“GOBLOK!!” umpat El yang kini berada di kamar Al. Di depannya ada Al yang baru saja selesai menceritakan kejadian di rumah Varsha tadi.
“Ya Allah, Al. Lo anak siapa sih?”
“Papa Kenzo sama Bunda Kinzy.”
El mengusap tengkuknya. “Kok kayak kenal,” gumamnya.
“Orang tua lo juga, goblok!”
“Lah forget aing. Ya Allah kok bisa ya gue punya kembaran gobloknya natural banget kayak lo.”"Bunda pinter, papa apalagi. Kok lo goblok banget sih? Gue jadi curiga lo cuma anak angkat!"
Al mengedikkan bahu tidak acuh lantas mengambil ponsel dan memainkannya tanpa mengacuhkan El yang tengah bersungut-sungut.
“Gue udah nyiapin tempat romantis pake banget dan lo malah nembak Varsha di depan rumahnya, nggak bawa apa-apa, terus ngomongnya berjarak lagi. Ya Allah, Al. Ya setidaknya pegang kek tangannya. Astaghfirullah! BUNDAAAA!!! AL ANAK SIAPA SIH, BUUUNNN?!!” teriak El kesal.
Geram. Al menggeplak kepala El kesal. “Berisik!”
“Mubazir banget gue capek-capek ngehias taman kalo ujung-ujungnya nggak kepake!”
“Motor lo udah full tank ini.”
El nyengir lantas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Yaudahlah gue tunggu makan-makannya.”
Al menoleh pada ponselnya yang kini menampilkan sebuah chat dari Varsha yang membuat senyumannya terbit.
Varsha : Good night, Al"PAPAA BUNDAAAA!!! AL JADIAN SAMA VARSHAAAAAAAA!!" teriak El dari depan pintu kamar Al membuat Al mengumpat pelan.
***
Kabar mengenai jadiannya Al dan Varsha langsung tersebar ke seluruh penjuru SMA Nebula berkat mulut ember El. Kini Varsha hanya bisa berjalan pelan sambil menunduk karena seluruh pasang mata menatapnya intens. Namun, Varsha berusaha tidak acuh.
“Cie yang baru jadian. Makan-makan kuy!” seru Salsa saat Varsha baru saja menapaki lantai kelas.
Varsha berjalan mendekati ketiga temannya yang tengah duduk berkelompok. Mengghibah. Varsha duduk di antara mereka.
“Ternyata perjuangan lo nggak sia-sia,” ucap Vela.
“Iya dong! Dan gue seneng banget sekarang karena gue udah resmi jadi pacarnya Al! Ya ampun nggak nyangka banget gue,” ucap Varsha sambil tersenyum senang membayangkan kejadian kemarin sore.
“Gue penasaran deh, cowok kayak Al nembaknya gimana? Romantis nggak?” tanya Salsa.
“Boro-boro.” Ini bukan Varsha yang menjawab melainkan El. “Eh kakak ipar, asal lo tau aja, kemaren gue sama yang lain udah nyiapin tempat romantis buat lo sama Al, eh dasar Al nya aja yang bego malah nembak lo depan rumah,” cerita El.
“Gue nggak peduli sih. Mau dimanapun sama aja bagi gue, yang penting Al udah nembak gue,” ucap Varsha senang.
“Btw, Al mana? Kalian, kan baru jadian kok nggak bareng?” tanya Gisel.
“Sama Amara.”
“Ha?” Gisel dan Salsa melongo mendengar ucapan Varsha yang kelewat santai.
“Lo kok biasa aja sih? Al itu pacar lo loh sekarang, kok lo biarin aja,” ucap Salsa tidak percaya.
“Orang mereka hari ini ada lomba. Terus gue harus gimana? Yakali gue yang gantiin Amara.”
“Lo nggak cemburu?” tanya Gisel ragu.
Varsha terdiam sejenak lantas menggeleng. “Gue percaya sama Al.”
***
Varsha berjalan keluar dari area sekolah bersama dengan ketiga temannya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu dan sekarang mereka berniat untuk hangout.
Mata Varsha tertuju pada sebuah motor yang memasuki gerbang sekolah. Berlainan dengan kebanyakan motor yang justru keluar dari sekolah.
Salsa menyenggol lengan Varsha ketika melihat motor itu. “Noh Al sama Amara.”
Varsha mengedikkan bahu tak acuh lantas melanjutkan langkah. Begitu juga dengan ketiga temannya. Langkah Varsha kembali terhenti ketika berpapasan dengan Al dan Amara yang memegang piala yang cukup besar dengan tulisan Juara 1.
“Hai, Al,” sapa Varsha dengan senyuman. “Hai, Amara.”
Amara hanya tersenyum.
“Baru pulang?” tanya Al pada Varsha. Varsha mengangguk.
“Kamu sama Amara menang? Selamat ya,” ucap Varsha tulus.
“Makasii, Sha,” jawab Amara. “Oh ya gue denger-denger lo sama Al jadian ya? congrats ya.”
Ada rasa ngilu di hati Amara saat mengatakan itu. Faktanya, dia belum bisa melupakan Al. Tapi, dia tidak ingin membuat masalah dan memperburuk keadaan.
Varsha tersenyum tulus.
Di kejauhan, El, Dava, dan Azzam baru saja keluar dari sekolah. Mereka langsung menemui Al ketika melihat cowok itu sedang bersama Varsha dan juga keempat cewek lainnya.
“Widih menang lagi lo berdua!” ucap Dava melihat pialan di tangan Amara.
“Baru jadian menang lomba lagi, makan-makannya mana nih,” tagih Azzam.
“Café La Venda sekarang,” ucap Al yang membuat semua orang di tempat itu bersorak bahagia. “Kabarin anak Xaverious sama anak kelas juga, yang mau ikut suruh dateng aja,” lanjut Al.
“Siyap kalo gitu.” El mengeluarkan ponselnya melakukan apa yang diminta Al.
“Pertanyaannya kenapa mesti café bokap gue?” tanya Azzam.
“Biar dapet diskon dari Om Kenzie lah,” jawab El sambil terkekeh pelan.
“Udah gue booking,” ucap Al.
Varsha memegang lengan Al lantas menatapnya. “Kamu serius?” tanya Varsha yang diangguki oleh Al.
“Mm Al, kita harus anterin pialanya dulu,” ucap Amara yang diangguki oleh Al.
“Aku ke café dulu ya, Al, sama yang lain. Aku bawa mobil soalnya,” ucap Varsha.
“Lo pergi sama gue,” ucap Al.
Senyum Varsha mengembang. Pipinya merona merah mendengar ucapan Al.
“Katanya jadian, masa lo-gue!” seru Dava.
“Diem lo,” ucap Al.
“Dahlah! Cabut yuk! Laper gue!” ajak El.
“Lah ini cewek-cewek sama siapa?” tanya Azzam.
“Nebeng lo pada lah!” jawab Salsa.
“Dav,” panggil Al pada Dava saat cowok itu hendak pergi. Al melemparkan kunci motornya yang ditangkap oleh Dava. “Lo bawa motor gue.”
Dava mengangguk. Mereka semuapun pergi menuju motor masing-masing untuk menuju ke café La Venda untuk makan gratisan.
Pandangan Al beralih pada Amara. “Lo mau ikut, Amara?” tanya Al. “Biar El gue suruh nunggu lo.”
Amara menggeleng pelan. “Gue mau langsung pulang aja. Capek.” –hati.
Al manggut-manggut. Dia mengenggam tangan Varsha. “Ayo!” Al menarik lembut tangan Varsha untuk menyusul Amara yang lebih dulu melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarsha
FantasySetelah kedatangan Varsha Callista Valencia, Alfarellza Keandre Asvathama harus terjebak dengan gadis cantik yang terus mengejar dirinya tanpa malu tapi sialnya gadis itu justru selalu membuat hatinya menghangat. Tapi Al tetaplah Al. Bagi dirinya...