pulang?

Dengan langkah cepat, Al segera menuju ke parkiran untuk mengambil motor lantas menuju ke rumah untuk mengganti motor itu dengan mobil untuk segera ke bandara.

Di lain tempat, Varsha sudah mengendarai mobilnya menuju ke taman. Tempat yang diminta Al untuk bertemu.

***


Sesampainya di rumah, Al segera mandi lantas pergi ke bandara untuk menjemput Shania. Di bandara, Al terus mondar-mandir sambil menunggu Shania. Entahlah, Al merasa… gugup. Ya, lima tahun dia tidak bertemu Shania 

Tidak bisa dipungkiri, Al merindukan Shania. Sangat. Selama ini Al hanya bisa melihat Shania dari media sosialnya namun tidak pernah menghubunginya. Entahlah, Al hanya… ragu.

Sekarang, Al merasa gugup. Apakah yang harus dia lakukan setelah bertemu Shania. Akankan semuanya akan berubah atau sama seperti dulu?

“Den Al?”

Al membalikkan badan mendengar suara berat yang memanggilnya. Al menatap seorang laki-laki dewasa berumur 30 tahunan berdiri di depannya.

“Om Fino?” ucap Al ragu-ragu.

Lima tahun tidak bertemu laki-laki itu membuat Al sedikit ragu dengan orang yang diihatnya. Laki-laki yang selalu bersama dengan Shania sejak kecil. Bodyguard Shania.

Laki-laki itu tersenyum lantas mengangguk.

Pandangan Al beralih pada seorang gadis cantik yang berdiri di samping laki-laki itu. Dia tersenyum lebar pada Al. Dia Shania. Irshania Zevalethea.

“KAK AL!” pekiknya senang.

Shania memeluk Al erat membuat Al terkejut. Tubuhnya menegang sejenak sebelum akhirnya balas memeluk Shania.
Om Fino hanya bisa tersenyum kecil melihat itu. Dia tentu saja sangat mengerti bagaimana hubungan Al dengan Shania. Dan seberapa besar rasa sayang yang ada di antara mereka.

Shania melepaskan pelukannya. Dia mendongak menatap wajah Al. Tingginya hanya sebatas dada Al.  Shania nyaris dua tahun lebih muda dari Al.

"Aku kangen banget sama Kak Al!”

Shania kembali memeluk Al erat. Menyalurkan rindu yang selama lima tahun dipendamnya.

“Aku juga kangen sama kamu,” ucap Al.

AlvarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang