20. Pulang-
Barang-barangnya sudah dikemas, pun dengan teman-temannya yang telah bersiap dengan ranselnya masing-masing. Hari ini Ghea serta relawan beralmamater biru tua akan kembali ke kota pahlawan, jangan lupakan Azka yang ikut serta. Ghea telah meminta izin kepada Bapak Lurah serta Ketua Rt untuk orang tuanya yang bersedia mengadopsi Azka.
Ghea berjalan keluar tenda dengan ransel lumayan besar di pundaknya, menghampiri Azka yang menunggunya di depan tenda terduduk di kursi rodanya dengan sebuah tas di pangkuannya. Gadis itu berjongkok dihadapan bocah yang sebentar lagi akan resmi menjadi adiknya sembari tersenyum dan mengelus kepalanya dengan sayang.
" Azka udah pamit sama temen-temen?" Tanyanya sembari mendongak menatap lembut manik mata bocah dihadapannya tersebut, anggukan ringan terlihat bocah tersebut sedikit mendongak untuk menatap balik manik mata gadis dihadapannya, ingin menanyakan sesuatu agaknya.
" Aku boleh pamit sama Ummi Abbi?" Ucapnya hati-hati, Ghea terkekeh medengarnya ah lucunya dia masih malu-malu rupanya, batinnya berceletuk.
" Boleh dong, kakak antar yuk." Sahutnya sembari bangkit dan berdiri dibelakang kursi roda Azka, bocah itu tidak lumpuh permanen dirinya bisa berjalan kembali, nanti setelah pulang dan berada di Surabaya ia akan mengikuti terapi.
Berjalan santai melalui jalanan yang kanan kirinya telah kosong, puing-puing yang sebelumnya berserakan kini sudah dibersihkan, menyisakan beberapa potongan puing kecil yang terjatuh ketika diangkat. Pandangan gadis itu mengedar, sedikit dirinya dapat membayangkan keindahan tempat ini sebelum ditimpa dua jenis bencana yang datang silih berganti.
Dan tibalah mereka di tepi teluk Palu, semilir angin dan deburan ombak yang menyapu pesisir berbatu menyambut mereka. Suasana menenangkan yang mungkin akan sangat mereka rindukan, beberapa warga terlihat telah kembali beraktifitas mengais pundi-pundi rejeki.
" Kakak tinggal sebentar buat naruh tas ya? Nanti kembali kesini lagi." Ucapnya, lantas mengambil ransel yang sedari tadi dipangku bocah tersebut setelah mendapat sebuah anggukan. Lalu meninggalkannya memandang hamparan birunya air sembari berbincang dengan kedua orangtuanya yang telah berada di pelukan alam.
Disinilah mereka sekarang, di tempat pertama menginjakan kaki di Kota Palu, Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu untuk bertolak kembali ke Kota Pahlawan dan kembali bertempur dengan segala tugas dan kewajiban sebagai seorang Mahasiswa.
Bocah dengan kursi rodanya tersebut nampak takjub mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru Bandara. Ghea terkekeh melihatnya, teringat kelakuannya dulu ketika pertama kali menginjakan kaki di Bandara dan sukses membuat orangtua sekaligus abangnya kewalahan serta malu.
Dirinya berlarian kesana kemari sembari berteriak tidak jelas dan mengusili setiap orang yang di temuinya dengan pertanyaan-pertanyaan aneh. Bahkan ketika pesawat akan lepas landas dirinya memaksa ingin duduk di cokpit bersama pilot dan copilot, lebih parahnya lagi duduk di pangkuan pilot yang akan membawa ribuan nyawa keudara hingga Papanya harus turun tangan membopongnya paksa dan membisikan sesuatu yang sukses membuatnya ketakutan dan terdiam hingga pesawat kembali mendarat.
Ah dirinya rindu Papanya, sudah beberapa bulan dirinya tak dapat bertemu lantaran tugas negara yang diemban sang papa. Papa adalah salah satu Prajurit angkatan darat yang belum purna dari tugasnya dan tengah bertugas di Pekanbaru sebelum purna tahun depan tepat saat dirinya wisuda.
Azka, bocah itu tak henti-hentinya berdecak kagum sejak tiba di Bandara tadi, matanya memandang antusias kumpulan awan melalui cendela oval pesawat, hingga tibalah mereka di Bandara Internasional Juanda bocah itu tiba-tiba menyeletuk.
" Aku ingin terbang menembus kumpulan awan dan bekerja menggunakan seragam yang keren." Celetuknya saat berpapasan dengan salah satu pilot yang baru saja selesai bertugas dengan seragam khasnya, Ghea tersenyum lalu mengelus lembut kepala bocah tersebut.
" Belajar yang rajin ya? Biar bisa terbang bersama awan dan membanggakan Ummi dan Abbi Azka." Ucapnya, bocah tersebut mengangguk dan tersenyum antusias menatap Ghea.
~~~
TBC
Silahkan klik ☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...