Amara sedikit menjauh dari Al. Biasanya, Amara selalu mengajak Al mengobrol namun kali ini tidak. Bahkan saat Al memanggil namanya, Amara hanya tersenyum. Amara tentu saja masih sakit hati dan marah pada Al. Dia juga marah pada Varsha.
Amara juga langsung keluar dari ruang bimbingan saat jam istirahat berlangsung. Tidak mengajak Al. Al sendiri hanya menghela napas pelan lantas ikut keluar.
Dia berjalan menuju wafat untuk bergabung bersama teman-temannya. Namun, di tengah jalan dia bertemu dengan Varsha. Varsha tersenyum lebar melihat Al.
“Hai Al,” sapa Varsha yang dibalas senyuman tipis oleh Al.
“Abis bimbingan ya. Pasti capek, pusing ya?”
“Biasa aja.”
Varsha mencebikkan bibirnya. “Otak kamu terbuat dari apa? Kok bisa pinter banget sih?”
“Otak lo terbuat dari apa?” tanya Al balik.
Varsha menggeleng pelan. “Pas pelajaran biologi aku tidur soalnya.” Varsha nyengir.
Al menggeleng pelan mendengar pengakuan Varsha.
“Kelas sepi tau nggak ada kamu,” ucap Varsha.
Al mengerutkan kening. Dia tidak percaya kelas sepi karena setau dia, teman-temannya masuk kelas jadi mustahil kelas itu sepi.“Bukan kelasnya sih tapi hati aku.” Varsha terkekeh karena ucapannya sendiri. “Nggak ada yang bisa aku recokin,” lanjutnya.
“Makan bareng yuk! Kamu pasti laper,” ajak Varsha yang diangguki oleh Al.
Al melangkah menuju ke arah kantin namun Varsha justru mematung di tempatnya. Menyadari itu, Al menoleh menatap Varsha yang ada di belakangnya.
“Ayo!” ajak Al.
Varsha tersadar dengan itu dan langsung menyusul Al dengan kening berkerut. “Kamu mau?” tanyanya heran.
“Kenapa enggak?”
Varsha tersenyum lebar mendengar ucapan Al. Varsha pikir Al tidak akan mau diajak makan bersama dengannya tapi ternyata dugaannya salah.
Al kembali melangkah namun Varsha masih tetap diam. Menyadari itu, Al kembali menoleh pada Varsha.
“Astaga, Varsha. Mau gue gandeng?” tawar Al.
“Ha?” ucap Varsha cengo.
Tanpa menunggu jawaban dari Varsha yang masih menatapnya cengo, Al menyusupkan jari-jarinya ke sela jari-jari Varsha lantas menggenggamnya erat. Tubuh Varsha mematung merasakan itu.
“Ayo!” ajak Al lagi.
Varsha mengangguk pelan sambil tersenyum malu-malu. Dia ikut melangkah menyejajari Al
.
“Al, aku seneng kamu jadi lebih hangat ke aku. Jangan-jangan kamu udah suka ya sama aku?”***
Al dan Varsha benar-benar makan berdua di kantin. Hal itu tentu saja menyita perhatian dari banyak pasang mata yang melihatnya. Apalagi dengan mereka yang begitu santainya makan tanpa mempedulikan sekitarnya.
Varsha terus menerus berceloteh menceritakan ini itu sedangkan Al hanya diam, bergumam, mengangguk dan menggeleng serta mengatakan iya dan tidak. Namun, Al selalu tersenyum tipis mendengar celotehan Varsha.
Hal itu tentu saja dilihat Amara yang juga makan di kantin. Tidak jauh dari tempat Al dan Varsha berada. Hatinya terasa diremas-remas melihat itu. Amara tidak suka Al dekat dengan cewek lain selain dirinya. Tapi dia bisa apa? Al bahkan jelas-jelas sudah menolaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarsha
FantasySetelah kedatangan Varsha Callista Valencia, Alfarellza Keandre Asvathama harus terjebak dengan gadis cantik yang terus mengejar dirinya tanpa malu tapi sialnya gadis itu justru selalu membuat hatinya menghangat. Tapi Al tetaplah Al. Bagi dirinya...