43. Antara Rela dan Tidak
Tinggal sekitar 2 atau tiga hari lagi kehamilan Ghea akan memasuki usia 9 bulan, tentu saja perasaan cemas dan takut pasti ada, namun perasaan tidak sabar dan bahagia turut membuncah bersamaan dengan perasaan was-was menuju hari kelahiran.
Dan dibulan, serta hari-hari terakhir kehamilannya ini pun Ghea harus bersabar dan merelakan sang suami untuk bertugas selama satu bulan, diluar pulau bahkan hampir mencapai perbatasan. Padahal dirinya sudah sangat berharap dapat ditemani Dewa dihari-hari penantiannya, namun apalah daya, sang suami bukan hanya miliknya namun juga milik negara.
Bumil itu sekarang tengah duduk bersandar di kepala ranjang dengan raut sedih yang amat sangat kentara, netranya mengikuti kemana pun sang suami pergi untuk menyiapkan kebutuhannya. Bibirnya manyun, matanya berkaca-kaca, nampak tidak ikhlas sang suami pergi bertugas, hatinya tak rela namun disatu sisi dirinya pun tidak bisa egois.
" Bangwaa!!" Rengeknya dengan suara lirih, matanya siap meluncurkan air mata yang telah menggenang. Dewa menghela napas, sebenarnya dirinya pun tidak rela harus meninggalkan istrinya sendirian menunggu kelahiran buah hatinya, namun dirinya memiliki kewajiban, dan itu adalah suatu keharusan untuk dilakukannya. Berjalan menghampiri sang istri, duduk disampingnya dengan senyum menenangkan, tangannya terulur untuk mengusap lembut puncak kepala Ghea hingga pipinya yang semakin chuby.
" Iyaa, kenapa?" Tanyanya lembut, tangannya masih setia bertengger mengelus surai hitam istrinya lembut.
" Abang beneran harus pergi?" Ucapnya sedikit terbata dengan bibir bagian bawah yang sedikit maju, matanya menatap memohon kearah Dewa, pria itu menghela napas sebelum kembali tersenyum.
" Saya harus pergi Ghea, saya usahakan bisa menemani kamu melahirkan anak kita, doakan masalah cepat selesai ya?" Ujarnya lembut penuh pengertian, wanita tersebut mengangguk pelan, sebelum kembali mengucapkan pertanyaan dengan nada sedih, padahal dirinya telah mengetahui jawabannya.
" Harus banget ya pergi besok? Nggak bisa nunggu babynya lahir dulu?" Ucapnya memelas sembari mengelus perut buncitnya yang seakan-akan ingin meledak, eh canda deh.
" Yaa, saya harus berangkat besok, sekarang kamu tidur ya? Sudah malam kasian adeknya ngantuk tapi mamanya nggak mau tidur." Ucap Dewa sembari terkekeh, berusaha menghibur istrinya yang tengah bersedih.
Ghea menurut, merebahkan kepalanya diatas paha keras Dewa karena ototnya yang terbentuk, lantas menarik selimut sebatas dada. Matanya terpejam merasakan elusan lembut yang diberikan Dewa di kepalanya, sesekali memberi tepukan ringan, mulutnya bergumam menyanyikan lagu pengantar tidur.
Nyaman, rasa itulah yang Ghea rasakan sekarang, tapa menunggu lama setelah matanya terpejam alam mimpi seolah menariknya kuat-kuat untuk memasukinya. Kesadarannya mulai menipis, namun telinganya masih dapat mendengar sayup-sayup gumaman Dewa sebelum disusul sebuah kecupan yang mendarat di pelipisnya.
" Maafkan saya yang tidak bisa selalu disamping kamu, terkadang ingin rasanya saya meninggalkan semua ini, lalu menjalani setiap hari bersama seperti orang-orang lainnya. Menghabiskan hari dengan bercengkrama dengan istrinya, atau kerepotan mencari keinginan-keinginan istrinya yang tengah mengandung." Gumam Dewa sendu, pria itu lantas terkekeh lalu mengungkapkan kata cinta dan diakhiri memberi kecupan ke pelipis istrinya.
" Satu yang harus kamu tau, saya sangat menyayangi kamu, dan saya bahagia bisa memiliki kamu dihidup saya." Ucapnya, lalu menundukan kepala sembari menatap lembut wajah istrinya yang tengah terlelap.
Cup
Cukup lama sebelum Dewa menjauhkan bibirnya dari pelipis Ghea, pria itu bangkit dan memindahakan kepala Ghea yang berada di pangkuannya dengan perlahan. Mengambil bantal yang menurutnya paling lembut, meletankan kepala di atasnya, lantas merapikan selimut Ghea sampai sebatas dada.
Pria itu beralih kembali pada barang-barang keperluannya untuk bertugas esok hari. Menghela napas sejenak dan mengusap wajahnya gusar, dirinya harus berangkat pagi-pagi esok hari, bertugas.
~~~
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...