Hampir dua jam Al yang bisa duduk sendirian. Mengawasi Varsha yang tengah berpose untuk diambil gambarnya. Varsha terlihat cantik. Wajah dan pose tubuhnya sangat mendukung.
Terlalu sibuk memperhatikan Varsha, Al sampai tidak menyadari seorang cewek yang duduk di sebelah Al.
“Hai,” sapa cewek itu.
Al menoleh. Matanya meneliti wajah cewek itu. Al ingat, Al tadi melihat cewek itu juga model. Dia diambil gambarnya sebelum Varsha.
“Varsha pacar lo?” tanya cewek itu sebelum meminum minuman yang dia bawa.
“Bukan.”
Cewek itu tersenyum kecil. “Tapi, kok liatinnya serius amat, sampe nggak kedip gitu.” Cewek itu terkekeh pelan.
Al hanya diam. Tidak berniat mengacuhkan ucapan cewek unknown di sebelahnya.
“Btw, lo masih sekolah? Dimana?”
“Penting buat lo tau?” sinis Al.
Cewek itu terkekeh. Tidak terlihat tersinggung sedikitpun atas ucapan Al.
“Gue suka gaya lo.” Cewek itu tertawa pelan. “Kayaknya lo cocok sama Varsha. Klop aja gitu. Varsha, kan, banyak omong, ceria, ekspresif sedangkan lo dingin, cuek, gini.”
Lagi-lagi, Al tidak menghiraukan ucapan cewek itu.
“Tuh Varsha udah selesai, gue cabut ya,” ucap cewek itu sambil memegang bahu Al.
“Dari tadi kek,” ucap Al sinis.
Cewek itu kembali terkekeh. Dia berjalan menjauhi Al. Menyapa Varsha sekilas saat melewatinya. Al sendiri menepuk bahunya yang tadi dipegang cewek itu.
“Maaf ya, Al, kamu jadi nunggu lama.” Varsha duduk di sebelah Al. Al hanya bergumam.
“Kalo kamu bosen, kamu pergi aja nggak papa kok. Mobil aku dibawa aja.”
“Lo udah selesai?” tanya Al.
Varsha menggeleng pelan. “Maaf ya, pasti kamu bosen,” sesal Varsha.
“Nggak papa. Gue tungguin sampe selesai.”
Varsha mengangguk pelan. “Maaf ya. Eh kamu mau cilok nggak di depan? Enak loh,” tawar Varsha.
Al mengangguk. Varsha tersenyum. Mereka berdua berdiri. Varsha mengajak Al menuju penjual cilok keliling yang terbiasa mangkal di sekitar tempat tersebut.
“Pak, beli ciloknya lima ribuan dua,” ucap Varsha yang diangguki penjual cilok tersebut.
“Lo biasa photoshot di sini?” tanya Al.
“Ooh iya kadang-kadang. Soalnya aku suka bosen di rumah. Jadi, daripada nggak ngapa-ngapain mending kayak gini. Biar ada kerjaan. Buat nambah pengalaman juga sih.”
Al mengangguk paham.
“Kamu nggak ada urusan lain haru ini? Aku bisa sampe sore loh.”
“Enggak.”
“Ini, Neng, ciloknya,” sela penjual cilok.
“Eh iya.” Varsha mengambil dua bungkus cilok yang diulurkan padanya.
“Ini, Pak.” Al mengulurkan uang pecahan sepuluh ribuan pada penjual cilok tersebut.
Varsha tersenyum lantas memberikan satu bungkus cilok pada Al. Mereka kembali berjalan menuju tempat sebelumnya.***
Hari ini, Al menemani Varsha seharian penuh membuat senyum Varsha tidak pernah memudar barang satu detikpun. Rasa bahagia membuncah di hatinya.
Setelah menunggui Varsha melakukan photoshot, jalan-jalan, kini mereka berdua berakhir di sebuah café sebelum mengantar Varsha pulang ke rumah.
Al dan Varsha turun dari mobil. Melirik Varsha, gadis itu tengah mengusap lengannya. Al melepaskan jaket dipakainya lantas menyelimuti tubuh Varsha dengan jaket tersebut.
“Nggak usah, Al,” tolak Varsha.
“Pake aja.”
Varsha mengangguk pelan. "Makasii." Varsha tersenyum lebar.Mereka berjalan memasuki café. Varsha melirik Al yang berjalan di sampingnya. Bahagia. Varsha sangat bahagia.
Merasa diperhatikan, Al menoleh ke samping membuat kedua manik mata itu bertemu. Varsha tidak bisa lagi menahan senyumnya. Dengan bibir yang masih dia gigit, senyum manis tercipta di sana. Hal itu juga membuat senyum tipis di wajah Al tercipta.
Seorang perempuan berdiri tidak jauh dari Varsha. Dia menjauhkan ponsel dari telinganya. Wajahnya berubah gusar setelah mendapat telepon dari salah satu karyawannya. Tanpa sengaja, matanya mendarat pada Varsha yang berdiri tak jauh dari pintu. Senyum di wajah perempuan berumur dua puluh tahunan itu mengembang.
“Varsha,” panggil perempuan itu setelah posisinya lebih dekat dengan Varsha. Varsha menoleh padanya lantas beralih lagi ke Al.
“Al, bentar ya,” ucap Varsha yang diangguki oleh Al.
Varsha berjalan mendekati perempuan yang wajahnya sudah terlihat lebih lega melihat kedatangan Varsha.
“Sukur deh kamu dateng. Kakak boleh minta tolong nggak sama kamu?” tanya perempuan itu dengan wajah penuh harap. “Tolong gantiin Reyhan ya, sebentar aja,” ucap perempuan itu.
“Loh emang Reyhan kemana, Kak?”
“Reyhan katanya kecelakaan. Untungnya nggak parah tapi dia nggak bisa ke sini. Tadi kakak udah hubungi Shella buat gantiin tapi dia masih di jalan, macet katanya. Tolong ya.”
Varsha menoleh pada Al yang masih berdiri di tempat semula. Dia merasa tidak enak pada Al tapi dia juga tidak tega dengan Desi–perempuan yang tengah mengobrol dengannya. Owner café yang sedang dia datangi.
“Bentar ya, Kak,” ucap Varsha pada Desi.
Varsha berjalan mendekati Al dengan rasa tidak enak. “Al.” Al menoleh pada Varsha. “Aku tinggal bentar nggak papa, kan? Kamu duduk aja dulu. Aku cuma sebentar kok.”
***
Rencananya malam ini, Al ingin dinner dengan Varsha setelah seharian penuh menemani Varsha. Bisa dibilang ini pembalasan karena beberapa hari yang lalu Rangga sempat menemani Varsha seharian penuh. Tapi Varsha justru tiba-tiba pergi entah kemana.
Al tidak bertanya karena itu urusan Varsha sendiri, dia tidak mau ikut campur. Varsha pasti punya privasi, kan?
Yang bisa Al lakukan hanyalah duduk di salah satu meja pengunjung sambil menunggu makanan yang dia pesan datang. Tangannya sibuk mengutak-atik ponselnya untuk mengurangi rasa bosan.
Suara petikan gitar mulai terdengar di telinganya. Café ini memang setiap malamnya diisi oleh panggung suara. Jadi, Al tidak peduli. Sampai suara penyanyinya terdengar di telinga Al. Suara seorang cewek yang dia kenali.
Hidupku tanpa cintamu bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu bagai panas tanpa hujan
Jiwaku berbisik lirih ku harus milikimu
Dengan cepat, Al menoleh ke panggung tempat penyanyi itu berada. Matanya terbuka sempurna melihat cewek yang tengah duduk di kursi dengan gitar yang berada di pangkuannya.Tangannya sibuk memetik gitar di pangkuannya sedangkan mulutnya menyanyikan sebuah lagu di depan microphone. Varsha.
Varsha tersenyum di sela-sela nyanyinya saat melihat Al menatapnya.
Varsha memang terkadang menyanyi di café itu. Alasannya hanya satu untuk mengisi kesepian. Desi sendiri yang merupakan teman Varsha mengizinkan Varsha untuk menyanyi di cafenya.
Al benar-benar tercengang dengan itu. Dia tidak menyangka ternyata perginya Varsha untuk itu. Al juga baru tahu jika Varsha memiliki suara yang indah saat menyanyi, bermain gitar pula. Al saja tidak bisa.
Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa
Bibir Varsha terus menyunggingkan senyum disela-sela bibirnya yang tengah menyanyikan lagu risalah hati. Beberapa kali matanya terpejam menghayati lagu yang dia bawakan. Tatapan Varsha beralih dari gitar di pangkuannya lantas ke pengunjung café.
Simpan mawar yang kuberi mungkin wanginya mengilhami
Sudikah dirimu untuk kenali aku dulu sebelum kau lukai aku sebelum kau robek hatiku
Kini Mata Varsha beralih pada Al. Hanya pada Al. Varsha menatap mata Al lekat dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.
Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa
Al yang masih terkesima dengan Varsha. Bibir Al tanpa henti menyunggingkan senyum tulus dengan tatapan yang masih beradu dengan Varsha. Varsha membuatnya kagum hari ini.
Sampai lagu itu berakhir dan Varsha turun dari panggung, Al masih menatapnya. Bahkan Al terus memperhatikan Varsha yang berjalan mendekatinya.
“Suara lo bagus,” puji Al saat Varsha menghampirinya. Dia duduk di depan Al.
“Kamu orang kesekian yang bilang gitu,” ucap Varsha dengan sombong.
Tatapan Varsha berubah. Menatap Al lembut.“Setiap orang diciptain dengan kelebihan masing-masing, kan? Aku mungkin nggak kayak kamu, aku bego, aku nggak bisa matematika apalagi fisika. Passion aku di sini. Pintar nggak bisa dihitung lewat nilai matematika. Menurut aku, setiap orang pintar, di bidangnya masing-masing.”
***
Malam sudah menggelap. Bulan juga sudah mengangkasa bersama dengan bintang-bintang. Dengan ditemani alunan musik perfect dari Ed Sheeran, Al mengantar Varsha kembali ke rumahnya. Sekaligus untuk mengambil motor Al yang masih berada di rumah Varsha.
“Udah sampe, Sha.” Al menoleh ke samping. Ternyata, Varsha sudah terlelap entah sejka kapan. Mungkin, Varsha kelelahan.
Al keuar dsri mobil lantas membuka pintu mobil di samping Varsha. Menyelipkan tangan di tengkuk dan paha bagian bawah Varsha, Al menggendong Varsha.
Varsha menggeliat kecil saat merasa posisinya berubah. Dia bergerak pelan di gendongan Al. Mencari tempat yang nyaman lantas kembali terdiam.
Al terus menatap Varsha dengan senyuman di wajahnya.
“You look perfect tonight.”***
See u

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarsha
FantasiSetelah kedatangan Varsha Callista Valencia, Alfarellza Keandre Asvathama harus terjebak dengan gadis cantik yang terus mengejar dirinya tanpa malu tapi sialnya gadis itu justru selalu membuat hatinya menghangat. Tapi Al tetaplah Al. Bagi dirinya...