21. Hujan

1K 143 9
                                    

Seusai mengobati lukanya, Amara meminta Al untuk segera pergi dari rumahnya, dengan kata lain Amara mengusirnya dengan halus. Al paham itu, pasti Amara masih sangat marah padanya.

Al melajukan motornya dengan kecepatan tinggi karena langit sudah gelap ditambah lagi awan hitam yang menggantung di langit. Menandakan hujan akan segera turun. Jadi, sebelum Al basah karena kehujanan, dia harus sampai ke rumah.

Namun sayangnya, di tengah jalan motornya tiba-tiba berhenti. Mogok. Al menghela napas pelan. Dia turun dari motornya lantas berjongkok di samping motor untuk memperbaikinya. Bersamaan dengan itu, langit menumpahkan air yang sedari tadi tertahan di awan hitam. Al basah kuyup.

Di sisi lain, Varsha tengah menjalankan mobilnya pelan menuju rumah. Dia baru saja dari salon untuk merawat rambutnya. Varsha mengendarai mobilnya sambil menyanyi pelan. Namun, suara nyanyiannya terhenti ketika melihat seorang cowok yang tidak asing berada di tepi jalan, di sisi motornya yang sangat Varsha kenal. Motor Al.

Varsha tersenyum. Dia menghentikan mobilnya lantas mengambil payung. Varsha membuka payung tersebut untuk melindungi dirinya dari air hujan. Payung hitam yang dibawa Varsha cukup lebar. Muat untuk dipakai dua orang. Alhasil, Varsha menggunakan payung itu untuk menutupi tubuh Al dari air hujan.

Al mengernyitkan kening kala air hujan tidak lagi menjatuhi tubuhnya. Dia mendongak ke atas melihat payung yang melindungi dirinya dari air hujan. Al berdiri lantas membalikkan badannya menatap Varsha yang tengah menatapnya dengan senyuman lebar di bibirnya.

"Motor kamu kenapa, Al?" tanya Varsha.

"Mogok."

Varsha manggut-manggut. Dia menatap tubuh Al dari atas sampai bawah. Air menetes dari semua anggota tubuh Al.

"Kamu basah, Al," lirih Varsha. "Gimana kalo kamu ke rumah aku dulu keringin baju kamu, nanti kamu sakit kedinginan gitu," tawar Varsha.

Al merutuk dalam hati. Dia baru menyadari tempatnya berada ternyata tidak jauh dari rumah Varsha.

Al menggeleng pelan.

Tangan Varsha meraih tangan Al. "Ayo, Al. Aku nggak mau kamu sakit. Motornya nanti aku bisa suruh orang bengkel aku buat ambil."

"Nggak perlu."

"Al, kamu basah, dingin, nanti kalo kamu sakit gimana? Ayo," ajak Varsha lagi.

Al menghela napas pelan lantas mengangguk membuat senyuman tercipta di bibir Varsha. Varsha berjalan bersisian dengan Al menuju pintu mobilnya untuk memayungi Al walaupun itu sudah tidak berguna karena tubuh Al sudah basah kuyup.

Beberapa meter dari tempat mereka berada, Amara menatap semua itu dengan mata yang memanas. Dia kini tengah berada di mobil bersama dengan Rangga. Mereka tadinya hendak pergi ke café untuk makan namun justru melihat Vasha dan Al. Jadi benar, Al menolaknya karena Varsha?

"Udah, Mara. Lupain Al. Dia nggak pantes buat lo," ucap Rangga sambil mengusap lembut lengan Amara.

"Ngga, gue duluan yang kenal sama Al. Gue duluan yang merjuangin Al. Gue duluan yang sayang sama Al. Tapi kenapa Al milih Varsha dibanding gue?" lirih Amara.

Rangga tersenyum masam. "Mara, gue duluan yang kenal lo, bahkan sejak bayi. Gue duluan yang merjuangin lo. Gue duluan yang sayang sama lo. Tapi kenapa lo justru milih Al dibanding gue?" tanya Rangga balik yang membuat Amara terdiam.

***

Varsha membawa Al masuk ke dalam rumahnya. Ini adalah kesekian kalinya Al mengunjungi rumah Varsha. Suasananya masih sama. Sepi. Varsha membawa Al ke dalam kamar tamu. Mata Al menjelajahi kamar tamu yang cukup luas.

Varsha menatap Al sambil tersenyum. "Al, kamu mandi dulu ya, bersih-bersih. Ntar aku bawain pakaian ke sini."

Al mengangguk.

"Aku keluar dulu ya."

Varsha berjalan keluar dari kamar itu meninggalkan Al sendirian. Varsha sendiri langsung menuju ke kamarnya. Gadis itu mengambil pakaian yang tersimpan rapi di lemarinya. Tidak pernah dipakai karena kebesaran. Varshamemberikannya pada asisten rumah tangga di rumahnya untuk memberikannya pada Al dan juga untuk mengeringkan baju Al yang basah.

Setelah beberapa menit, Varsha keluar dari kamarnya. Dia membuat coklat panas di dapur lantas berjalan ke ruang tamu dimana Al tengah duduk di sofa. Varsha meletakkan coklat panas itu di hadapan Al. "Ini Al, diminum dulu biar anget."

Al mengangguk lantas mengambil coklat panas tersebut. meminumnya.

Varsha meringis melihat pakaian yang dipakai Al. Hoodie putih dan celana jeans pendek sebatas lutut miliknya.

"Maaf ya, Al. Di rumah nggak ada baju cowok... selain daddy."

Al meletakkan gelas berisi coklat panas yang baru saja diminumnya. "Nggak papa. Thanks."

Varsha mengangguk senang. "Masama."

Varsha terus menatap Al sambil tersenyum senang. Masih tidak menyangka Al berada di rumahnya. Al terlihat menggosok-gosokkan tangannya.

"Dingin ya? Bentar."

Varsha beranjak dari tempatnya. Pergi untuk mengambil selimut. Beberapa menit kemudian, Varsha kembali dengan membawa selimut. Gadis itu langsung menyelimuti tubuh Al dengan selimut yang dia bawa.

Tanpa sengaja, tangannya menyentuh rambut Al. "Ah, rambut kamu masih basah Al. Bentar."

Varsha kembali pergi. Al tersenyum kecil. Dia semakin merapatkan selimut yang ada di tubuhnya.

Beberapa saat kemudian, Varsha kembali dengan membawa handuk kecil. Dia berniat memberikan handuk itu ada Al namun kedua tangan Al kini berada di dalam selimut. Varsha meringis.

"Aku bantu keringin rambut kamu ya," ucap Varsha pelan.

Gadis itu mendekati Al. berdiri tepat di hadapan Al. Dengan telaten, Varsha mengeringkan rambut Al dengan menggunakan handuk. Varsha terlalu sibuk dengan rambut Al sampai dia tidak sadar Al sedari tadi mendongak menatap Varsha yang posisinya lebih tinggi dari Al yang tengah duduk.

Merasa diperhatikan, Varsha menunduk. Matanya tertuju pada mata Al yang tengah menatapnya lekat tanpa berkedip. Perlahan, senyum Al tercipta. Seketika, jantung Varsha bergemuruh hebat.

"Mmm rambut kamu udah kering. Aku pergi dulu, bentar."

Setelah mengatakan kalimat itu, Varsha segera berlari menjauhi Al dengan membawa handuk kecil yang digunakannya untuk mengeringkan rambut Al. Varsha berbohong. Rambut Al masih sedikit basah tapi Varsha sudah tidak sanggup berada di depan Al. Pipinya memanas.

"Gue baper," lirih Varsha sambil memegangi kedua pipinya yang terasa panas.

***

See u

AlvarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang