23. Rencana
Setelah pembicaraan mereka tempo hari, Gandi menyarankan agar Dewa menyatakan perasaannya saat hari ulang tahun Ghea yang jatuh tempo pada esok hari. Dan disinilah kedua pria itu berada, ditambah satu pasukan lagi yang tidak lain adalah Gara, berkumpul di pinggir kolam renang untuk membicarakan rencana mereka esok hari, mengejutkannya Dewa tidak hanya menyatakan perasaannya namun melamar Ghea secara langsung ditanggal lahirnya gadis tersebut.
" Jadi gimana nih Bang?" Tanya Gara penasaran pada rencana yang akan di lakukan abangnya yang akhirnya dapat merasakan jatuh cinta tersebut, tentu saja dirinya terkejut saat tiba dirumah disambut teriakan membahana Gandi yang memberitahukan seluruh penghuni rumah jika sahabatnya menaruh hati pada adiknya sendiri. Pria itu berjalan kesekeliling rumah dengan tangan membawa panci yang dipukul-pukul dengan tutupnya sendiri sembari bernyanyi tidak jelas mengatakan jika Dewa akhirnya tertarik dengan perempuan.
" Kamu tau Ghea sukanya apa?" Tanya Dewa pada Gara, lelaki tersebut nampak tengah berpikir dengan jari telunjuk yang di usap-usapkan di dagu.
" Suka ngebabuin gue." Sahutnya lempeng setelah beberapa lama berpikir, Dewa menghela napas lelah lalu beralih menatap Gandi yang tengah bermain air kolam.
" Apa?" Celetuknya ketika sadar tengah diperhatikan, menoleh sekilas menaikan satu alisnya memandang Dewa penuh tanya.
" Ghea senang kalo diikasih apa?" Tanya Dewa serius, bukan apa dia menanyakan hal ini, tentu saja karena dirinya harus mempertimbangkan apa yang akan dirinya berikan esok dan bagaimana agar membuat Ghea terkesan.
" Kasih duit." Sahut Gandi tanpa menatap sang empu yang bertanya, lagi Dewa menghela napas. Sepertinya memang sangat sulit berurusan dengan wanita, mereka terlalu berbelit hingga membuat perut melilit, namun apalah daya dirinya pun ingin menikah dan memiliki pasangan seperti apa yang diinginkan bundanya.
" Lalu apa Ghea suka bunga? Bunga apa?" Tanyanya lagi sembari menatap adik serta sahabatnya bergantian.
" Bunga bank!" Ucap Gara dan Gandi serentak lalu saling bertatapan sebelum masing-masing mendengus malas, lagi Dewa menghela napas lalu mengacak rambutnya yang hanya setinggi ujung jari.
" Kalian niat bantuin saya tidak heh?!!" Desis Dewa yang merasa jengah, sontak kedua manusia disampingnya meringis sembari menatapnya polos. Keheningan menimpa mereka sejenak, pandangan Gara menyisir kesetiap penjuru belakang rumahnya hingga sebuah ide apik nangkring di pikirannya, lelaki tersebut tersenyum misterius sambil mengusap hidungnya jumawa.
" Sini dah gue punya ide!" Serunya dengan wajah sok serius dengan melambai-lambai menyuruh mendekat, Dewa memandangnya penasaran dengan raut yang tetap datar, sedangkan Gandi memandangnya aneh bersiap mengeluarkan kalimat-kalimat hujatan.
" Gausah gegayaan sok serius dah lo curut! Ga pantes." Baru saja Gara ingin membuka mulutnya menyuarakan ide yang entah datang darimana tiba-tiba nangkring di kepalanya yang kopong, Gandi sudah menyela menampakan raut gelinya, Dewa lagi-lagi menghembuskan napas lelah.
" Ck diem dulu elah, gue serius ini." Decak Gara kesal menatap sinis kearah Gandi.
Jadilah mereka duduk melingkar dengan tangan merangkul membicarakan ide Gara yang katanya the best. Setelahnya mereka bangkit dengan wajah puas masing-masing, menepuk celana bagian belakang mereka yang kotor dan bersiap mengeksekusi taman belakang.
Gara selaku sang pencetus ide melipir keluar untuk memanggil bala bantuan menggarap halaman ini menjadi tempat indah nan romantis yang akan menjadi saksi bisu terikatnya dua insan yang saling bertolak belakang.
Tak lupa dirinya juga memberi kabar untuk para orang tua agar ikut andil dalam rencana kali ini, yaitu Mama dan Papa Ghea yang kebetulan tengah libur dari tugasnya serta sang Ayah dan Bunda nya sendiri yang sangat gembira mendapat kabar anak sulungnya ingin melamar seorang gadis, ditambah lagi gadis itu adalah Ghea yang sudah dirinya anggap layaknya anaknya sendiri.
~~~
TBC
Terimakasih telah berkunjung dan membaca cerita saya ◜‿◝
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...