Jatuh cinta itu ibarat mantra sihir. Aku tidak tahu, kapan aku bisa sembuh. Dan aku tidak tahu, ramuan apa yang dapat menyembuhkanku.
_________________________________________Brian mengerjapkan matanya pelan. Tak terasa langit sudah berubah warna menjadi gelap. Brian menutup buku yang dia baca. Hal ini yang tidak dia suka ketika dia bersama Ayana. Buku adalah dunia baginya, Brian bisa lupa pada apapun saat ada buku di tangannya.
Dan tadi, Ayana memaksanya ikut belajar, dengan alasan, dia tidak pernah melihat Brian belajar. Bahkan, Brian bisa saja tuli saat dia sedang membaca. Dan lihat, Ayana sudah tertidur, menaruh kepalanya di atas meja, dengan kedua tangan yang dilipat sebagai bantalnya.
Brian tersenyum, memperhatikan wajah Ayana yang sangat tenang saat terlelap. Tangannya terulur mengelus rambut Ayana yang di ikat asal-asalan. Senyumnya sama sekali tidak luntur, begitu juga Ayana, gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan tangan Brian yang bergerak pelan di kepalanya.
"Kamu beda, Ya. Aku salah pernah mencintainya. Kamu lebih baik dari Asya. Dan aku bersyukur, kamu adalah milikku."
Brian mendekatkan wajahnya ke puncak kelapa Ayana. Mengecupnya singkat. Kemudian menegakkan badannya kembali setelah berbisik,"Aku sayang kamu, Ya."
"Aku juga sayang kamu," ujar Ayana, sambil memiringkan wajahnya untuk menatap Brian. Ayana tersenyum tulus, dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
"Sejak kapan bangun?" tanya Brian sambil menetralkan mimik wajahnya yang kaget sekaligus malu, bagaimana tidak Brian seakan terciduk mencuri sesuatu, dan diciduk oleh sang pemilik barang yang dia curi.
Ayana hanya mengedikkan bahunya, kembali memejamkan matanya yang masih terasa berat, sesekali dia menatap Brian.
Brian terdiam memperhatikan Ayana. Lucu. Pipi chubbynya sesekali terlihat kembang kempis. Tangannya terulur mengelus pipi Ayana. Sontak, Ayana menatap Brian kaget.
"Mau dengar aku nyanyi?" tanya Brian dan tetap mengelus pipi Ayana.
"Boleh," jawab Ayana, matanya menatap Brian lemah.
Setelah terdiam sebentar memikirkan lagu yang akan Brian nyanyikan, akhirnya dia tersenyum indah, menampilkan lesung pipit di wajahnya, yang mampu membius setiap wanita untuk tak berpaling dari dirinya.
Aku tak tau apa yang lain darimu hari ini, apa itu karena pipi chubbymu atau matamu yang terlihat indah.
Ayana tersenyum mendengar lagu yang Brian nyanyikan, begitu juga dengan Brian, tangannya tetap mengelus pipi Ayana pelan, seakan pipi Ayana itu adalah barang antik yang sangat mudah pecah.
Pernahkah kau bertanya seperti bentuk Brian tanpa Yaya, pernahkah kau mengira seperti apa bentuk cinta?
Ayana menggeleng pelan, seakan menjawab lagu yang Brian nyanyikan. Kepalanya masih setia di atas meja dengan berbantalkan tangannya, dengan kepala yang dimiringkan menghadap wajah Brian.
Wajah warna warni bagai gulali
Imut lucu walau tak terlalu tinggi
Pipi chubby dan kulit putih
Senyum manis gigi sejajar
Membuatku tersadar bentuk cinta itu, ya Yaya.Brian mengakhiri lagu yang dia nyanyikan dengan senyum tulus di wajahnya. Tangannya masih mengelus pipi Ayana, sesekali mencubitnya gemas.
"Sejak kapan nama aku jadi Yaya? Wajah warna warni? Gigi sejajar?" tanya Ayana sambil tersenyum.
"Sejak saat ini, nama kamu jadi My cute Yaya. Wajah kamu kan emang warna warni, coba ngaca, bola mata warna hitam dan putih, alis warna hitam, bibir warna pink, pipi kamu warna putih dicampur warna pink. Gigi kamu kan sejajar mulai dari gigi seri sampai gigi geraham, ya kali kamu punya gigi kelinci," terang Brian panjang lebar, menjawab tiap pertanyaan Ayana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Teen FictionHidup itu pilihan itu kata mereka Lalu kenapa hidupku diselimuti kesedihan Disaat aku memilih bahagia??