02

339 17 1
                                    

2. Tragedi Pelabuhan

Pelabuhan Tanjung Perak pagi itu terlihat ramai dengan para pekerja hilir mudik mengangkut dan menurunkan barang dari atas kapal. Ditambah dengan beberapa keluarga tentara yang terlihat tengah menjemput keluarganya yang baru saja selesai bertugas.

" Halo, kamu sebelah mana? Aku udah sampe pelabuhan, baru turun dari kapal." Terdengar percakapan dari seseorang yang baru saja keluar dari dalam sebuah kapal feri, bersahutan dengan suara seorang nelayan yang tengah membawa hasil tangkapannya menuju pasar ikan yang masih berada di wilayah pelabuhan.

" Minggir-minggir, lewat lewat lewat!!!" Teriak nelayan tersebut nampak tergesa membawa box berisi puluhan ikan bersama rekannya. Sementara itu di tempat keluar mobil dari dalam kapal tak kalah riuh, tipenuhi dengan suara mesin kendaraan dan klakson mobil yang saling bersahutan.

Tiinn Tiinnn Gruunggg

" Woeee Pak hati-hati dong kalo bawa mobil jangan ngerem dadakan!!" Teriak salah satu pengendara yang kesal lantaran pengemudi mobil pick up di depannya yang tiba-tiba mengerem mobilnya.

" Nek mlaku nggowo barang mbok yo o seng ngati-ati to mas! " Celetuk pengemudi mobil pick up yang mengerem mendadak lantaran terdapat seorang lelaki yang membawa sekotak ikan dan terpeleset karena licinnya pelataran pelabuhan, mengakibatkan ikan bawaannya tercecer dan menggelepar di tanah.

Bunyi klakson terus bersahutan dan semakin memekakan telinga dari arah belakang mobil pick up, si lelaki nampak kerepotan menangkap ikan-ikannya yang menggelepar kesana kemari, ditambah dengan suara klakson yang membuatnya kebingungan sekaligus pengang.

Karena kasian dengan si lelaki, bapak pengemudi pick up memutuskan turun sebentar untuk membantu membereskan kekacauan yang terjadi di hadapannya. Tangannya dengan cekatan menangkap ikan-ikan yang hampir kehabisan napas tersebut, mengelap tangannya dan menepuk bahu sang lelaki yang sudah kembali mengangkat bawaannya sejenak.

" Lek abot ojo digowo dewe, ndek kene rame wedine lek sampean kabotan nggowo terus kesrempet wong seng metu ko kapal." Nasihat sang Bapak dengan nada rendah mengingatkan.

" Nggeh pak, ngapunten e kulo kesusu, riyen pak." Ucap sang lelaki sedikit membungkukan badan sebelum beranjak dari hadapannya. Bapak tersebut menggeleng pelan, kembali menghampiri kendaraanya dan menyalakan mesinnya.

Dari tempat keluar mobil kita beralih pada tempat parkir mobil di pelabuhan. Seprang gadis berpiyama minion dengan wajah polos tanpa make up tak lupa kantung matanya yang terlihat jelas baru saja turun dari sebuah mobil putihnya.

Kedua alisnya menukik menimbulkan kerutan di tengah-tengahnya, bibirnya mengerucut sembari menggerutu, tangannya menggenggam sebuah ponsel dengan jari-jari sibuk menari di atasnya. Mendongkan pandangan dari benda pipih persegi tersebut dan beralih menatap sekitar dengan mata menyipit berusaha mencari seseorang yang telah mengganggu hibernasinya dan menyuruhnya menjemput di pelabuhan.

" Ck...!" Sebuah decakan lolos dari bibir merah cerrynya yang pecah-pecah lantaran musim kemarau mulai menyapa.

" Gimana sih ni orang, suruh jemput di chat kaga bales-bales! Ga tau apa gue lagi enak-enak tidur." Dumelnya yang terus merempet tak berujung.

Memutuskan untuk menghampiri seseorang yang telah berhasil memaksanya sampai di pelabuhan pagi-pagi yang tak lain dan tak bukan adalah abangnya sendiri. Berjalan dengan mulut maju layaknya seekor bebek dengan gerutuan yang tak berhenti, kakinya menghentak kuat hingga memunculkan suara khas sandal jepit yang beradu dengan dataran.

Tangannya dan jarinya masih sibuk bermain diatas layar beradiasi berniat merecoki ponsel sang abang. Iya dirinya tau abangnya tersebut baru saja pulang bertugas dengan selamat, dan seharusnya dirinya menyambut dengan suka cita, tapi jika begini ceritanya ya jelas berbeda.Aksinya berhasil menarik perhatian beberapa orang, yang mungkin menganggapnya gila tetapi tak dipedulikannya.

~~~
TBC

Saudara Sang Monster LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang