[AYANA_22]

790 53 0
                                    

Vote kak🙏🙏


Seperti pagi kemaren, Brian kembali menyapa Ayana di depan pintu kelasnya.

"Pagi tetangga." Sapa Brian.

"Pagi juga." Seru Ayana antusias sambil tersenyum manis.

"Aya, senyumnya jangan kelamaan! "

"Kenapa? "

"Gue bisa diabetes nanti."

"Hubungan senyum sama diabetes apa, Brian?" Tanya Ayana heran.

"Senyum lo itu lebih manis dari glukosa yang bisa memicu diabetes." Ujar Brian sambil tersenyum ramah.

"Jangan kelamaan senyumnya!" Ucap Ayana menirukan ucapan Brian.

"Kenapa? "

"Nanti aku stroke."

"Kok bisa? "

"Kalo kamu senyum, kerja jantung aku itu jadi 2x lipat. Kalo kelamaan kek gitu bisa stroke aku." kata Ayana sambil tersenyum.

Brian tersenyum, "Gini nih, kalo punya doi titisan dilan. Niat mau baperin ehh jadi gue yang baper."

Ayana tertawa, dan berbalik hendak masuk ke kelasnya.

"Aya? " Panggil Brian, menghentikan pergerakan Ayana.
"Apa, Ian?"

"Bunga itu iri sama lo! " kata Brian sambil menunjuk salah satu bunga di depan kelasnya.

"kok bisa? "

"Iyah, soalnya wajahmu mengalahkan indahnya mahkota bunga dan wangimu mengalahkan harum bunga itu, ditambah senyum manis membuatmu semakin complete."

Disaat Ayana hendak bicara, tiba-tiba Brian berucap,
"Gak usah balas, sekali-kali lo ngalah sama gue."

"Gak, Aya cuma mau bilang, Tahu kan seberapa pentingnya sinar matahari untuk fotosintesis tumbuhan? "

"Tau"

"Iyah, seperti hati Aya yang sangat memerlukan Brian buat bertahan hidup, semangat belajar Brian." Setelah mengucapkan itu Ayana segera masuk ke dalam kelas, berbicara terlalu lama dengan Brian tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

Sedangkan Brian masih terdiam mendengar ucapan Ayana.
"Ini nih efek punya doi titisan dilan, kemampuan gombal gue bisa dikalahin, anjir! " batin Brian.

****

"Ayana? " panggil Bu Dena.

"Iyah bu." Sahut Ayana.

"Tolong ambilkan buku nilai Ibu di ruang guru! "

"Iyah bu."

Ayana berlalu dari dalam kelas menuju ruang guru, ditemani lagu yang mengalun lembut dari bibirnya.

Sesekali dia tersenyum mengingat hal indah yang dia alami sejak hadirnya Brian di hidupnya, berbeda sekali dengan dulu.

Ayana juga membayangkan betapa kejamnya teman sekolahnya dulu, berbeda sekali dengan teman sekolahnya saat ini.

Dulu, Ayana sama sekali tidak punya teman. Bahkan Lexa, kakaknya sendiri tega membuli dirinya.

Miris. Yah, memang begitu adanya. Papa yang selalu dibanggakan oleh anak gadis, yang selalu di ibaratkan sebagai cinta pertama, tapi hal ini tidak berlaku untuk Ayana.

Banyak Anak gadis yang mengharapkan mendapatkan suami seperti sosok papanya, laki-laki yang mencintai dengan tulus dan menyayangi tanpa pamrih, tetapi tidak dengan Ayana.

AYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang