"Gak gitu, Aya! " seru Brian ketika menemani Ayana belajar di perpustakaan sekolah.
"Jadi gimana, kepala aku udah keluar asap, Ian."
"Makanya jangan dipaksain, intinya ini soal terakhir untuk hari ini! " Perintah Brian, sambil memijat pelan dahi Ayana.
Sebenarnya soal yang saat ini Ayana kerjakan adalah soal ke-sepuluh dan setiap satu soal berasal dari materi yang berbeda, jadi terbilang sudah 10 materi Ayana pelajari hari ini.
Kalian tahu kan soal olimpiade?
Tingkat kesulitannya tahap akhir. Bahkan seorang guru sekalipun kesulitan menjawabnya, kecuali orangnya jenius."Soal ini adalah salah satu soal dari materi eksponen, ingat? " Tanya Brian hati-hati, dia kasihan melihat Ayana yang sangat berusaha untuk menjadi pemenang dalam kompetisi ini.
"Ingat."
"Jadi awalnya kamu pecah dulu bilangan dalam akar ini, contohnya √8 bisa di ubah jadi √4x2 , terus keluarin √4 yaitu 2 jadi bisa ditulis 2√2 dengan kata lain √8 nilainya samadengan 2√2." Kata Brian menjelaskan dengan sangat sederhana,tapi sangat mudah ditangkap oleh Ayana.
"ohh iyah! " seru Ayana antusias.
"Aku udah bisa nih! " Lanjutnya lagi.Brian tersenyum melihat Ayana yang sangat semangat mengerjakan soal itu.
"Udah? " Tanya Brian ketika melihat Ayana sudah berhenti menulis.
"Belum. Setelah ini di apain, Brian? " Tanya Ayana ketika hampir akhir menyelesaikan soal.
"Di bagian sini, kamu pecah bilangan depan agar sama seperti yang di dalam akar. Didalam akar kan bilangan 5 dan 7, kamu pecah bilangan 12 yang didepan ini. 12=5+7, berarti a=5 dan b=7, maka a x b= 5x7=35." Terang Brian lagi.Ayana tersenyum, fokusnya terbagi antara apa yang dijelaskan oleh Brian dan tutur kata Brian. Aku-kamu, lucu ketika Brian yang menggunakannya tetapi Brian sangat pintar mengondisikan situasi. Brian tau kapan menggunakan lo-gue dan kapan pakai aku-kamu.
"Kalo kamu yang ngerjain jadi mudah! " Ujar Ayana.
"Iya dong. Gue kan jenius." ucap Brian sambil terkekeh.
"Hilih-hilih kimi singit pirciyi diri, pik!" Ujar Ayana sambil tertawa.
"Iki pirciyi diri kirni iti fikti." Kata Brian sambil tertawa mengikuti gaya bicara Ayana.
"Btw, tadi lo bilang pik, maksutnya ibab?" Tanya Brian.
"aku bilang pik bukan pig."
"ohh gitu."
"Ayok ke kelas! " seru Ayana antusias, dia sudah sangat lelah.
*****
"Maksut lo apaan, hah! " Tanya Rose sambil menggebrak meja tempat Ayana dan Esya.
Ayana hanya menatap Rose datar.
"Maksut lo apaan, bitch! " Bentak Rose pada Ayana dengan bola mata yang mungkin sudah hampir keluar."Lo bicara sama gue? " Tanya Esya.
"Gak, sama teman lo! "
"Gue? " Tanya Ayana.
"Maksut lo apaan ngirim gue pesan kek gini? " Lanjut Rose sambil meletakkan hp nya di depan Ayana.
Ayana mengambil hp itu dan membaca isi pesannya.
0822********
Lo kalah kan? Gak bisa sedekat gue sama Brian, kan? Kasihan banget sih lo, percuma dandan kek mak lampir tapi dilirik ajah gak!
Turut bersuka cita yah"_""Itu nomor lo, kan? " Tanya Rosa, kembar Rose.
"Lo kelihatan polos, tapi aslinya kuntilanak! " Tegas Rose.
Ayana tetap diam, pikirannya langsung tertuju pada orang yang selama ini meneror dia.
"Apa? Mau akting lagi? Mau akting seolah-olah lo bawang putih lalu kita bawang merah atau mau jadi snowhite atau cinderella. Mau pilih yang mana, hah! " Bentak Rose.
"Itu bukan gue." Ucap Ayana santai dengan wajah datar.
"Wah..wah..wah. Pintar yah! " seru Rosa sambil bertepuk tangan.
Namun kali ini respon Rose diluar yang Ayana pikirkan. Rose menarik rambut Ayana, memaksa Ayana untuk berdiri dari kursinya.
"Lepasin tangan lo! " Ucap Ayana dingin.
"Hah? Gimana? Gue gak dengar! " ujar Rose sambil tertawa bersama dengan para temannya yang sejak tadi jadi penonton.
Dengan cepat Ayana menarik tangan Rose dari rambutnya lalu memilintir tangan itu.
"Gue udah bilang itu bukan gue. Gue gak suka cari masalah."
"masalah aku udah terlalu banyak." lanjut Ayana dalam batin."Lepasin tangan gue! Arghhh." Teriak Rose ketika Ayana semakin menekan tangannya.
Ayana melepaskan tangan Rose.
"Kalian ngapain, hah? " Tanya Mita yang baru saja tiba dari kantin.
"Pergi... pergi! " usir Maria mendorong Rose dan teman-temannya dibantu oleh Mita.
Setelah Rose pergi, Mita mendekati meja Ayana.
"Lo goblok yah Esya, teman lo dibuli didepan mata lo sendiri dan lo diam? " Tanya Mita membara.
"Gue gak suka masalah." ucap Esya singkat.
Mita tertawa meremehkan ucapan Esya.
"udah.. udah, gue gakpapa kok, Mita. Makasih udah peduli. " ujar Ayana tersenyum tulus pada Mita sambil menepuk pundak Mita.
Mendengar ucapan Ayana, Mita meringis. Kemudian memeluk Ayana erat.
"kasihan banget sih lo, Aya. Lo selalu disalahin atas apa yang gak lo lakuin. Kalo gue tau siapa yang fitnah lo, gue bakal kasih perhitungan buat dia. Gue janji bakal selalu ada buat lo. " Batin Mita.
"Turut bersuka cita atas apa yang lo alamin, Ayana. Gue bahagia banget, selalu bisa ngusik hidup damai lo! Tunggu yang selanjutnya, sayang." ucap seorang gadis di dalam batinnya dan tercetak jelas senyum iblis di bibirnya.
*****
Aku gak minta banyak, cuma vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Teen FictionHidup itu pilihan itu kata mereka Lalu kenapa hidupku diselimuti kesedihan Disaat aku memilih bahagia??