25. Lamaran Dadakan
19 April, tanggal dimana Dewa akan mengutarakan perasaannya sekaligus tanggal Ghea pertama kali melihat dunia. Pukul 5 dini hari, Dewa berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, gelisah memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi serta bagaimana caranya ia menyampakan perasaannya dengan kalimat yang tidak terkesan kaku.
" Ghea, saya tau ini terlalu tidak masuk akal tapi perlu kamu tau kalo saya.... Ck ah!" Gumamnya diakhiri sebuah decakan dan desahan putus asa, sudah berulang kali dirinya mencoba namun lidahnya tetap terasa kelu ketika akan menyampaikan perasaannya.
Putus asa, dirinya memutuskan untuk mendudukan diri di pinggir ranjang dan menghela napas beberapa kali demi menenangkan pikirannya. Wajahnya gusar, dirinya kembali bergerak gelisah dan mengacak rambutnya kasar. Oh ayolah kemana saja cara-cara menenangkan diri yang telah dikuasainya dalam segala keadaan itu pergi?
Sesaat kemudian teriakan menggelegar disertai gedoran pintu brutal terdengar dari luar kamarnya, tentu saja itu adalah Gara yang katanya ingin memilihkan baju, mendandani serta melatih sang abang yang kaku menjadi sedikit manis dan romantis.
Baiklah mari kita tinggalkan Dewa dengan segala keriwehannya dan kegusarannya bersamaan dengan matahari yang juga menampakan seluruh wujudnya di ufuk timur, memberikan kehangatan sekaligus menerangi bumi.
Sedang sang tokoh utama dari acara lamaran ini nampaknya tidak mengingat hari ulang tahunnya sendiri. Bangun seperti biasa tanpa mengharapkan apapun, menjalankan kewajibannya lalu bersiap alakadarnya untuk menuju kampus. Berjalan tanpa minat menuruni undakan anak tangga, hingga membuatnya nyusrup di anak tangga terakhir.
Bruukh
" Pagi Mama, Papa, Abang buriq." Ucapnya sesaat setelah terjatuh dengan posisi sujud di atas lantai, belum berdiri, Mama melotot terperangah melihat putrinya yang semakin tua semakin tidak beres, Papa menghela napas lelah sembari memijit pangkal hidungnya, Gandi yang berdecak kesal sembari bersungut-sungut serta Azka yang berdiri mematung di ujung tangga sembari mengerjabkan matanya.
Jam kuliah telah usai, Ghea saat ini tengah menyusuri koridor seorang diri entah kemana ketiga temannya ia tak tau dan tidak melihat batang hidung mereka sedari tiba di kampus, ah salah dua teman dan satu suruhannya. Gadis tersebut sesekali berhenti lantaran ada yang memanggilnya, lalu mengernyit ketika mereka memberinya ucapan selamat.
" Haahhh Haahhh ayoo haahhh ikut gue!!" Gara tiba-tiba datang dengan napas tersenggal-senggal lalu menarik tangannya kuat mengajaknya ikut berlari hingga membuatnya sedikit terhuyung.
Dan disinilah Ghea sekarang, ditempat antah berantah yang dirinya tak tau lantaran matanya yang ditutup kain hitam. Alunan gitar akustik serta nada-nada dari tuts piano terdengar merdu, menghadirkan suasana romantis yang mana membuat Ghea meremang.
Dirinya merasakan kehadiran seseorang di belakangnya, lalu membuka menutup matanya secara perlahan. Pandangannya mengedar kesekeliling lalu memicingkan mata berusaha mengenali tempat yang dipijaknya sekarang, cukup terkejut memang tapi tidak terlalu. Belum hilang keterkejutan serta bulu kuduknya yang masih setengah berdiri, suara baritone seseorang di belakangnya sukses membuatnya menegang.
" Selamat ulang tahun, gadis piyama minion." Ucap pria dibelakangnya yang perlahan berpindah posisi sembari merogoh sesuatu di saku celana bahan yang digunakannya, Ghea masih mematung dengan bulu kuduk yang berdiri tegak.
" Saya tau ini terlalu mengejutkan, mungkin membingungkan untuk kamu tapi inilah kebenarannya. Saya tertarik dengan kamu sejak pertemuan tidak sengaja kita di pelabuhan, ah mungkin tidak hanya tertarik, karena kamu selalu menguasai otak saya hingga membuat saja merasa gila. Jadi, Ghea Aprilia izinkan saya menjadi suami kamu." Ucapnya sedikit kaku dengan tatapan dinginnya yang menusuk, tangannya terangkat untuk memasangkan sebuah tiara mini cantik yang baru saja diambilnya dari saku celana, anti mainstream bukan? Sedang Ghea, gadis itu belum memberi reaksi apapun, hanya berdiri mematung dengan mata yang mengerjab beberapa kali, berusaha mencerna apa yang tengah terjadi.
~~~
TBC
Terimakasih telah mengunjungi lapak saya🤗
Silahkan berkunjung kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
Fiksi UmumAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...