"Maksutnya" Tanya Brian heran mendengar ucapan Ayana.
"Mita, ayok siaran!" Ayana mengacuhkan pertanyaan Brian dan mengajak Mita untuk siaran seperti biasa.
"Bukannya lo mau siaran istirahat kedua dan istirahat pertama ke perpustakaan? " Brian bertanya pada Ayana yang hampir pergi dengan menahan pergelangan tangannya.
"Pengecualian untuk hari ini." tukas Ayana tegas.
"Kenapa Aya, gue salah apa? " Brian bertanya dengan lembut, takut semakin membuat Ayana tersinggung.
"Mending kamu balik ke kelas kamu, tapi kalo masih mau caper disini, silahkan! " Kata Ayana sambil menarik Mita pergi.
Tiba-tiba handphone Brian berbunyi tanda sebuah pesan masuk.
"Balas dulu pesan gebetan kamu, mau ngajak ketemuan kali, dan jadi cowok itu jangan rakus, kamu cuma punya satu hati dan tidak sepatutnya satu hati menampung banyak nama." Ayana memberhentikan langkahnya dan mengucapkan kalimat ini.
Brian terdiam mendengar ucapan Ayana. Ini pertama kalinya Ayana bicara sekasar ini, biasanya dia sangat menghargai perasaan orang lain.
Brian mengalihkan perhatiannya ke pesan yang baru masuk tadi.
0813********
Ayana lagi cemburu, tadi dia liat lo mesra-mesraan sama Eca di lapangan, Mita.Brian tersenyum, sekarang dia sudah tau akar masalahnya, sekarang yang harus dia pikirkan adalah caranya minta maaf.
Brian bangkit dari duduknya hendak pergi, tetapi sebelum pergi dia menatap Esya nyalang
"Masih gue pantau, nanti gue sleding." Ucap Brian sambil berlalu.
Tetapi sebelum Brian berlalu dari pintu Esya berteriak, "cie... Mantauin gue, awas cinta nanti." Dengan raut senyum sumringah.
Brian menatap Esya dengan mimik seolah Esya adalah sampah yang paling hina diantara semua sampah yang ada di dunia ini. "Jangan mimpi." Tukas Brian tegas, kemudian berlalu.
*****
Brian tersenyum ketika mendengar suara lembut Ayana yang mengalun lembut dalam tiap bait puisi yang dia lantunkan.
Dibawah langit malam
Ditemani bulan serta bintang
Bersama lara yang setia menetap
Seolah airmata tiada artiAngin menari menerpa wajah
Tubuh layu melawan dingin
Melahap habis kecewa
Bibir ini tersenyum kecutMenepis rasa yang tak pasti
Kurasa hatiku patah
Tak berdarah, tak berbunyi
Tapi perih seakan tersayatRasa sakit merambat disetiap sela hati
Alunan irama dilema menguras perasaan
Dan kini, aku kembali menata jiwa yang hancur
Memahami defenisi cinta dan segala bentuk rasa.Brian tersenyum kecut, mungkin Ayana benar-benar patah hati karena ulahnya.
****
Ayana dan Mita kembali ke kelas setelah selesai dengan siarannya. Keduanya kembali duduk dikursi masing-masing sembari menunggu guru datang.
"Aya? " panggil Mita.
"Apa Mita? "
"Kapan lo mulai ikut pemotretan?"
"Mungkin kalo bulan ini, gue ikut cuma kalo hari sabtu, soalnya mau fokus buat olimpiade."
"Kalo gitu sabtu besok, lo ikut bareng gue, sekalian lo belajar buat selanjutnya."
"Makasih Mita."
"Sama-sama. "
Tak berapa lama guru pun masuk dan mulai mengajar,
"Siapa yang mau mencoba soal ini? " Tanya bu guru itu.
"Saya bu! " Ayana mengacungkan tangan kanannya.
"Silahkan."
Ayana mulai bangkit dari kursinya, hendak maju tetapi roknya seakan menempel pada kursi.
Ayana mencoba menarik roknya tetapi tetap menempel pada kursi.
"Ada permen karet, Aya." Esya berucap setelah melihat Ayana kesusahan.Seisi kelas memperhatikan Ayana, apalagi setelah mendengar ucapan Esya tak terkecuali guru yang sedang mengajar itu.
Ayana mencoba menarik roknya tetapi tetap tak bisa.
Ayana kembali mencoba, hingga
"Srekkk" Bunyi rok Ayana yang robek."Aya, rok lo robek." Tawa Esya pecah saat berucap itu.
Sontak seisi kelas semakin menajamkan matanya. Akhirnya tertawa saat mendengar tawa Esya.
"Lo kok goblok yah, bukannya bantuin malah lo diketawain, teman macam apa lo? " ucap Maria dengan wajah marah pada Esya.
"Itu lucu yah gue ketawa." bela Esya.
"Pala lo lucu, coba lo yang ada diposisi, Aya! " Tegas Mita membela Maria.
Esya hanya mengedikkan bahu, sambil menahan tawa.
Tangis Ayana pecah, bagaimana tidak roknya robek dan ditertawakan seisi kelas termasuk Esya, teman sendiri.
"Markus, ambil kursi baru untuk Ayana! " pinta Bu guru pada Markus. "Sudah kalian semua diam." ucap ibu guru tegas.
Sontak seisi kelas diam.
"Mita bantu Ayana untuk mengganti roknya dengan training." Lanjut ibu guru.
Ayana berdiri dengan lilitan jacket di pinggangnya kemudian berlalu menuju kamar mandi setelah memgambil training di locker.
Airmata masih setia dipipinya, malu sekali rasanya. Tetapi siapa lagi kalau bukan peneror itu yang melakukan ini.
Ayana kembali ke kelas bersama Mita, Ayana menundukkan kepala, malu sekali rasanya.
Esya mengelus punggung Ayana seolah menenangkan Ayana. Mita menatap Esya kesal, pintar berakting ajah bangga pikir Mita.
******
Vote kalian adalah penyemangat bagiku🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Teen FictionHidup itu pilihan itu kata mereka Lalu kenapa hidupku diselimuti kesedihan Disaat aku memilih bahagia??