“Al, pacaran, yuk!”
Al baru saja sampai di sekolah pagi ini, tapi dia langsung mendapat kejutan dari seorang siswi baru yang malangnya satu kelas dengannya. Kini siswi baru bernama Varsha itu berdiri di ambang pintu kelas mencegat dirinya kemudian menembaknya secara terang-terangan tanpa malu.
Varsha menatap Al dengan senyum di bibirnya. Matanya berbinar cerah menunggu jawaban dari Al. Al sendiri hanya menatap Varsha dengan tatapan yang sulit diartikan. Raut wajahnya tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Datar.
“Nggak.”
Hanya satu kata yang singkat, padat, dan jelas yang keluar dari bibir Al tapi membuat binar di mata Varsha meredup. Wajahnya berubah lesu. Ini pertama kalinya Varsha menembak seorang cowok dan langsung ditolak mentah-mentah.
Malu? Pasti. Apalagi sekarang semua penghuni kelasnya dan juga beberapa oknum kelas lain tengah menatap dirinya.
Niat Al untuk masuk kelas hari ini batal karena kejadian ini. Dia membalikkan badan dan pergi untuk menuju Wafat. Bolos.
“Yaahhh ditolak gaess,” ucap Dava prihatin dengan suara keras.
“Cuuuuuttttt itu ngilunya,” sahut El tepat sasaran.
“Punten, duta iklan lewat!” sahut Dava menyindir El.
“Ha? Aku? Jadi duta sampo lain?”
“Goblok!” maki Erlang dan Ares.
“Baper!” sahut Erlang
“Najis!”
“Daripada sama Al mending sama gue aja, udah pasti gue terima,” ucap Aiden yang mendapat geplakan dari keempat temannya –El, Dava, Ares, dan Erlang.
Azzam sendiri sudah kabur ke kelas gebetannya. Digebet tapi nggak kena-kena. Iyalah, orang gebetannya udah punya pacar. Tapi, Azzam ngebet banget.
“Modus aja lo, solimeh!” seru Dava.
“Cewek mulu, otak lo tuh dipasang jangan dicopot mulu!” seru Ares.
“Gue kan cuma nawarin,” ucap Aiden sambil merapikan kembali rambutnya yang berantakan akibat ulah keempat temannya. “Kali aja mau.”
“Diem lo semua!” seru Salsa pada keempat cowok itu. “Berisik tau!”
“Eh lampir! Mulut lo itu yang berisik!” seru El.
“Gue nggak akan berisik kalo lo nggak berisik!”
El mencibir pelan pada Salsa yang kini menatapnya tajam.
Gisel menepuk bahu Varsha yang masih terdiam di ambang pintu. “Udah biarin aja, Al emang gitu,” ucapnya menenangkan Varsha.
***
Varsha duduk di kursinya dengan wajah yang masih masam. Penolakan Al masih terngiang di otaknya. Dia marah, kecewa, malu, tapi yang lebih mendominasi adalah dia merasa bodoh. Sangat bodoh.
“Ck bisa-bisanya sih gue se-pede itu pake nembak Al depan banyak orang,” sungut Varsha pelan.
“Malu banget, ya?” tanya Salsa yang duduk tepat di depan Varsha dengan posisi terbalik menghadap Varsha.
Dia kini tengah menuliskan jawaban ke buku tulisnya. Pelajaran pertama digunakan untuk mengerjakan tugas secara berkelompok dua meja yang artinya empat orang. Pemilihan kelompok berdasarkan tempat duduk, dua meja depan belakang. Jadi, Salsa dan Gisel yang duduk di depan Vela dan Varsha membalikkan kursi mereka.
“Pastilah. Gue kayak nggak punya muka banget, ya?” tanya Varsha pelan.
“Enggak sih,” jawab Gisel. “Lagian bukan cuma lo doang yang nembak Al terang-terangan terus ditolak.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarsha
FantasíaSetelah kedatangan Varsha Callista Valencia, Alfarellza Keandre Asvathama harus terjebak dengan gadis cantik yang terus mengejar dirinya tanpa malu tapi sialnya gadis itu justru selalu membuat hatinya menghangat. Tapi Al tetaplah Al. Bagi dirinya...