Masih hari yang sama:)
Kini Ayana bersama ketiga temannya berada di dalam kelas sekalipun saat ini adalah istirahat kedua.
Hening, tidak ada yang bicara, keempatnya sibuk dengan pikiran dan pekerjaan masing-masing.
Ayana yang tidur diatas tangan yang dia lipat diatas meja, Esya yang sedang belajar, Mita yang sedang sibuk dengan handphone dan Maria yang sibuk dengan earphone-nya.
Hingga bunyi handphone Esya mengusik ketenangan ke-empatnya, Esya menghentikan aktifitasnya dan membuka pesan yang masuk.
Davin
Aya lagi di kelaskan?Mau ngapain?
Mau modus, dia lagi badmood, kan?
Iyah nih, pokoknya
harus berhasil!Diusahakan, bantuin gue!
Siap:)
Mita heran melihat mimik Esya yang tiba-tiba terlihat sangat bahagia. Bibirnya melengkung sempurna dan matanya menyipit.
"Kenapa lo Esya?" Mita bertanya pada Esya yang sangat fokus pada handphonenya.
Esya hanya menggeleng dan menyimpan handphonenya dan lanjut belajar.
Ayana yang memang sedang dalam mood yang buruk hanya acuh, walaupun dia sedikit tidak suka pada Esya, yang akhir-akhir ini terang-terangan menunjukkan sifat benci padanya.
"Aya, gue sama Maria ada kerjaan bentar, gak apa-apakan kita tinggal, "Izin Mita saat dia memperoleh pesan dari Brian.
Brian mengajak Maria dan Mita untuk membantunya menyiapkan sebuah kejutan sebagai tanda permintamaafannya pada Ayana.
Ayana yang sedang badmood hanya mengacungkan jempolnya tanpa menatap Mita.
Hening, begitu lagi, kini hanya Ayana dan Esya yang berada didalam kelas. Esya gadis manis dengan sifat yang sedikit acuh, tidak terlalu pintar tapi merupakan salah satu murid teladan di sekolah ini.
"Lesya!" Esya memanggil Ayana yang sedang tidur itu, dengan rambut hitam yang digerai hingga jika melihat sekilas seperti kuntilanak, apalagi ditambah kulit Ayana yang putih bersih.
Mendengar nama yang sangat familiar di telinganya, Ayana mendongak dan menatap manik mata Esya heran, tidak ada yang memanggilnya Lesya kecuali masalalunya.
"Hmm... Gue.. Ketoilet...." Esya berbicara sedikit gugup, apalagi dia memanggil nama Ayana dengan Lesya, sebisa mungkin dia mengelak kontak mata dengan Ayana.
"Lo kok gugup?" Ayana menatap gadis di depannya ini heran dan penuh curiga, bagaimana tidak tingkahnya sangat mencurigakan.
"Gak papa, gue pergi dulu."Ayana menatap heran pada Esya, darimana dia tau namanya Lesya. Terbersit rasa curiga dalam pikirannya tapi segera dia tepis, tidak mungkin Esya pikirnya.
Tidak berapa lama, Davin datang dengan sebungkus roti dan sebotol air mineral ditangannya. "Aya? " panggil Davin, sambil mengelus rambut Ayana.
Ayana mendongak dan menatap Davin heran seolah bertanya, "kenapa ada disini? ".
"Lo gak ada ke kantin hari ini. makan yah, jangan bilang lo gak laper kasihan perut lo gak di isi apa-apa."
Ayana hanya mengangguk.
"Nanti pulang bareng gue, mau yah! Sekali ajah!" pinta Davin dengan wajah penuh harap.
Lagi-lagi, Ayana hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Teen FictionHidup itu pilihan itu kata mereka Lalu kenapa hidupku diselimuti kesedihan Disaat aku memilih bahagia??