38

100 6 0
                                    

38. Waktu Bersama

Hari sabtu malam, malam dimana banyak anak muda menghabiskan waktunya di luar rumah. Entah itu hanya sekedar hangout dengan teman, berkencan dengan pasangan atau asik menghabiskan waktu sekedar berjalan-jalan dan berburu kuliner.

Pun dengan Ghea, wanita yang telah seharian bekerja dirumah sakit tersebut saat ini tengah menikmati malam minggunya dengan sang suami. Berjalan-jalan dan nongkrong di pinggir jalan layaknya pasangan remaja, mereka menikmati waktu kebersamaan yang jarang sekali didapat, entah karena Dewa yang mendapat tugas ataukah Ghea yang disibukan dengan pekerjaannya sebagai tenaga medis.

Berjalan mengitari alun-alun kota Pahlawan yang kini sangat ramai pengunjung sembari bergandengan tangan dan menatap sekitar, mencari penjual jajanan yang sekiranya cocok. Mata Ghea berbinar ketika netranya menemukan penjual permen kapas yang tengah ramai dikerumuni anak-anak.

" Bang Bang Bang ituu ituu!!" Ucapnya sembari menarik-narik ujung kaos yang dikenakan Dewa dan menunjuk penuh semangat ke arah penjual, kakinya berhenti melangkah. Dewa tersenyum, dirinya tau sangat tau apa yang tengah diinginkan gadis mungilnya tersebut, namun memilih berpura-pura tidak mengerti.

" Kenapa? Itu apa hm?" Tanyanya dengan alis dinaikan sebelah, menatap seolah-olah tidak mengerti dan bingung. Wanita tersebut berdecak dan mencebikan bibirnya kesal, bibirnya maju. Kakinya menghentak kesal.

" Bangwa mah!!" Rajuknya, lantas menarik kencang tangan Dewa dan membawanya mendekati penjual permen kapas dengan tergesa-gesa lantaran melihat penjualnya yang tengah sepi pembeli. Dewa menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, gemas dengan tingkah seseorang yang saat ini tengah menarik tangannya, lelaki itu memilih pasrah kemanapun dirinya ditarik.

" Pak beli satu dong, yang warna putih dibentuk kepala beruang ya." Titah Ghea setelah tiba dihadapan sang penjual, matanya kembali mengedar mencari makanan. Si bapak penjual mengangguk sekilas dan mulai membuatkan pesanan Ghea. Setelah beberapa saat menunggu pesanan Ghea pun jadi, Bapak penjual memanggilnya untuk memberikan pesanan dan menyebutkan harga, wanita itu hanya mengangguk dan mengambil tusukan permen kapas.

" Bangwa, bayar ya." Ucapnya lalu melenggang pergi menghampiri penjual sate dan cilok tanpa rasa bersalah, Dewa hanya menggelengkan kepala membayar pesanan Ghea dan menyusul istri laknatnya tersebut yang saat ini tengah duduk anteng menunggu satenya siap.

Setelah puas berburu makanan hingga tangannya tak mampu menampung, Ghea dan Dewa memutuskan untuk mendudukan diri beralaskan rumput di bawah sebuah pohon besar bersama beberapa pasangan lainnya.

Duduk bersila dan menjajakan jajanannya tepat dihadapannya, membuka satu bungkus sate lalu memberikannya kepada Dewa lengkap dengan lontongnya, lalu membuka untuk dirinya sendiri dan diletakan di pangkuannya.

Selesai dengan sebungkus sate, dirinya beralih pada sebungkus somay dan duduk tepat dihadapan Dewa untuk mencari sandaran, punggungnya terasa pegal lantaran duduk dengan posisi sedikit membungkukan badan, ditambah lagi dirinya yang seharian tadi mondar-mandir menangani pasien. Dewa sempat tersentak dengan ulah Ghea yang tiba-tiba terduduk di pangkuannya, beruntung makanannya telah habis dan telah dirinya singirkan.

" Punggung Ghe pegel, pinjem dadanya Abang buat sender ya?" Ucapnya sembari mendongak menatap Dewa yang menampilkan raut keterkejutannya. Dewa terkekeh sebelum mengangguk sekilas dan mengelus puncak kepala Ghea yang saat ini sibuk mencampur sambal.

Dan malam itu mereka habiskan dengan menikmati segala jajanan yang telah Ghea borong ditemani obrolan-obrolan ringan diantara keduanya. Ghea duduk ditengah-tengah kedua kaki Dewa diluruskan, bersila dan memangku makanannya, tangannya terulur beberapa kali guna menyuapi Dewa, sedang kedua tangan Dewa saling berbelit di depan perut Ghea.

Bersamadengan pasangan-pasangan lainnya, Dewa dan Ghea menikmati malam minggu mereka,angin malam yang menusuk kulit seolah tak menganggu mereka. Duduk disanasembari mengamati bintang-bintang hingga banyak orang yang telah beranjak meninggalkan alun-alun kota Pahlawan.

~~~
TBC

Saudara Sang Monster LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang