Berjanjilah padaku, tetaplah jadi dirimu yang sekarang, untuk selamanya.
——————————————————
Suara seorang laki-laki terdengar ke seluruh bagian sekolah. Terutama oleh keempat gadis, yang sejak tadi hanya diam di dalam kelas.
Test...test....
"Siapa?" tanya Mita heran, pasalnya jarang sekali ada guru yang menggunakan pengeras suara seperti saat ini.
"Gak tau," jawab Maria asal, karena memang dia juga bingung dan heran.
Ayana dan Esya hanya diam, menatap kedua temannya itu. Mereka berdua juga tidak tahu siapa itu, jadi lebih baik diam saja.
Gue gak tau mulai dari mana, untuk mengatakan hal ini.
Seisi sekolah seakan terhipnotis, dan fokus pada suara itu. Mereka yang sedang mengisi perut, menghentikan sendok di tangannya. Mereka yang sedang tidur, seakan mendengar alarm untuk segera bangun. Mereka yang sedang membaca atau belajar, segera menutup bukunya. Mereka yang sedang bercanda ria, terdiam dan saling menatap satu sama lain. Beberapa orang juga langsung berlarian, seakan memperebutkan makanan lezat. Mencari sumber suara di setiap bagian sekolah.
Ada rasa yang selama ini membelenggu.
Semakin banyak yang mencari sumber suara itu, semakin banyak pula yang fokus pada tiap kata yang diucapkan oleh orang itu. Tidak tanggung-tanggung, ada yang ngelive di ig, siaran langsung di facebook, atau sekedar berbagi video di status whatsup.
Untuk kamu, Alesyana ladeera.
Sontak, Ayana dan keempat temannya saling menatap heran. Sedang di tempat lain, Brian mengerjit heran, segera di berdiri untuk mencari pemilik nama yang disebutkan tadi.
jika kamu tidak keberatan, jumpai aku di taman belakang sekolah. Aku akan tunggu sampai kamu datang.
"Gue ke toilet dulu," ujar Ayana segera berdiri, hendak pergi. Namun, belum sempat dia melangkah, Mita menahan tangannya.
"Gue ikut, kalian berdua cek dulu tkp, " kata Mita serius, tidak ada raut bercanda di wajah cantiknya. Diantara mereka berempat, Mita-lah yang paling cantik, itu benar bukan opini belaka.
"Gaya lo, paling mau nyatain cinta," Maria berucap sambil malas-malasan, matanya menatap datar, tidak ada raut peduli disana.
"Wajah lo minta di tabok emang!" Esya segera berdiri dan menarik paksa Maria, "kalian ke toilet, kita cari orang itu. Nanti, gue kabarin," lanjut Esya, sambil menarik Maria ke luar kelas.
***
"Lo gak penasaran?" tanya Mita sambil menatap gadis di depannya ini. Sedang gadis yang ditanyai hanya menggeleng, dan fokus pada kaca toilet.
"Kita gak kesana, kasihan dia nunggu–"
Ayana segera bicara sebelum Mita menyelesaikan ucapannya, "hidup gue udah kayak ftv, banyak masalahnya. Gak mau lagi gue tambah ribet."
"Tapi kalo lo gak pergi, orang pasti bakal ngatain lo sombong."
Benar juga. Jadi bagaimana ini? Ayana tahu, ini ulah orang yang suka menerornya, bagaima tidak tadi pagi, Ayana mendapati surat kecil di lacinya. "Siap untuk hari ini, Dear?". Singkat. Namun, berbahaya dan penuh kejutan.
"Semakin lo buat orang penasaran tentang siapa lo, akan semakin banyak hal baru yang akan lo tanggung."
Lagi-lagi, ucapan Mita membuat Ayana harus berfikir lebih keras. "Yaudah kita kesana." sekali lagi, Ayana tidak boleh egois. Itu juga untuk dirinya sendirikan? Untuk keselamatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
Teen FictionHidup itu pilihan itu kata mereka Lalu kenapa hidupku diselimuti kesedihan Disaat aku memilih bahagia??