37. Pulang
Jalanan Kota Pahlawan terlihat lenggang, tidak banyak orang berlalu lalang, suasana sepi dengan udara sejuk bahkan hari masih gelap, sebagian lampu tampak telah dimatikan. Ghea baru pulang dari rumah sakit, benar dirinya mendapat shift jaga malam dan akhirnya bisa pulang saat jam menunjukan pukul 4 dini hari.
Mengendara dengan hati-hati, matanya berat, tubuhnya terasa remuk belum lagi kantung matanya yang tebal. Saat tengah malam tadi, ketika Ghea baru saja dapat memejamkan matanya di kursi tunggu apotek, dirinya dibangunkan paksa lantaran ada operasi daarurat.
Satu pasien kecelakaan lalu lintas yang tubuhnya terjepit di kursi kemudi lantaran menabrak sebuah tiang listrik. Seorang lelaki yang diduga memaksa mengendarai kendaraan dalam kondisi mabuk total. Ghea tak habis pikir dengan orang-orang seperti itu, membahayakan dirinya sendiri demi kesenangan sementara sekaligus melanggar larangan agama.
Dengan terpaksa dirinya kembali terjaga, mengusap wajahnya dengan tangan untuk menghilangkan kantuk, lantas berjalan secepat kilat menuju ruang operasi. Membantu seorang dokter bedah senior yang ditemani seorang dokter anestesi serta seorang perawat, Ghea membantu dengan serius, berusaha mengabaikan rasa kantuknya lantaran sadar ada satu nyawa yang harus dirinya bantu.
Setibanya dirumah, wanita tersebut memarkirkan mobilnya dengan asal dan bergegas masuk rumah. Tubuhnya sudah lengket dan rindu dengan guyuran air yang menyegarkan, terlalu lelah hingga tak sadar jika pintu rumahnya tak lagi terkunci.
Memasuki kamar, lantas melemparkan tas selempangnya ke atas ranjang dan berlalu menuju kamar mandi. Saat akan membuka pintu kamar mandi, dirinya dikejutkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka disusul dengan keluarnya sesosok lelaki yang telah hampir 3 minggu ini meninggalkan rumah. Lelaki tersebut tampak tersenyum menatapnya, dengan wajah dan rambut basah yang meneteskan tetesan-tetesan air. Dan Ghea menduga jika lelaki tersebut baru saja mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat tahajud, Ghea tak peduli lantas menerjang tubuh tegap dihadapannya dengan sebuah pelukan.
" BANGWAA!!!" Teriaknya lantas berlari menubruk tubuh Dewa hingga pria tersebut sedikit kehilangan keseimbangan. Sebelum akhirnya terkekeh dan membawa tubuh lelah istrinya kedalam gendongannya, lalu membawanya menuju tempat tidur dan mendudukan tubuh mungilnya diatas pangkuannya.
" Abang kenapa pulang nggak kabaring Ghe dulu" Ucapannya teredam lantaran wajahnya yang tenggelam kedalam dada bidang Dewa yang tak terbungkus kaos, lagi Dewa terkekeh sebelum memberikan kecupan-kecupan ringan pada Ghea.
" Kan biar surprise." Sahut Dewa dengan nada geli yang tersimpan di dalam kalimatnya, Ghea mendengus ringan sebelum mengeratkan pelukannya. Kedua kakinya melilit di pinggang Dewa, tangannya melingkari leher Dewa dan kepalanya diletakan menyandari dada sembari mendengarkan detak jantung Dewa.
" Jahat iihh!" Ghea mencebikan bibirnya pura-pura merajuk, lagi-lagi Dewa terkekeh. Entah berapa banyak kali dirinya tersenyum dan tertawa setelah menikah dengan wanita di atas pangkuannya ini.
" Kamu nggak mau mandi dulu? Ah atau mau saya mandiin?" Memilih mengabaikan rajukan istrinya, Dewa malah menggoda wanita di depannya dengan mata mengerling jahil. Secepat kilat Ghea berdiri, matanya melotot menatap garang kearah Dewa yang kini menatap geli kearahnya.
" Ga ada ya acara mandiin-mandiinan, badan ku udah remuk semua!" Sentak Ghea sembari berkacak pinggang, bibirnya mengerucut , hidungnya kembang kempis dengan mata melotot tajam. Bukannya terlihat menyeramkan, Ghea malah semakin menggemaskan dimaata Dewa, lelaki itu serasa ingin mengukungnya hingga siang hari, namun ingat dengan kewajibannya di pagi hari.
Dewa tergelak puas, sedangkan Ghea berjalan menuju kamar mandi dengan kaki yang dihentak-hentakan. Mulutnya tidak berhenti menggerutu dengan bibir maju, alisnya bertaut kesal, saking kesalnya wanita tersebut membanting pintu kamar mandi hingga lupa membawa handuk untuk mandi.
Dewasemakin tergelak dibuatnya, menyenangkan sekali rasaanya dapat menggoda istrimungilnya tersebut hingga merajuk, namun akhirnya dirinya sendirilah yang akankesusahan membujuk. Meredakan tawanya dan mengatur napas sembarimenggeleng-gelengkan kepala, lelaki itu memilih beranjak dan membereskan tasselempang istrinya yang dibuang asal, lalu merebahkan diri diatas ranjang.
~~~
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...