26. Jadi, Ya atau Tidak?
Dewa harap-harap cemas sekarang ketika melihat Ghea yang hanya diam mematung tanpa menunjukan ekspresi apapun. Dalam hati gadis itu bertanya-tanya, tanggal berapa ini? Benarkah dirinya dulu lahir di tanggal ini? Dan apa itu barusan dirinya dilamar oleh seorang pria?
Praanggg
Bantingan nampan aluminium berhasil menarik Ghea kedunia nyata, gadis itu mengerjab. Netranya menangkap keberadaan Gara dengan wajah penuh amarah menatapnya bengis, disamping pemuda tersebut pun berdiri kedua temannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
" Dijawab ngapa curut!! Heran gue sama lo daritadi gue liat cengo aja, liat noh abang gue udah kek mayat mukanya gegara lo yang ga jawab-jawab!! Kesel gue kesel sama lo sumpah, mana perut gue laper lagi belum makan dari pagi gegara nyiapin ni acara lah elunya?!" Cerocos Gara panjang lebar berhasil menghentikan alunan musik romantis yang sedari tadi terdengar.
Ghea mengerjabkan matanya tampak mencerna keadaan, lalu tangannya bergerak perlahan menyentuh tiara kecil diatas kepalanya. Mendongak, netranya bertemu pandang dengan Dewa yang kini menatapnya teduh namun tersirat kekhawatiran di dalamnya.
" Ini gue beneran dilamar?" Tanyanya yang membuat Gara menggerang menahan amarah, Ghea tersenyum kikuk menatap Dewa.
" A-a aku?" Ucapnya tergagap sembari menunjuk dirinya sendiri dan menatap Dewa penuh tanya. Demi apapun saat ini jantungnya tengah mengadakan konser ditemani asam lambungnya yang menggelitik perut.
" Benar, saya melamar kamu, ah tidak mengajak kamu menikah tepatnya." Sahut Dewa dengan mantab tampak taka da keraguan dalam setiap katanya. LEMAS!! Itulah yang dirasakan Ghea sekarang, oh sial sensasi apa ini kakinya yang seperti tak kuat menopang tubuhnya sendiri, sendi-sendinya yang ngilu, perutnya yang terasa mulas namun menyenangkan dan sensasi panas yang menjalar di sekitar wajah, leher hingga telinganya.
" B-ukankah seharusnya dikatakan di depan o-rang tua?" Ucapnya lagi dengan sedikit terbata sembari menahan gejolak dalam dirinya yang mengharuskannya berteriak kencang melepaskan segala serangga yang menggelitik perutnya.
Dewa menghela napas, tidak tahukah jika dirinya sangat cemas sedari tadi, lalu gadis ini? Dengan tanpa rasa bersalahnya menunda memberi jawabannya, oh tuhan untung dirinya sayang. Pemuda tersebut menoleh kesamping seolah memberi kode, lalu munculah kedua orang tua gadis di depannya sekaligus calon mertuanya beserta sang Ibunda.
Dewa kembali mengalihkan pandangannya, dan mendapati bahwa gadis tersebut tampak terkejut dengan kehadiran orang tuanya. Pemuda tersebut tersenyum tipis, lalu kembali menanyakan jawaban atas penawarannya.
" Jadi, ya atau tidak?" Dewa mengatakannya sembari menatap leka manik mata bulat gelap di depannya, tampak kepala tersebut mengangguk kaku dengan muka sedikit terperangah, Dewa menaikan satu alisnya bingung seperti mendesak sebuah jawaban untuk keluar dari bibir mungilnya.
" A-y-yaa ya." Jawabnya gugup dengan wajah memerah dengan keringat dingin di sekitar dahinya, Dewa tersenyum lega mendengarnya mengusapkan kedua telapak tangannya di wajah sembari mengucap hamdalah.
" Nah gitu ngapa daritadi!! Tinggal jawab ya doang lama bener, lumutan nih gue nunggu!" Ceplos Gara sesaat setelah Ghea memberikan jawaban. Pemuda tersebut bersungut-sungut sembari menghentakan kakinya keras dengan menenteng piring mengambil segala jenis makanan dan mulut yang terus menggerutu.
Para orangtua terkekeh dan menggelengkan kepalanya maklum, Dewa menghela napas dan memijit pangkal hidungnya lantaran kepala yang tiba-tiba pening, Ghea yang mendelik sebal, Shela yang meraup wajahnya lelah sembari menghela napas panjang, Dini yang hanya menatap sekeliling serta Azka yang menatap bingung semua orang.
~~~
TBC
Sampai ketemu di part selanjutnya🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...