26. Selingkuh

1.1K 142 15
                                        

Bosan.

Itu yang kini Varsha rasakan. Dia kini berada di dalam kamar rawatnya seorang diri. Al sendiri berangkat ke sekolah setelah tadi pagi El datang membawakan seragamnya. Kinzy melarang Al bolos.

Varsha tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Matahari sudah mulai turun dari puncaknya namun sedari pagi dia hanya duduk, main ponsel, rebahan, main ponsel lagi. Ponsel Varsha sampai kehabisan baterai karena digunakannya tanpa henti sejak pagi.

TokTokTok

Pintu ruangan itu terbuka membuat senyuman lebar terbit di wajah Varsha begitu juga cowok yang kini berdiri di ambang pintu.

“Rangga! Syukur deh lo ke sini. Temenin gue ke luar yuk! Bosen!” seru Varsha senang.

Rangga mengerutkan kening lantas berjalan mendekati Varsha. “Gue kira lo marah sama gue.”

“Buat apa? Gue nggak punya alesan buat marah sama lo. Ayo! Temenin gue! Ke taman kek, ke mana kek, yang penting gue pengen ke luar!”

“Iya iya. Bentar gue ambilin kursi roda dulu.”

“Nggak usah! Kaki gue masih lengkap dua masih bisa digunain juga!”

Rangga hanya terkekeh lantas mengacak rambut Varsha.

“Gue belom mandi loh dari kemaren,” ucap Varsha jujur. “Masih cantik, kan? Nggak malu-maluin.” Varsha tersenyum lebar.

“Pantes tuh jigongnya masih nempel.”

Varsha melotot marah pada Rangga. Bibirnya dicebikkan. “Sembarangan! Gue udah cuci muka sama gosok gigi ya tadi pagi.”

“Yaudah ayo, katanya mau ke luar.”

Perlahan Varsha turun dari brankar dengan tangan yang dipegangi Rangga. “Lo serius bisa jalan?”

“Bisa ya ampun. Gue nggak lumpuh.”

Seperti permintaannya, Rangga membawa Varsha ke taman rumah sakit. Rangga duduk di kursi menatap Varsha yang berdiri di depannya dengan tangan yang direntangkan. Varsha tersenyum lebar sambil menghirup udara segar.

Varsha membalikkan badan lantas duduk di samping Rangga. Rangga yang tadinya bermain ponsel kini memasukkan ponselnya ke dalam saku lantas meletakkan tangannya di sandaran kursi yang di duduki tempat di belakang tubuh Varsha.

“Gue bosen banget tau di sini. Pengen pulang tapi belum boleh. Padahal, kan gue nggak papa. Cuma hampir mati aja kemaren.” Varsha terkekeh sendiri.

“Maafin Amara, ya,” pinta Rangga.

Raut wajah Varsha berubah lesu. “Gue pikir lo ke sini mau nemenin gue ternyata cuma mau ngomong itu.”

“Baperan lo!”

Varsha berdecak sebal.

“Gimana?” tanya Rangga.

Varsha menggeleng lemah. “Gue belum bisa.”
Rangga tersenyum. “It’s fine. Senyum dong!”

Rangga menjepit kedua pipi Varsha menggunakan tangannya membuat bibir Varsha bergerak seperti mulut ikan ketika dia menggerutu. “Rangga ih!”

Mata Varsha terarah pada celana yang dipakai Rangga. Tubuh Rangga sendiri terbalut jaket.  “Lo bolos ya?” tanya Varsha sesaat setelah Rangga menjauhkan tangannya dari wajah Varsha.

“Males gue belajar mulu.”

“Kayak pernah belajar aja,” cibir Varsha.

“Pernah pas sd. Itu pun nyampe kelas dua doang.”

Varsha terkekeh. Dia mengalihkan pandangan dari Rangga namun matanya justru menemukan dua orang yang tengah berjalan menyusuri koridor rumah sakit tempat di samping tempatnya berada.

Raut wajah Varsha berubah lesu membuat Rangga heran. Rangga membalikkan badan mencoba mencari tau apa yang membuat raut wajah Varsha berubah. Rangga menggeram marah. Tangannya terkepal kuat.

Di koridor rumah sakit, Al dan Amara tengah jalan berdua bersisian. Tangan mereka saling menggenggam. Sesaat kemudian, langkah mereka berdua terhenti karena Amara yang menggenggam tangan Al semakin kuat.

“Varsha pasti nggak mau maafin gue, ya,” ucap Amara sedih.

Al tersenyum tipis. “Dia masih butuh waktu. Varsha pasti akan maafin lo kok. Lo jangan berhenti terus minta maaf sama Varsha.”

Amara mengangguk lemah.

“Nggak usah sedih gitu. Ayo!” ajak Al pada Amara.

Mereka berdua kembali berjalan bersisian menuju kamar rawat Varsha masih dengan tangan yang saling bertautan.

Rangga bangkit dari tempatnya berniat untuk menemui Al dan Amara namun Varsha segera mencekalnya. “Mau kemana? Udah sini aja, nggak usah nyamperin mereka.”

Rangga menatap Varsha marah. “Gue harus nyamperin mereka, Sha! Brengsek banget sih Al! Mainin hati Amara terus! Udah bikin sakit hati abis itu dibaperin lagi! Nggak punya pendirian!” semprot Rangga dengan suara keras.

AlvarshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang