“Kamu kenapa diem aja sih, Al? Ngomong dong. Aku pengen denger suara kamu tau,” ucap Varsha yang kini duduk di samping Al menyingkirkan penghuni asli kursi itu. Erlang.
Untung saja cuma Erlang kalo Ares, Varsha nggak akan berani. Wajahnya Ares itu nyeremin. Varsha sampai bergidik ngeri bayanginnya.
Erlang sendiri sudah berada di belakang. Pojok literasi. Tempat paling nyaman untuk tidur. Iya, Erlang tidur. Tanpa peduli teman-temannya yang berisik, berteriak dari a sampai z, dari nada do sampai do lagi.
Satu tangannya dijadikan bantal sedangkan satu tangannya lagi menutupi wajahnya. Sebelah kakinya ditekuk ke atas.
“WOI!” teriak El di depan Ares yang kini duduk santai dengan kepala nyender dinding. Tangannya sibuk mengetikkan pesan untuk pacarnya. “Bukannya ngerjain tugas malah chating!” lanjut El.
Kelas 11 IPA 3 kali ini free class walau hanya satu jam pelajaran. Gurunya tidak berangkat karena sakit yang tentu saja membuat seluruh penghuni kelas mengucapkan syukur Alhamdulillah.
Tapi mereka tidak benar-benar bebas. Guru itu meninggalkan tugas yang harus dikumpulkan hari ini. Meskipun begitu, hanya segelintir orang seperti Al yang langsung mengerjakan tugasnya. Yang lain? Nunggu Al selesai. Nyontek.
“Lo sendiri ngerjain? Nggak, kan? Udah jangan banyak bacot. Urusin aja tuh si Salsa.”
El membalikkan badan menatap Salsa yang duduk dengan Gisel dan Vela. Mata Salsa tertuju pada telapak tangannya jijik dengan mata sendu. El tersenyum miring lantas menutup telinganya. Mulai berhitung dalam hati. Satu… dua… tiga….
“EEELLLLL!!”
Sesuai perkiraannya, Salsa meneriaki namanya. Tentu saja. El tadi dengan isengnya meletakkan bekas permen karetnya di meja Salsa yang empunya tengah sibuk ghibah. Dan sekarang, permen karet itu menempel di telapak tangan Salsa.
Salsa menatap El nyalang. El sendiri hanya nyengir kuda membuat Salsa semakin naik pitam. Lagi, El berhitung dalam hati. Satu… Dua… Tiga….
Salsa bangkit dari tempatnya mengejar El yang telah lari, sesuai dengan perkiraan El. El berlari keluar dari kelas yang dikejar oleh Salsa.
“WOI! BALIK KELAS WOI! JANGAN KELUAR!!” teriak Hito, sang ketua kelas ketika melihat El dan Salsa kabur dari kandang.
“Al, kamu kenapa sih nggak mau terima aku? Kurang aku apa?” tanya Varsha.
Tanpa menjawab pertanyaan Varsha, Al bangkit dari tempatnya kemudian pergi keluar dari kelas. Varsha tentu saja tidak tinggal diam. Dia ikut bangkit untuk menyusul Al.
“WOI! UDAH DIBILANGIN JANGAN KELUAR JUGA!” seru Hito.
“Diem lo! Mending nyontek!” ucap Azzam yang kini duduk di depan Hito dengan membawa buku Al yang berisi jawaban tugas hari ini.
“Pinter lo, cil!” sahut Hito.
“WOI! Gue duluan, bocil!” teriak Dava pada Azzam.
“Lama!” balas Azzam.
Di depan kelas, Varsha mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri. Dia menemukan Al yang tengah berdiri mengobrol dengan seorang cewek cantik berambut pirang panjang. Varsha mengernyitkan kening.
Varsha menoleh ke samping ketika mendengar gerutuan Salsa. Dia menghentikan langkah Salsa.
“Itu siapa?” tanya Varsha tanpa peduli raut wajah badmood Salsa. Salsa menoleh ke cewek yang dimaksud Varsha. “Amara,” jawab Salsa cuek sebelum memasuki kelasnya.
Varsha terdiam. Menatap interaksi Al dan Amara. Al bahkan tidak pernah mengajak dirinya mengobrol seperti itu. Dan Amara… dia cantik.
“Gue jadi insekyur,” lirih Varsha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarsha
FantasiSetelah kedatangan Varsha Callista Valencia, Alfarellza Keandre Asvathama harus terjebak dengan gadis cantik yang terus mengejar dirinya tanpa malu tapi sialnya gadis itu justru selalu membuat hatinya menghangat. Tapi Al tetaplah Al. Bagi dirinya...