31. Bosan

1K 132 2
                                    

Bel istirahat berbunyi nyaring membuat para murid berseru riang karena terbebas dari jeratan pelajaran yang membuat otak mereka panas. Apalagi Varsha yang sejak tadi hanya menelungkupkan kepalanya di atas meja. Tidak adanya Al di kelas membuatnya semakin malas untuk bersekolah.

Mendengar jeritan tanda pembebasan itu, Varsha dengan cepat menegakkan kepalanya. Senyum bahagia tercetak jelas di wajahnya.

“Kantin yuk, laper gue,” ajak Gisel pada ketiga temannya.
Salsa dan Vela mengangguk sedangkan Varsha langsung bangkit dari tempatnya lantas berlari keluar tanpa menunggu ketiga temannya.

“Sha! Mau kemana lo?!” tanya Salsa menjerit.

“Nemuin Al!” balas Varsha dengan teriakan.

Salsa mendesah pelan. “Dasar bucin!”

Gisel beranjak dari tempatnya. “Udah biarin aja. Yang baru jadian mah bebas. Ayo, kantin!” ajaknya lagi.


***


Varsha berjalan pelan ketika telah mendekati lab ipa. Varsha membasahi bibirnya lantas menenangkan tubuhnya yang tiba-tiba gugup.

“Gue udah cantik belum ya,” monolog Varsha.

Gadis itu mengeluarkan ponselnya lantas mengecek kondisi wajah dan rambutnya. Katakan saja Varsha lebay, tapi dia hanya ingin terlihat cantik di depan pacar barunya itu. Varsha tersenyum kala melihat penampilannya sudah sempurna.

Varsha memasukkan kembali ponselnya ke saku lantas berbalik badan berniat melanjutkan langkahnya namun urung karena melihat Al yang sudah berdiri tepat di hadapannya. Varsha nyengir.

“Eh Al, udah lama di situ?” tanya Varsha cengengesan.

“Ayo, Al!”

Al menoleh ke belakang ketika suara Amara terdengar jelas di telinganya. Bukan hanya Al, Varsha juga langsung mengalihkan atensinya pada Amara yang berdiri di belakang Al. Amara tersenyum kikuk.

“Ah lo pasti mau makan bareng Varsha ya, Al,” ucap Amara pelan. Nyeri di hatinya kembali terasa menyakitkan namun gadis itu mencoba tersenyum.

“Iya.” Bukan Al yang menjawab melainkan Varsha.

“Mm yaudah gue duluan ya,” ucap Amara.

Gadis itu melangkah melewati Al dan Varsha namun langkahnya terhenti karena suara Al.

“Bareng aja, Ra. Kita makan bertiga,” ucap Al yang membuat Varsha melongo.

Varsha menatap Al heran.  “Kok gitu?” tanya Varsha refleks.

Al menoleh pada Varsha lantas menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya ‘kenapa?’. Namun, Varsha hanya menatap Al tidak percaya. Bagaimana bisa Al malah mengajak Amara ikut makan bersama? Bisa dibilang Al justru membukakan jalan bagi pelakor yang ingin menghancurkan hubungan mereka. Berlebihan memang tapi itu yang Varsha pikirkan.

“Mmm nggak usah, Al. Gue nggak mau ganggu,” ucap Amara.

Amara melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan Al dan Varsha. Dalam hati, Varsha menghela napas lega. Setidaknya, Amara sadar dengan posisinya yang sekarang adalah pacar Al. Varsha memang sudah memaafkan Amara, bahkan bisa dibilang mereka berdua sekarang cukup dekat. Tapi, Varsha tidak akan membiarkan Amara menjadi benalu dalam hubungannya dan Al yang baru terbentuk, mengingat gadis itu memiliki perasaan pada Al.

“Sha, lo nggak boleh ngomong gitu. Gimana kalo Amara tersinggung?” tanya Al lembut.

“Lah salah aku di mana? Kita, kan udah pacaran harusnya Amara sadar sama posisinya, posisi aku, dan posisi kamu sekarang,” ucap Varsha tanpa dosa.

“Ini, kan cuma makan, Sha, nggak usah berlebihan.”

“Al, aku itu pengen makan berdua sama kamu. Aku nggak mau ada yang ganggu.”

Al menghela napas pelan. Menyerah. Al menggenggam tangan Varsha lantas mengajak gadis itu pergi. Dia tidak ingin berdebat dengan Varsha. Dia tidak ingin membuat masalah di hubungannya yang baru seumur biji jagung. Varsha sendiri langsung tersenyum senang.

Sekarang, Varsha sudah tidak mempedulikan lagi tatapan para pasang mata yang melihatnya dan Al berjalan bersisian di koridor dengan tangan yang saling menggenggam. Matanya terus tertuju pada Al yang berjalan di sisinya. Senyum Varsha mengembang.

“Al, inget nggak dulu aku selalu ngejar-ngejar kamu yang selalu jalan lebih dulu tanpa mau nengok aku. Tapi, sekarang kamu udah mau nunggu aku. Kamu mau nengok aku. Kamu mau nyamain langkah aku. Melangkah bersama-sama. Aku… aku seneng banget,” ucap Varsha pelan.

Al hanya menatap Varsha. Tersenyum tipis. Tangan Al bergerak mengusap lembut puncak kepala Varsha membuat gadis itu merasa menjadi orang yang paling bahagia di dunia.

AlvarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang