35. Kehidupan Baru
Pagi kembali hadir menyambut para makhluk dan umat manusia di hari yang baru, semilir angin yang sejuk berpadu dengan hangatnya sinar matahari. Disebuah kamar hotel yang telah dihias sedemikian rupa ala pengantin baru, sepasang anak manusia tengah tenggelam didalam selimut saling memeluk, benar mereka adalah Dewa dan Ghea.
Dengan posisi Dewa yang memeluk Ghea dari belakang dan wajah yang tenggelam di ceruk leher manusia didepannya. Ghea yang tengah tertidur di tepi kasur sembari meringkuk seperti janin, ah jangan lupakan piyama minion yang melekat nyaman di tubuh mungilnya.
Kedua sejoli tersebut memutuskan untuk kembali kealam mimpi setelah menuntaskan kewajiban mereka dipagi hari, ditambah dengan badan yang sama-sama terasa remuk membuat kedua makhluk tersebut memutuskan untuk bermalas-malasan seharian di ranjang hotel sebelum chek out sore nanti.
Eeerghh
Ghea menggeram sembari menggeliatkan tubuhnya, matanya mengerjab merasa terganggu dengan sinar matahari yang menerobos celah-celah gorden. Membalikan tubuhnya lantas menyusupkan kepalanya kedalam pelukan hangat sang suami, mendusel sekilas pada dada bidangnya lantas kembali kealam mimpi.
Dewa terbangun lantaran gerakan tiba-tiba yang dilakukan oleh manusia dalam dekapannya, pria itu membuka mata. Lantas disuguhkan pemandangan menggemaskan di depan mata, Ghea yang sudah menenggelamkan seluruh tubuhnya didalam selimut, menggeliat dan mengusap-usapkan wajahnya di dada bidang milik Dewa. Kekehan merdu keluar dari bibir, tangannya terangkat untuk menyingkap selimut dan mengelus lembut puncak kepala sang istri sembari menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangannya.
" Menggemaskan." Sepatah kata yang terucap dengan suara keras mengalun indah dari bibirnya, tangannya masih asik mengelus lembut puncak kepala Ghea merambat menuju pipinya yang sedikit cubby dan halus.
Terlalu gemas dengan makhluk didekapannya, Dewa menundukan kepalanya lantas menggesekan hidung bangirnya dengan hidung mungil Ghea hingga wanita tersebut merasa terganggu lalu menggumam tidak jelas, tangannya terangkat untuk menyingkirkan wajah Dewa dari hadapannya.
" Ekhhmm Ghe ngantuk minggir, geli hiiihhh." Gumamnya dengan tangan mengusap kasar wajahnya setelah berhasil menyingkirkan Dewa dari hadapannya. Menggeliat kecil, mencari posisi ternyaman dan secepat kilat ditelan alam mimpi, Dewa terkekeh melihatnya.
Beberapa saat memandangi wajah Ghea yang tengah tertidur, Dewa akhirnya melihat Ghea membuka matanya. Gadis itu beralih berbaring telentang, menguap sembari mengucek matanya yang pelan-pelan terbuka dan mengerjab. Lantas mendongak menatap Dewa yang sedari tadi berbaring menyamping memperhatikannya dengan tangan menyangga kepala, mengangkat sedikit kepalanya memberanikan diri memberi sebuah kecupan di pipi tirus suaminya.
" Selamat Pagi." Sapa sembari menyengir dan menggaruk kepalanya yang terasa gatal membuat rambutnya tambah berantakan. Dewa terkekeh sebelum membalas ucapan selamat pagi dari sang istri, tangannya terulur untuk merapikan rambut Ghea yang berantakan lalu membalas kecupan Ghea berkali-kali lipat.
" Pagi gadis minion." Balasnya dengan suara yang masih serak lantaran tenggorokannya yang belum mendapat asupan air. Membubuhkan kecupan-kecupan ringan dikedua pipi Ghea, mata, dahi, hidung dan terakhir bibir mungilnya yang berwarna cerah.
" Mau makan apa mandi?" Tanya Dewa sembari menyandarkan dirinya di kepala ranjang lalu meraih ponelnya guna memesan makanan.
" Males mandi ah, mau makan banyak-banyak!!" Serunya sembari menyengir, Dewa terkekeh dan kembali mengacak gemas suarai hitam berantakan milik Ghea. Dan satu hari itu mereka habiskan diatas ranjang dengan perbincangan ngalor ngidul, menceritakan tentang diri mereka masing-masing ditemani berbagai kudapan yang sengaja Dewa pesan. Mengawali kehidupan baru mereka dengan saling mengenal, tidak perlu terburu-buru memuaskan nafsu biarkan semua mengalir dengan tenang tak dipaksakan.
~~~
TBC
Duh gemes banget nggak si😲
Vote Vote Vote yeyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...