44. Bertaruh Nyawa dan Pengharapan
Kelahiran tinggal menunggu hari, menurut prediksi dokter bayi yang dikandung Ghea akan lahir sekitar satu minggu lagi, namun itu hanya prediksi bisa saja lebih cepat ataupun lebih lambat dari tanggal yang telah diperkirakan.
Bunda dan Mama memilih tinggal di rumah Ghea dan Dewa untuk sementara, sejak hari keberangkatan Dewa. Pun dengan Gara yang ikut pulang kemari setelah Koas, sedangkan Ghea, wanita itu memilih untuk menunda kegiatan koasnya selama satu tahun, mulai saat kehamilannya yang memasuki usia 7 bulan hingga anaknya lahir dan berusia 9 bulan kelak.
Semua orang berada di rumah sekarang, Bunda yang sibuk di dapur, Mama yang tengah keasikan mengurus tanaman di depan rumah, serta Gara yang melipir ke rumah Farhan untuk bermain ps. Sedangkan bumil kita tengah duduk anteng menikmati kartun kesukaannya semenjak mengandung, spons kuning.
Duduk selonjoran bersandarkan lengan sofa dengan posisi menyamping menghadap televisi, tangannya mengelus lembut perut buncit miliknya. Sesekali rasa mulas datang mengahampiri, kontraksi palsu tepatnya, hal ini sering terjadi menjelang kelahiran.
Bunda datang dari dapur dengan tangan yang membawa sepiring buah semangka yang telah di potong dadu, duduk di sebelah Ghea dan menyuapi bumil yang tengah fokus tersebut sepotong demi sepotong semangka.
Hingga tiba saatnya jeda iklan, rasa sakit kembali hadir, bahkan terasa lebih menyakitkan dan mulas daripada biasanya. Ghea meringis pelan, tangannya menyengkram sandaran sofa, matanya terpejam dengan tangan lainnya mengelus perutnya berusaha meredam rasa nyeri yang dirasakannya. Hingga dirinya merasakan sesuatu yang basah disela-sela pahanya, dan disusul pekikan panik Bunda.
" Ketuban Ghea pecah!!" Mama datang tergopoh-gopoh dari arah luar, tak lama kemudian disusul kehadiran Farhan dan Gara yang juga mendengar teriakan Bunda. Sedangkan Bunda, wanita paruh baya tersebut berlari menuju kamar Ghea untuk mengambil kerudung dan perlengkapan yang telah disiapkan jauh hari.
" Cepetan tolong Ghea itu eh Gara!!" Damprat Mama panik menggeplak pundak Gara keras, terburu-buru pria itu sedikit panik lalu menghampiri Ghea yang tengah kesakitan, lantas membopongnya dengan sedikit kesusahan sembari menyuruh Ghea mengatur pernapasan. Sedangkan Farhan, pemuda itu telah berlari terlebih dahulu untuk memanaskan mobil.
Tiba dirumah sakit, Ghea menggenggam erat tangan Mama sembari menanyakan keberadaan Dewa, menyuruh Gara untuk menghubungi sang suami dan berharap suaminya dapat mendampingi dirinya melalui proses persalinan. Cukup lama menanti pembukaan lengkap, pun dengan Gara dan Bunda yang berulang kali menghubungi Dewa berharap lelaki itu tiba-tiba telah berada di kota yang sama dan dapat sesegera mungkin menuju rumah sakit. Tepat saat pembukaan telah lengkap dan seorang suster keluar untuk memanggil sang suami, yang sebenarnya tidak ada ditempat, telepon Gara diterima oleh Dewa.
" WOEEE UDAH SAMPE BELOM LO?!! BURU KE RUMAH SAKIT ISTRI LO MAU BROJOLAN INI!!" Ucapnya tak berakhlak tanpa tandang aling hingga menjadikannya pusat perhatian, bahkan beberapa ibu hamil yang menunggu pembukaannya lengkap pun ikut melongokan kepala melihat Gara yang berteriak heboh.
Rupanya, Dewa memang telah pulang hari ini, dan lelaki tersebut berniat memberikan kejutan kepada sang istri dengan sengaja tidak memberi tahukan kapan kepulangannya, dan Gara mengetahui itu. Setibanya ia dipelabuhan, malah dirinyalah yang mendapat kejutan istrinya akan segera melahirkan.
Kepalang panik, Dewa langsung menutup teleponnya, membawa barang-barangnya asal lalu menghampiri Gandi dan mengatakan adiknya akan segera melahirkan. Kedua pria berbadan tegap dengan seragam dinas yang masih melekat tersebut berlarian di sepanjang pelabuhan, beruntung Gandi sempat memesankan keduanya taksi online, tidak seperti Dewa yang berniat berlarian menuju rumah sakit.
Dengan tak sabaran, Dewa menyuruh sang supir taksi pindah tempat lalu dirinyalah yang menggantikan mengendarai mobil. Gandi tak henti-hentinya mengumpat di bangku penumpang belakang, perutnya serasa di kocok dan dicabik-cabik lantaran Dewa yang mengendarai seperti ingin menjemput malikat maut, sang supir terlihat pasrah kaku terduduk di depan sana. Dewa tak peduli, pikirannya kalut antara bahagia dan cemas, namun juga bersyukur karena dapat kembali tepat waktu.
~~~
TBC
Anaknya udah mau lahirnih🎉
Vote, Komennya bisalah
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...