53

706 110 46
                                    

Varsha menuruti ucapan Rangga. Beberapa hari ke depannya, Varsha tidak pernah lagi menangis. Sebagai gantinya, Varsha lebih banyak melamun. Wajah Varsha pucat, kantung mata terlihat jelas di bawah matanya.

Ponsel Varsha berdenting menandakan ada pesan masuk.  Varha mengambil ponsel yang tergeletak di samping tubuhnya, lalu membaca pesan masuk.

Bunda : Kak Varsha lagi ngapain? Khanza kangen sama Kak Varsha.

Varsha menghela napas pelan. Setelah sekian lama, ada senyum tulus yang terbit di bibir Varsha.

Varsha : Kak Varsha ke sana ya sekarang

Varsha bangkit dan segera menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah itu dia merias wajahnya agar terlihat segar. Varsha tidak mau ada orang yang tahu bahwa dia tidak baik-baik saja.

Setelah itu dia bersiap pergi ke rumah Al. Varsha tidak membawa mobil sendiri. Mobil itu sudah lama tidak Varsha gunakan.

Saat Varsha hendak memesan taksi online, Rangga datang. Sekarang, Rangga memang sering ke rumah Varsha untuk mengecek keadaannya. Rangga tidak tega dengan Varsha.

“Mau ke mana lo rapi amat?” tanya Rangga.

“Ke tempat Al.”

Rangga berdecak kesal. “Buat apa lagi sih lo ke sana. Sebenernya gue udah capek ngomong gini, tapi lo bebal banget. Putusin Al! Dia enggak pantes buat lo.”

“Iya.”

“Kapan?”

“Kapan-kapan.”

Rangga berdecak lagi. Dia benar-benar dibuat bingung dengan cara pikir Varsha.

“Lagian gue ke tempat Al bukan buat ketemu Al, tapi ketemu Khanza. Khanza kangen sama gue, gue juga kangen sama Khanza.”

Rangga manggut-manggut, lalu memutar-balikkan motornya.
“Ayo, gue anterin.”

***


Rangga menghentikan motornya di tepi jalan depan rumah Al karena Varsha yang memintanya. Varsha tidak ingin Al melihat Varsha datang bersama Al dan salah paham lagi. Varsha capek.

“Lo beneran nggak papa? Nggak perlu gue temenin?” tanya Rangga khawatir.

Varsha menggeleng pelan. “Enggak papa kok, Ngga. Gue enggak mau ada salah paham lagi. Gue capek.”

Rangga mengangguk pelan. Dia menghargai keinginan Varsha. “Ya udah kalau ada apa-apa, hubungin gue aja.”

“Pasti. Gue masuk ya.”

Varsha berbalik badan, lalu berlari kecil menuju rumah Al. Saat berada di teras rumah, pintu rumah Al terbuka. Shania keluar dari dalamnya.

“Ngapain kamu ke sini?” tanya Shania dengan nada ketus.

“Gue mau ketemu Khanza.”

Varsha berjalan untuk masuk ke dalam rumah, tapi dihalangi oleh Shania.

“Kamu pikir aku bodoh? Kamu ke sini mau ketemu Kak Al, kan? Nggak perlu! Kak Al udah nggak peduli lagi sama kamu!”

“Gue mau ketemu Khanza.” Varsha mengulang perkataannya lagi dengan penuh penekanan.

Shania mendorong Varsha mundur beberapa langkah. “Mending kamu pergi dari sini. Karena sampai kapan pun, Kak Al itu punya aku. Cuma aku. Aku nggak akan biarin kamu ngerebut Kak Al dari aku.”

Varsha tersenyum sinis. “Gue enggak salah denger? Bukannya lo yang ngerebut Al dari gue?”

“Kak Al itu punya aku. Dari dulu dia punya aku.”

AlvarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang