36. Awal Perjuangan
Dua minggu lebih pernikahan mereka telah berlalu, Dewa akan kembali bertugas hari ini setelah masa cutinya berakhir. Sedang Ghea, gadis itu, ah ralat wanita itu telah disibukan dengan kegiatan barunya di sebuah rumah sakit, menjadi dokter muda atau yang biasa disebut koas demi mendapatkan sebuah title baru didepan namanya.
Dan hari ini, Ghea berencana mengantar sang suami ke dermaga sebelum ia berangkat menuju rumah sakit tempatnya koas sejak beberapa hari yang lalu hingga 2,5 tahun kedepan atau mungkin lebih? Bangun pagi-pagi, membersihkan rumah, membuat sarapan lantas bersiap untuk bekerja, itulah kesibukan barunya saat ini.
" BANGWAA AYO MAKAN!! NANTI GHE TELAT!!" Suaranya menggema di setiap sudut rumah mereka, memanggil suaminya yang tengah berkutat di kamar. Iya rumah mereka, Dewa dan Ghea memutuskan untuk tinggal dirumah mereka sendiri, tidak besar namun lebih dari cukup untuk mereka berdua tinggal dan bersama anak-anak mereka kelak tentunya.
Sebuah rumah minimalis dengan gaya modern, dindingnya banyak terbuat dari kaca guna memberikan kesan luas sekaligus mewah ditemani dinding bata dengan cat perpaduan hitam, coklat moca, dan creem. Halaman hijau dengan satu pohon mangga di bagian sampingnya, sekelilingnya ditanami beberapa bunga, pagarnya dari tanaman yang dipangkas sedemikian rupa. Dibagian terakhir mepet dengan tembok rumah sengaja dibuat kolam ikan yang diatasnya diberi beberapa Bungan teratai.
Rumah di salah satu kompleks perumahan ini terkesan nyaman dan indah di waktu bersamaan. Sebuah mobil keluarga dengan model mini berwarna hitam terpakir indah di halaman rumah, seolah menanti sang tuan rumah untuk menaikinya sembari tersenyum.
" ABANG!!" Ghea berteriak sekali lagi dengan gemas lantaran sang suami yang tak kunjung keluar, tanpa peduli akan mengganggu tetangga atau tidak, toh tetangganya adalah seorang pemuda SMA yang ingin mandiri dan tinggal terpisah dengan orang tuanya.
" Iyaa ini udah." Sahut Dewa sembari berjalan sedikit tergesa menuju meja makan, duduk anteng menopang dagu menatap sang istri yang berjalan kesana kemari menyiapkan sarapan, ah senangnya ternyata begini rasanya hidup dengan orang yang kita cintai.
Ghea duduk dihadapan sang suami dan segera menyantap sarapannya, setelah selesai menyiapkan sarapan untuk Dewa. Merasa diperhatikan dan tengah ditatap lekat oleh manusia di hadapannya, wanita itu pun mendongak sembari memberikan tatapan bertanya.
" Tak apa." Dewa menggeleng sembari terkekeh, tangannya terulur untuk mendekatkan piringnya dan mulai makan dengan hikmat. Menikmati setiap rasa dari setiap gigitan dan kunyahan dari masakan istri mungilnya yang terkadang bar-bar, Ghea mendengus melihat tingkah suaminya yang sedikit tidak jelas lalu menyantap makanan miliknya dengan brutal.
Sesi sarapan telah usai, pun dengan peralatan makan yang telah bersih dan berada di tempatnya masing-masing. Sepasang pengantin muda tersebut telah siap berangkat ke medan tempurnya masing-masing, Dewa yang mengarungi dalamnya lautan, serta Ghea yang membantu menyelamatkan nyawa makhluk tuhan.
Tiba di pelabuhan, Ghea tidak turun dan mengantar sang suami, cukup berpamitan di dalam mobil lantaran waktu yang terus menerus mengejarnya, serta operasi yang akan diikutinya akan segera dimulai. Mengecup tangan sang suami dengan perasaan yang sedikit tidak rela, lalu dibalas elusan kepala dan sebuah kecupan di dahi.
" Jaga diri ya, saya tinggal bertugas sebentar." Ucap Dewa sembari menatap lembut netra sang istri yang mulai berkaca-kaca, tangannya merengkuh erat tubuh mungil tersebut kedalam dekapannya, telapak tangannya mengelus lembut puncak kepala sang istri yang tertutup sebuah pashmina.
" Abang hati-hati ya? Ghea tunggu Abang pulang." Balas Ghea lirih, wanita itu mengusap-usapkan wajahnya di depan dada bidang Dewa. Lelaki tersebut tersenyum lembut, lantas melepaskan rengkuhannya dengan pelan, mengecup puncak kepala Ghea sekali lagi, cukup lama sangat lama matanya terpejam mengguarkan rasa sayang kepada sosok dihadapannya.
" Saya berangkat ya?" Pamitnya setelah melepaskan kecupan serta memberi elusan lagi di puncak kepala. Membuka pintu mobil, Ghea turun melambaikan tangannya, menatap kepergian Dewa hingga tak terlihat.
~~~
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...