[AYANA_34]

368 27 2
                                    

"Lucu rasanya, saat aku yang hancur harus tertawa haha-hihi di depan mereka yang sama sekali tidak peduli."

***

"Bagaimana kalo gue yang ganggu hubungan lo dengan dia."

Brian sontak terkejut. Tubuhnya langsung berbalik dan menatap sumber suara itu. Matanya menatap lekat netra legam yang kini menatapnya dingin. Brian merasakan sekujur tubuhnya kaku, bahkan untuk mengucapkan satu kata saja bibirnya tidak mampu.

Brean menatap Brian dingin, senyum sinis tercetak pas di bibirnya. Melihat reaksi Brian yang sangat kaku, Brean tertawa kecil, seolah-olah tingkah Brian sangat menghiburnya. Brean bersandar pada penyangga brankarnya, dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Alesyana ladeera, anak kelas sepuluh. Pindahan dari Sma Nusa Bangsa. Gadis perangkai sajak indah, anak olimpiade juga, gantiin gue."

Brian masih terdiam, menatap Brean tidak percaya. Sejak kapan Brean sadar, dan masih banyak lagi pertanyaan berkeliaran di pikirannya. Namun seakan mantra penyembuh, ucapan Brean tentang Ayana menyadarkan Brian dari lamunannya.

"Maksut lo apa?" tanya Brian, nada tidak percaya masih sangat jelas terdengar dari ucapannya.

"Menurut lo?" jawab Brian ringan dengan mempertahankan tatapan dingin dan senyum sinis di bibirnya.

"Dia gak tahu apa-apa. Masalah ini gak ada hubungannya dengan dia, jadi gue harap lo gak bakal ganggu-"

Ucapan Brian terhenti saat tiba-tiba Brean berucap, "gue gak bakal ganggu, Gue cuma mau dia."

***

Hari ini sebuah kotak besar berwarna silver, tampak elegan, Ayana terima dari petugas apartmen. Bingung dan sedikit rasa takut menghinggapi hatinya, karena tidak ada nama pengirim yang dicantumkan di kotak besar ini.

Ayana menatap kotak besar yang dia letakkan di atas meja. Kotak itu ringan, membuat Ayana semakin penasaran saja. Perlahan Ayana memberanikan diri kembali memegang kotak itu, tangannya meraih pita yang dibentuk untuk memperindah kotak besar ini.

Dengan keberanian yang sejak tadi dia kumpulkan Ayana membuka kotak itu, dan ternyata isinya adalah sebuah novel remaja dan surat kecil.

Hey, Aya. Lama tak bertemu. Selamat untuk hubunganmu dengan Brian, arghh, aku semakin tidak sabar menanti kisah kalian selanjutnya.
Jangan lupa baca, anggap saja kado dariku.
-your lovely haters-

Ayana mengangguk, sudah tahu dari siapa kotak besar ini. Namun apa maksutnya mengirim novel? Ada apa dalam novel ini? Ayana menghentikan lamunannya dan segera membaca bait demi bait dalam buku novel itu.

Kisah kalian selanjutnya, maksutnya apa? Apa orang gila ini akan kembali mengganggu hidupnya setelah beberapa hari tidak ada kabar? Entah apa alasannya, Ayana hanya berharap dia menunjukkan dirinya agar Ayana tahu bagaimana cara mengendalikan masalah ini.

***

Pagi ini Ayana berangkat ke sekolah dijemput oleh Brian menggunakan motor kesayangan Brian. Brian itu jarang naik motor, lebih nyaman naik mobil, katanya. Sedangkan Ayana dia sangat hobi naik motor.

Satu minggu berlalu sejak keduanya menjadi sepasang kekasih. Ayana merasa tiap hari ada saja tingkah Brian yang membuatnya semakin jatuh hati. Brian sendiri sudah memantapkan pilihannya dan dia memilih Ayana daripada semua perempuan yang pernah dekat dengannya, termasuk Asya.

Ayana memeluk erat pinggang Brian, bahkan dia meletakkan dagunya di pundak sebelah kanan Brian.

"Ya!" panggil Brian dengan sedikit menoleh pada wajah Ayana.

"Iya," jawab Ayana menatap wajah tampan Brian dari samping.

"Tadi malam aku mimpi."

"Mimpi apa?" tanya Ayana dengan tersenyum.

"Kamu cium pipi aku, tapi sayangnya cuma mimpi," jawab Brian sambil terkekeh kecil dan menatap wajah Ayana yang berada di pundak sebelah kanannya sebentar.

"Mau?" respon Ayana sambil tertawa kecil di dekat telingan Brian, sontak Brian ikut tertawa seakan tertular tawa Ayana.

"Boleh?"

Ayana terdiam sebentar kemudian mencium pipi kanan Brian. Brian melongo tidak menyangka akan dicium oleh Ayana. Jantungnya berdegup kencang dan senyum tulus terbit di bibirnya. Ayana juga ikut tersenyum dan meredam gejolak kupu-kupu yang menghinggapi hatinya kini.

Brian mengelus tangan Ayana yang melingkar di perutnya dengan tangan kiri sedang tangan kanan memegang stir motor. Hari ini memang keduanya tidak memakai helm, selain karena dekat juga agar mudah berbicara, sehingga tidak perlu ada adegan pengulangan kata.

"Kak!" panggil Ayana pada Brian, dia lebih suka panggilan yang formal, walau jantungnya akan berdegup kencang saat Brian memanggilnya dengan kata 'sayang' atau sebangsanya.

"Hm."

"Kalo suatu hari nanti, kamu dihadapkan sama pilihan yang sangat sulit kamu pilih, apa kamu akan tetap milih aku?" tanya Ayana ketika teringat novel yang dikirimkan oleh orang itu. Ayana sudah membacanya, kisahnya mirip dengan kisah hidup Ayana.

Mulai dari Ayana yang tidak di anggap di rumah, Ayana yang mendapat perlakuan tidak adil, tidak disayangi oleh kedua orangtuanya, dibenci oleh saudarinya dan kisah cintanya dengan Brian, hanya ada sedikit saja perbedaan antara hidup Ayana dengan hidup pemain utama dalam novel itu.

Selain itu, Ayana teringat selembar kertas yang diketik rapi dan diselipkan di akhir novel.

Bagaimana? Kau suka novelnya? Mirip dengan hidupmu bukan? Bukan hanya keluargamu yang akan meninggalkanmu, tapi juga Brian dan sahabatmu.
Tunggu hingga pemain utamanya kembali dan merebut semua yang kau punya. 
-i love your tears-

Surat dan kisah novel itu, dimana seorang wanita di masa lalu yang tiba-tiba kembali, dan merebut semuanya dari sang pemain utama. Dan yang paling mengganggu adalah novel itu berakhir dengan sang pemeran utama yang memilih mengakhiri semua termasuk nafasnya.

Ayana jadi merasa cemas dan takut, bahkan dia menangis lama karena novel itu. Bagaimana jika apa yang orang itu ucapkan akan terjadi?  Bagaimana jika kisah itu akan benar-benar jadi nyata dalam hidup Ayana? Hal itu membuat Ayana gentar hingga pertanyaan itu keluar dari mulutnya.

"Misalnya?" tanya Brian heran.

"Misalnya di saat kamu harus milih antara aku dengan masa lalu kamu," jawab Ayana to the point.

"Tergantung situasi, Sayang. Bahkan Jack yang saling mencintai dengan Rose, tidak bisa bersama. Begitu juga Romeo dan Juliet. Aku sayang kamu, itu yang harus selalu kamu ingat. Aku akan berusaha tetap ada buat kamu, tapi aku tidak bisa melawan alur yang Tuhan ciptain buat hidup aku. Intinya selagi kamu adalah Ayana-nya Brian, aku akan tetap berusaha jadi Brian-nya Ayana,"  tutur Brian panjang, sedikit risih saat Ayana bertanya seperti ini. Kemungkinan besar ada hal yang mengusik kepercayaan Ayana padanya.

"Aku sayang kamu," ucap Ayana semakin mempererat pelukannya pada tubuh Brian dan menatap Brian dengan sendu.

Brian terkekeh kecil, dielusnya tangan Ayana yang berada di perutnya, "I LOVE YOU MORE, ALESYANA LADEERA," teriak Brian yang mampu merebut perhatian orang-orang di sekitar jalan.

***

AYANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang