[AYANA_29]

672 46 2
                                    

Aku terluka, aku menangis, aku terpuruk, aku bersedih, aku terjatuh, aku dipermainkan oleh takdir. Tapi aku tidak takut, sebab aku punya Tuhan yang Maha Besar.

------------------

Seminggu berlalu sejak kejadian malam itu. Ayana terduduk di tempat tidurnya. Pikirannya sedang bekerja keras saat ini. Bagaimana tidak, orang itu mengiriminya surat, disaat dia dan Brian sedang berdebat waktu itu.
Ayana juga heran, sebenci apa orang ini padanya. Walupun dulu, Ayana terkesan cuek dan tidak peduli pada orang lain. Tapi, dia tidak pernah ikut campur pada urusan orang lain.

Kalo memang hanya karena Brian, itu sudah keterlaluan menurutnya. Lagipun, Ayana tidak akan menjauhi Brian, sekeras apapun orang itu berusaha. Brian sudah masuk dalam daftar orang penting dalam hidup Ayana. Bagaimana tidak, Brian laki-laki pertama yang dekat dengannya, sekaligus cinta pertama baginya.

"Siapa sih lo, gak ada kerjaan? Ngapain ngirimin gue surat terus? Benci sama gue? Yah bilang, kita adu jotos sini," ucap Ayana pada kertas yang kini sedang dia pegang.

Lagi-lagi Ayana membaca surat itu, begini isinya:

Selamat pagi Lesya sayang. Bagaimana semalam? Luar biasa? Mengejutkan? Atau bagaimana? Natasha mengerjaimukah? Tapi kau bodoh, tidak berani melawannya karena dia Ibumu? Tapi itu mempermudah pekerjaanku. Ahh, ini membuatku bahagia. Tunggu selanjutnya, kau siap?

Ayana kembali tersenyum kecut, memijat sedikit pangkal hidungnya. Kembali memejamkan kedua bola matanya, menahan amarah di dalam sana. Hingga, sebuah pesan menyadarkannya. Ayana kembali membuka kelopak matanya, dan membaca pesan yang baru saja dia terima.

Selamat malam, Lesya. Kakak mau memberitahukan sesuatu padamu.

Ayana tersenyum. Mendapati pesan dari Kakak yang selama ini membencinya, membuat perasaannya sangat bahagia. Lexa adalah satu-satunya yang dia punya saat ini. Natasha, yah Ayana punya Mamah, tetapi dia tidak tau apakah dia dianggap anak oleh sang mama.

Selamat malam, Kak Lexa. Ada apa yah?

Ayana membalas pesan itu dengan cepat, rasanya jari-jari miliknya, sangat tidak ingin membuat sang kakak menunggu lama.

Kakak akan pergi bersama Mamah, ke luar negeri. Seminggu ini, Mamah di rawat di Rs lokal. Tapi, mereka meminta agar Mamah dirujuk ke luar negeri. Jadi, Kakak akan pergi bersama Mamah. Kamu tetap di Indonesia, sesekali pantau perusahaan kita. Bukan Kakak tak ingin kamu ikut, tapi kamu tau Mamah sekarang lagi tidak bisa mengontrol emosinya. Maaf belum bisa jadi Kakak yang baik buat kamu.

Tak butuh waktu lama, pesan Ayana berbalas. Namun, hatinya sedikit teriris saat membaca pesan itu. Bibir yang sejak tadi melengkung sempurna, seakan tertarik dan kembali datar.

Tidak apa, Kak. Ayana akan tetap di Indonesia. Semoga Mamah cepat sembuh. Kak Lexa adalah Kakak terbaik yang Ayana punya.

Siapa sangka, airmata Ayana jatuh. Padahal, dia hanya mengetikkan 20 kata disana. Sedih rasanya, kali ini dia benar-benar sendiri. Keluarga yang memang tak terbilang harmonis, akan hilang.

Jangan sungkan berbagi masalah. Maaf selama ini selalu menyusahkan. Kakak sayang kamu. I love you from 38.000 ft.

Ayana tersenyum di sela tangisnya, mendapati pesan itu. Selama ini, tak pernah kata itu terucap. Tapi, mengapa harus terucap, disaat sebentar lagi terpisah jarak.

AYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang