[AYANA_54]

244 19 2
                                    

Hai!!!
Makasih yah buat yang sabar nungguin cerita absurd ini🙏🙏

And now, we are back😂

Happy reading guys!




❤❤❤

Brian terdiam di dalam kamar tidurnya, banyak hal yang sedang berkeliaran di kepalanya, tapi tidak ada satu pun yang dapat dia temukan titik terangnya. Laki-laki itu tampak bingung, namun ada juga binar bahagia di wajahnya.

"Pesawat yang ditumpangi orangtua Asya hilang kontak dan diprediksi tidak ada yang selamat, kemungkinan besar Asya akan kembali."

Ucapan bundanya terngiang di kepalanya, ada bimbang di hatinya, rasa bersalah atau rasa rindu, Brian tidak tahu, perasaan mana yang paling dominan. Di satu sisi, Brian bahagia karena Asya akan kembali. Di sisi lain, Brian juga merasa sedih akan hal yang menimpa Asya.

Lama terdiam dalam lamunan yang merajai kepalanya, Brian kebingungan tentang bagaimana dia akan menyikapi kehadiran Asya, jika gadis itu benar-benar kembali.

Di satu sisi, perasaan rindu menggebu dalam hatinya. Di sisi lain, ada bagian dari hatinya yang berteriak tidak terima, bagian itu menyuarakan nama Ayana.

Ayana dan Asya.

Pilihan yang cukup sulit untuk mengguncang keseriusan yang Brian berikan selama ini kepada Ayana. Perlahan, laki-laki itu berdiri, membuka laci dan mengeluarkan sebuah foto berukuran sedang.

Di balik foto itu ada sebuah kalimat yang sudah Brian baca ribuan kali.

Awal kisah kita mungkin adalah kesalahan. Namun, aku berharap akhirnya adalah sumpah sehidup semati di depan Tuhan.

Cukup menggelikan untuk remaja berumur lima belas tahun. Asya berharap banyak padanya. Di satu sisi ada pertanyaan yang cukup mengganggu pikirannya, apakah Asya mengingat dirinya? Apakah Asya mengingat janji mereka? Lalu, jika Asya masih mengingat dirinya dan janji mereka, apa yang akan Brian lakukan? Ada Ayana di sisinya.

Brian meletakkan foto itu kembali ke dalam laci, kemudian mendekati ranjang dan membaringkan tubuhnya telentang, menatap lurus ke langit-langit kamar. Kedua tangannya ditekuk dan dijadikan sebagai bantal.

Laki-laki itu benar-benar bingung saat ini, perlahan manik legam miliknya mulai tertutup. Brian harus benar-benar memikirkan ini, dia harus tahu apa yang hatinya inginkan. Ada dua hati dan pasti akan ada yang akan terluka. Brian takut salah langkah.

***

Dua minggu sudah terlewat sejak kejadian yang hampir merenggut nyawa Ayana. Kaki dan tangannya juga sudah pulih kembali, hanya bekas lukanya belum benar-benar hilang, akibat bersentuhan langsung dengan aspal.

Pagi ini, Ayana berangkat ke sekolah. Tentu saja bersama Brian, pacarnya. Mengingat laki-laki itu membuat jantung Ayana berdetak lebih cepat, gadis itu selalu saja merasa gugup jika berada di dekat Brian.

Namun, di sisi lain, hubungan Ayana dengan Esya dan Maria, sampai saat ini belum membaik. Apalagi Maria, gadis itu selalu menjuteki Ayana. Padahal jika Ayana mau, bisa saja dia membalas perlakuan Maria.

Ayana juga tidak mencoba memperbaiki apa yang salah pada mereka. Bagi dia, ucapan Maria dan Esya ketika di apartmen Mita adalah sebuah penolakan. Jadi, gadis itu tidak ingin memaksakan diri. Mungkin mereka hanya bisa menjadi teman dan tidak lebih. Jika semakin dipaksakan, bisa saja persahabatan itu jadi toxic kepada dirinya sendiri.

Suara motor yang berhenti di depannya mengembalikan fokus Ayana. Di sana ada Brian dengan motornya, juga jaket berwarna hitam yang melekat pas di tubuhnya.

AYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang