01

541 22 4
                                    

1. Dewangga

Menjadi seorang prajurit laut adalah mimpinya sejak memasuki usia remaja, mengabdi dengan mengarungi lautan, serta meninggalkan dunia dalam tugasnya melimdungi negara. Terdengar konyol memang bermimpi tentang kematiannya sendiri tapi itulah dia, Dewangga Prasetya.

Pemuda yang sekarang telah behasil mewujudkan mimpinya menjadi prajurit penjaga laut, mendapat gelar Letnan Dua sekaligus menjadi salah satu anggota Korps Hiu Kencana. Korps Hiu Kencana sendiri adalah satuan khusus kapal selam TNI AL.

Pemuda berwajah lempeng tanpa selera humor, sosok penyayang keluarga yang akan sangat manja kepada sang ibunda. Belum pernah mengenal cinta dalam 27 tahun hidupnya, tidak pernah berdekaatan dengan lawan jenis kecuali ibunya dan beberapa saudara perempuannya. Sering menjadi bulan-bulanan setiap acara kumpul keluarga.

Pemuda itu kini telihat tengah sibuk membereskan barang-barangnya setelah melaksanakan tugas patrol laut dengan beberapa rekannya mengawal 'saudara'nya menyelami lautan membasmi para pelanggar kedaulatan bangsa di atas perairan.

Kembali keatas daratan setelah hampir dua hari berada di dalam tabung baja berjuluk monster laut. Berlalu menghampiri rekan-rekannya yang tengah mengobrol entah membas apa dirinya tidak peduli, raut lempeng setia terpatri di wajah tegasnya.

" Algandi..." Panggilnya kepada salah satu rekan sekaligus sahabatnya di akademi militer dulu.

" Yooo bro?" Jawab pemuda dengan wajah khas jawa bercampur sedikit dengan aksen orang tionghoa terlihat kontras dengan kulit eksotisnya. Pria itu adalah Algandi Mahardika, Prajurit dengan humor kalengan disaat waktu kosongnya sangat kontras dengan Dewa yang tidak memiliki selera humor.

" Saya pulang duluan, Gara menunggu saya di parkiran dermaga." Lanjutnya dengan bahasa formal yang kaku.

" Ck, ilangin deh kebiasan lo bicara kaku gitu." Decak Gandi dengan wajah masam lantaran muak dengan temannya yang terlalu kaku, dirinya berharap Dewa mendapat pasangan cerewet, judes dan berhumor sangat rendah, seperti adiknya mungkin eh. Rekan mereka yang lain terkekeh ringan melihat interaksi keduanya yang terlihat sangat mencolok, yang satu sangat lempeng dan yang lainnya terlewat receh.

" Maaf, saya tidak terbiasa." Pinta Dewa tanpa ada raut lain di wajahnya.

" Terserah, hati-hati Lo!" Tambah Gandi, menepuk bahu Dewa sekilas dan melengos. Memang dasaarnya Dewa minim ekspresi dan tidak peka, tanpa mempedulikan sahabatnya yang merajuk seperti anak kecil dirinya berpamitan dengan rekan-rekannya yang lain dan berlalu menghampiri sang adik yag telah mengomelinya di pesan singkat, terbukti dari handphonenya yang sedari tadi bergetar di saku celana dinasnya.

Berjalan menelusuri dermaga pelabuhan seorang diri dengan pakaian serba hitamnya sukses membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Tak sedikit para gadis dan ibu-ibu mencuri pandang pada dirinya, wajah lempeng dengan hidung layaknya perosotan anak tk, bulu mata yang dapat terbilang panjang serta rahang tegas.

Dirinya berjalan menunduk untuk membenahi sambungan ranselnya yang terasa tidak nyaman, tanpa melihat ada seorang gadis yang berjalan berlawanan arah tepaat di depannya. Gadis itu nampak tengah mengomel dengan pandangan tak lepas dari benda pipih bercahaya radiasi di genggaman tangannya.

Brruugh

Reflek, Dewa meraih pinggang gadis berpiayama minion yang terpental lantaran tidak sengaja menabrak dirinya. Gadis itu gelagapan dan buru-buru menunduk untuk meminta maaf, dan tanpa mendengar balasan darinya langsung melenggang melanjutkan langkah sekaligus dumelannya.

Menggelengkan kepala singkat, tidak habis pikir dengan gadis tersebut, entah siapa yang nekat pergi ke pelabuhan hanya dengan sebuah piyama dan kerudung instan membaluti tubuhnya. Memilih tidak peduli dan kembali melangkah menghampiri sang adik yang mungkin sekarang telah mengeluarkan tanduknya menunggu terlalu lama.

~~~

TBC

Saudara Sang Monster LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang