15. Tak Terduga Lagi?!!
Baru kali ini Ghea menginjakan kakinya langsung ketempat terjadinya bencana, biasanya dirinya hanya melihat melalui berita di televisi. Berdiri dengan tangan membawa sekardus pasta gigi di samping mobil bak yang membawanya ketempat pengungsian, pandangannya mengedar menyusuri sekitarnya yang hanya terdapat puing-puing bangunan, di ujung sana terlihat beberapa pohon kelapa dan suara gemuruh ombak yang samar-samar terdengar.
Melangkahkan kaki mengikuti langkah teman-temannya menuju salah satu tenda yang telah disiapkan untuk mereka, iya mereka ber-30 akan tidur di dalam satu tenda yang sama, bukan masalah sebenarnya mengingat dirinya pernah mengikuti kemah dengan tidur ber-10 di tenda yang sama dengan ukuran tenda yang jauh lebih kecil.
Pandangannya masih menyisir sekitar, disana dirinya melihat kumpulan beberapa anak kecil berlarian menuju pantai dengan salah seorang anak laki-laki terduduk di kursi roda di dorong oleh salah seorang anak lelaki lain. Wajahnya nampak bahagia tidak menunjukan adanya kesedihan terhadap apa yang dialaminya.
Memasuki tenda yang didalamnya terdapat beberapa temannya, meletakan kardus diatas tumpukan kardus lainnya lalu menaruh asal ranselnya disamping ransel milik Shella dan Dini yang di sebrangnya adalah ransel milik Gara. Pertanyaannya sekarang adalah dimana ketiga manusia tersebut.
" Eh lo liat tiga curut nggak?" Tanyanya pada seorang agdis yang akan keluar tenda, alis gadis itu mengkerut tanda bahwa dirinya sedikit tidak paham dengan pertanyaan Ghea, sedikit lama dirinya mencerna tiga kata pun terucap.
" Keluar, ikut Agam." Ucapnya, Ghea mendengus dan berdecak saat mendengarnya antara kesal karena ditinggal dan gadis tersebut yang terlalu lama menjawabnya.
" Ck, gitu kek daritadi gue udah bingung setengah mampus juga." Gerutunya dengan maju layaknya ikan, berjalan dengan kaki yang sedikit dihentak tanpa sadar jika tali sepatunya lepas.
Berdiri bersedekap di samping tenda dengan pandangan menyisir sekitar, mulutnya masih sibuk menggerutu tidak jelas. Netranya menangkap kehadiran keempat pemuda yang tengah berbincang dengan salah satu dokter yang juga merupakan relawan terlihat dengan id card yang menggantung di lehernya.
Kakinya melangkah, matanya menyipit berusah menangkap apa yang mereka bicarakan hingga terlihat sangat serius. Matanya yang sudah segaris dari sananya semakin tidak terlihat karea ulahnya, berjalan tanpa memperhatikan langkahnya, menyebabkan dirinya tergelincir setelah menginjak serpihan puing, ditambah tali sepaatunya yang lepas juga diinjaknya membuat tubuhnya oleng nyaris menimpa reruntuhan di samping kanan, beruntung ada lengan seseorang yang menahannya.
Menegakan tubuh dan mendongak menatap seseorang yang menolongnya, deg tubuhnya kaku dirinya sedikit malu mengalami hal yang hampir sama dengan orang yang sama. Lelaki tersebut adalah lelaki yang ditabraknya di pelabuhan sekaligus lelaki yang menjadi saksi dirinya mempermalukan diri di rumah Gara lantaran mengambil sebotol sirup dan akan meminumnya.
Ghea meringis melihat tatapan datar prajurit tersebut kearahnya dengan satu alisnya yang menukik, kemudian mengernyit ketika lelaki tersebut mengkatan kalimat yang sedikit membingungkan.
" Tali sepatu." Ucap Dewa ketika melihat tali sepatu Ghea yang terlepas, bukan segera mengikatnya dengan benar gadis itu malah mengernyit dengan wajah yang mengharuskan Dewa menahan diri untuk tidak menguyel-uyelnya. Dewa menghela napas dan memutuskan untuk berjongkok dan mengikatkannya, dapat dirinya rasakan tubuh gadis itu sedikit tersentak.
" Kenapa disini?" Tanya Dewa dengan tangan yang masih berkutat dengan tali sepatu berupaya membuatnya agar tidak kembali terlepas pun dengan sisi sebelahnya, Ghea mendengus mendengarnya.
" Piknik!!" Ucapnya ngegas, Dewa yang telah berdiri dari posisi jongkoknya pun mengernyit bingung.
" Ya jadi relawanlah!! Gitu kok nanya." Damprat Ghea dengan wajah yang dibuat terlihat garang, dan jatuhnya malah lucu di mata Dewa, pemuda tersebut tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya.
" Ikut saya!" Titah Dewa kepada Ghea yang tengah menggerutu dengan pandangan menyisir sekitar di belakangnya, gadis itu mendengus dan berjalan dengan kaki dihentak, senyum tipis kembali terukir.
~~~
TBC
Dipersilahkan memencet tombol bintang di pojok kiri 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
General FictionAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...