52. Sebuah Tugas
Dua bulan telah berlalu sejak acara pernikahan Gandi, semua berlalu seperti biasanya yang berbeda hanyalah hidup Gandi yang kini tak lagi sendirian. Pria itu memutuskan untuk tetap tinggal di rumah orang tuanya bersama sang istri, selain karena untuk menemani orangtuanya diusia senja dirinya juga belum membeli rumah sendiri, sebenarnya.
Kedua anak Ghea tengah terlelap di kasur bertingkat di dalam kamar mereka lantaran hari yang memang sudah malam. Sedangkan kedua orangtuanya, Ghea dan Dewa tengah sibuk mempersiapkan barang-barang bawaan milik Dewa. Benar lelaki itu kembali mendapat tugas, sebuah latihan perang tepatnya yang akan dilakukan di perairan Selat Bali dua hari lagi.
Pria itu sengaja bersiap sekaligus berangkat di malam hari ketika dua bocah tersebut tengah terlelap, untuk menghindari segala drama yang akan terjadi jika berangkat ketika mata dua bocah tersebut terbuka.
" Ghea, sini dulu ada yang ingin saya bilang." Titahnya sembari duduk di pinggir ranjang menatap sang istri yang sibuk berlalu kesana kemari menyiapkan kebutuhannya.
" Emm, bilang apasih Bang? Biasanya juga tinggal bilang." Wanita itu berdehem, tetap sibuk dengan kegiatannya. Dewa menghela napas menatapnya, istrinya benar-benar keras kepala.
" Sini dulu bentar." Titahnya lagi yang akhirnya dituruti oleh Ghea dengan langkah sedikit terpaksa, nanggung karena pekerjaannya sebentar lagi akan selesai. Mendudukan diri dihadapan sang suami dengan posisi menyerong, menatap Dewa yang telah menggunakan pakian PDHnya.
" Ghea, kamu jaga diri sama anak-anak ya selama saya pergi?" Ucap Dewa dengan senyum hangat, tangannya mengusap lembut surai hitam Ghea yang sedikit berantakan. Wanita itu mengernyit heran, kenapa? Tidak biasanya sang suami seperti ini, sedikit perasaan was-was menelusup kedalam relung hatinya.
" Abang kenapa sih? Biasanya nggak gini, tenang aja Ghea akan tetep aman sampai Abang pulang kok." Ujarnya meyakinkan sang suami.
Dewa hanya tersenyum mendengarnya, lalu menarik tubuh sang istri kedalam dekapannya, menghirup aroma tubuh yang selama ini menjadi candunya tersebut dalam-dalam, tangannya mengusap belakang kepala Ghea sembari membubuhkan kecupan di dahi berulang kali. Entahlah perasaannya sedikit tidak enak mengenai keberangkatannya kali ini, dan semoga ini hanya ketakutannya semata, ia tak ingin membuat istrinya bersedih karenanya pun dengan anak-anaknya serta Bundanya.
Tentu saja Ghea bingung dengan semua itu, namun wanita itu menikmati setiap hal yang dilakukan sang suami kepadanya. Rasa nyaman yang perlahan berubah menjadi rasa tak rela dan tak ingin melepaskan dekapan yang tengah mengukungnya kali ini. Tiba-tiba saja kamar mereka didobrak dengan keras oleh dua bocah dengan tangan-tangan mungilnya.
Braakkhh
" PAPA!!!" Teriak mereka bebarengan sebelum menubruk tubuh sang Papa dengan tak sabaran, naik ke atas pangkuan papanya lalu menenggelamkan wajah mereka ke ketiak Dewa, Ghea meringsut menjauh sembari menatap bingung kearah dua putranya.
" Papa mo pergi?" Ucap El dengan wajah sendu mendongak menatap sang Papa lalu dilanjut oleh Al yang ikut berceletuk.
" Papa jangan pergi, nanti Al El sama siapa?" Sahutnya sembari mengusap-usapkan wajahnya ketubuh Dewa, suaranya bergetar seperti menahan tangis.
" Papa jangan tinggalin Al sama El!!" Ucap kedua anak itu bersamaan lalu menangis sesenggukan, Dewa menatap kearah Ghea yang masih membeku tidak paham dengan yang dilakukan anak-anaknya. Mengerti maksud tatapan sang suami wanita itu mendekat.
" Heii, Papa kan kerja sayang buat Al sama El juga, nanti kalo Papa nggak kerja yang beliin kalian robot sama mobil siapa, hm?" Ujar Ghea berusaha membujuk anak-anaknya, dua bocah tersebut dengan kompak menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh sang Papa. Dewa dan Ghea saling pandang sebelum kembali berusaha membujuk sang anak yang entah kenapa terbangun kali ini. Dewa menghela napas pelan dengan kedua tangan mengelus puncak kepala anak-anaknya, hatinya tak tenang.
~~~
TBC
Udah mulai masuk konflik akhir nih,
Vote yok bisa yok bisa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...