Varsha ingin secepatnya pulang, hati Varsha benar-benar berantakan hari ini. Tapi masalahnya, mobil Varsha mogok, enggak tahu kenapa. Varsha hanya bisa berdiri sendirian di tepi jalan sambil menunggu montir datang memperbaiki mobilnya.
“Varsha.”
Varsha menoleh. Al turun dari motornya yang berhenti di belakang mobil Varsha. Shania juga turun dari motor Al. Rasanya itu sesak melihat Al lagi-lagi bersama Shania.
“Lo ngapain sendirian di sini?” tanya Al.
“Mobil aku mogok.”
Al terdiam. Masalahnya, Al tidak begitu mengerti soal mobil. Parahnya, Al udah sama Shania, enggak mungkin anter Varsha pulang. Tapi, Al enggak mungkin tinggalin Varsha sendirian di tepi jalan, kan?
“Gue temenin aja ya,” ucap Al lagi.
Baru saja Varsha akan menjawab iya, tapi Shania lebih dulu mengeluarkan suara. “Kak Al, Shania mau pulang sekarang. Aku capek, Kak. Pengen istirahat.”
Varsha mendengus kesal.
Al menghela napas pelan. Dia menoleh pada Varsha dengan tatapan bersalah.
“Sha, gue-“
“Kamu pulang aja. Aku udah telpon montir, bentar lagi ke sini kok. Lagian aku udah biasa sendiri.”
Al mengangguk pelan. Al mengusap lembut puncak kepala Varsha. “Gue balik dulu ya. Kalau ada apa-apa, telpon aku aja.”
Varsha mengangguk pelan tanpa menatap wajah Al. Al tersenyum tipis lantas berjalan menuju motornya.
“Kak Varsha, aku sama Kak Al pulang dulu ya.” Shania tersenyum yang dibalas dengusan kecil oleh Varsha.
Motor Al melesat meninggalkan Varsha yang hanya bisa menatapnya nanar. Tapi, Varsha bisa apa?
“Aku udah biasa sendiri, bukan berarti aku mau terus-terusan sendiri.”
***
Varsha baru sampai di rumah malam hari. Dia segera membersihkan badan lantas turun ke dapur. Artnya sedang izin pulang, jadi tidak ada yang menyiapkan makanan untuk Varsha.
Varsha sedang membuka kulkas saat suara bel rumahnya berbunyi. Varsha terdiam. Bulu kuduknya meremang. Siapa yang malam-malam datang ke rumahnya?
Jangan-jangan maling?
Varsha berjalan pelan menuju pintu depan dengan langkah pelan. Jantungnya berdetak kencang. Varsha takut. Dia berbalik badan enggan membuka pintu.
Namun, bel rumah kembali berbunyi.
Varsha menelan salivanya. Dia melanjutkan langkah menuju pintu rumah. Dibukanya pintu rumah itu pelan-pelan. Varsha maju beberapa langkah.
Kosong.
“AAARRGGGHHH!”
Varsha menjerit kencang saat merasakan sentuhan di bahunya. Matanya terpejam erat.
“Sha, ini gue.”
Varsha kenal suara itu. Takut-takut, Varsha membuka matanya lantas menghela napas lega.
“Al.”
“Lo kenapa?”
Varsha menggeleng pelan. “Ini beneran kamu, kan, Al?”
“Iya. Lo kenapa?” Al mengusap lembut lengan Varsha.
“Aku takut banget tau. Aku kira hantu. Mana aku di rumah sendirian lagi.”
“Enggak ada apa-apa, Sha.”
“Kamu ngapain malem-malem ke sini? Enggak sama Shania lagi?”
Al tersenyum tipis. “Gue mau numpang makan. Boleh, kan?”
Varsha tersenyum kemudian mengangguk semangat.
***
Al berdiri menatap Varsha dari samping. Cewek itu sedang sibuk memasak. Varsha terlihat cantik dengan rambut yang diikat asal dan baju yang dilapisi celemek. Al tersenyum. Kalau suatu hari-
“Al, jangan lihatin aku terus. Aku jadi nggak konsen masak.” Varsha cemberut.
“Masa lihatin pacar sendiri nggak boleh?”
“Tapi aku jadi nggak konsen masak tau.” Varsha memegang tangan Al lantas membawanya ke kursi. “Kami anteng di sini, jangan lihatin aku.”
Al tersenyum. “Iya, gue tunggu di sini.”
Varsha tersenyum manis. “Gitu dong!”
Lima menit, nasi goreng buatan Varsha sudah tersaji di atas meja. Varsha menyusul duduk berhadapan dengan Al. Varsha tersenyum senang. Dia pikir hari ini akan makan sendirian seperti biasnaya, tapi ternyata enggak.
“Pasti enak makanannya,” celetuk Al.
“Iya dong! Kan aku yang masak. Apalagi makannya bareng aku. Iya, kan?”
Al mengangguk pelan.
Beberapa menit berlalu, makan malam mereka sudah selesai. Varsha mencuci peralatan makan sedangkan Al menunggu Varsha di ruang keluarga. Al sebenarnya mau membantu Varsha, tapi Varsha melarangnya.
Setelah selesai mencuci peralatan makan, Varsha menyusul Al yang sedang menonton televisi. Dia duduk di sebelah Al. Tersenyum pada Al.
“Al, aku boleh peluk kamu enggak?” tanya Varsha pelan.
Al diam. Hanya menatap Varsha.
“Kalau enggak boleh juga nggak papa,” lanjut Varsha. Varsha menunduk lesu.
Al tersenyum kecil kemudian menarik Varsha dalam pelukannya. Al mengusap lembut rambut Varsha.
“Aku kangen kamu, Al,” ucap Varsha dengan suara bergetar.
Iya, Al tahu dia salah. Belakangan, Al jarang ada waktu buat Varsha. Wajar saja kalau Varsha mengatakan itu.
“Maaf,” ucap Al pelan.
“Al, aku boleh ngomong jujur nggak?”
“Iya.”
“Aku nggak suka kamu deket-deket sama Shania. Aku cemburu, Al.”
Al menghela napas pelan. “Sha, gue kan usah pernah bilang. Shania itu adek gue, jadi lo nggak perlu cemburu.”
Varsha menjauhkan tubuhnya dari Al. “Dia bukan adek kandung kamu, Al. Kalian nggak ada hubungan darah. Wajar dong kalau aku takut kalian….”
Varsha menggigit bibir. Air matanya menetes.
Al segera mengusap air mata Varsha. “Lo nggak perlu takut. Nggak akan ada apa-apa. Gue janji.”
Varsha mengalihkan pandangannya. “Nggak usah janji hal yang nggak pasti, Al. Aku nggak mau kamu nanti jadi pembohong.”
“Terus gue harus gimana, Sha?”
Varsha diam.
Al meraih tangan Varsha kemudian menggenggamnya erat. “Gue harus gimana? Jangan buat gue bingung.”
“Aku… aku mau kamu jaga jarak sama Shania, dikiiiiitttttt aja.”
Al mengangguk pelan. “Gue usahain ya.”
Varsha tersenyum. Tadinya, Varsha takut Al akan mengiyakan permintaannya, tapi ternyata ketakutannya tidak berarti.
Varsha kembali memeluk Al yang dibalas Al dengan senang hati.
“Al, hari ini aku sendirian di rumah. Bibi lagi pulang, anaknya sakit. Kamu mau enggak temenin aku, sampe aku tidur aja.”
Al menganggguk pelan. Tangannya sibuk mengusap lembut rambut Varsha. “Iya, gue temenin.”
Varsha tersenyum senang. Setelah beberapa hari, Varsha tidak merasa kesepian lagi.
***
Setelah mengobrol cukup lama, Al dan Varsha beralih ke kamar Varsha. Varsha tiduran di tempat tidur sedangkan Al duduk di sofa di kamar Varsha.
Sepert ucapannya, Al akan menemani Varsha sampai dia tertidur. Varsha percaya dengan Al.
Lima menit, Varsha belum bisa tidur. Ada Al membuatnya senang, sampai-sampai matanya enggan tertutup. Varsha terus memperhatikan Al yang memainkan ponsel hinggal Varsha menyadari raut wajah Al berubah.
Al berjalan mendekati Varsha kemudian mengusap puncak kepala Varsha.
“Sha, gue pulang dulu ya. Shania nyariin gue.”***
See u

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarsha
FantasySetelah kedatangan Varsha Callista Valencia, Alfarellza Keandre Asvathama harus terjebak dengan gadis cantik yang terus mengejar dirinya tanpa malu tapi sialnya gadis itu justru selalu membuat hatinya menghangat. Tapi Al tetaplah Al. Bagi dirinya...