04

235 15 0
                                    

4. Ditagih Jodoh

Selepas menyusuri pelabuhan menuju parkiran dan melalui peristiwa konyol menurutnya, mengetuk kaca mobil hitam milik adiknya yang dikunci dari dalam, membuka pintu belakang meletakan tasnya berlanjut membuka pintu depan dan mendudukan dirinya memijit pelipisnya menyiapkan diri mendengar cerocosan sang adik yang sudah mengalahkan omelan para emak.

" Lama banget sih heran gue, udah lumutan gue nunggu." Buka Gara dengan bersungut-sungut, tangannya sibuk memindah gigi koplinng dengan kepala yang menengok kanan-kiri bersiap mengelurkan mobilnya.

" Jauh." Timpal Dewa singkat tetapi tidak jelas, Gara mendengus mendengarnya dan mulai menaikan kecepatan mobilnya keluar area pelabuhan.

" Udah untung gue mau jemput, yang dijemput leletnya ngalahin cewek dandan" Umpatnya dengan wajah masam, Dewa hanya berdehem menanggapi dan begitulah seterusnya sepanjang perjalanan hingga sampai pekarangan rumah, Gara yang terus mengomel tiada akhir dengan Dewa yang hanya menanggapinya singkat sekenanya.

Dari dalam mobil dirinya melihat sang ibunda yang tengah menyiram tanaman-tanaman kesayangannya di depan teras. Bersiap untuk turun dan segera memeluk tubuh sang ibu, menghirup aromanya kuat-kuat yang selalu menjadi candu untuknya.

Brraakk

Menutup mobil kencang-kencang hingga membuat Gara yang tengah melepas sabuk pengaman terlonjak dan mengumpat. Berjalan cepat menghampiri seorang wanita paruh baya dengan daster kebanggannya dan memeluknya dari belakang. Membuat sang empu terlonjak mendapat serangan tiba-tiba, sebelum akhirnya tersenyum hangat dan mengusak surai putra sulungnya yang kini tengah menggelamkan wajah di lekukan lehernya hingga membuat dirinya harus sedikit memiringkan kepala.

" Capek ya bang?" Ucapnya sambil berlalu mematikan kran dengan dua lengan yang senantiasa memeluk pinggangnya.

" Emmm..." Gumam Dewa tidak jelas dan mengusak wajahnya di pundak sang ibunda yang selalu dirinya rindukan ketika bertugas.

" Manja banget sih Bang, buruan deh lo cari cewek sono biar gue bisa memonopoli Bunda, mana tas ditinggal lagi nggak tau apa kalo tas lo berat melebihi dos ague?" Cibir Gara dengan wajah tertekuk yang lagi-lagi mendapat deheman Dewa yang nampak tak peduli sama sekali. Bunda terkekeh dan mengikuti Gara yang telah memasuki rumah terlebih dahulu.

" Jadi Dewangga kapan kamu beri Bunda mantu?" Ujarnya setelah berhasil melepaskan lilitan lengan Dewa dipinggangnya dan mendudukan diri di sofa.

" Nanti." Sahut Dewa yang baru saja melemparkan bantal tepat kewajah Gara yang tengah bermain game, dengan tidak bersalah berlanjut membaringkan tubuhnya di atas paha Bunda. Gara mendelik kesal dengan mata melotot hampir keluar lantaran matanya yang tercolok pinggiran bantal sofa.

" Iya nanti kapan Dewangga Prasetya." Ucap Bunda dengan menekan namanya putra sulungnya gemas dengan bujang satu itu.

" Buruan deh bang, lo udah semakin meresahkan tau gak?" Celetuk Gara dengan tangan melemparkan balik bantal sofa mengenai punggung Gara dan terpental jatuh.

" Kapan-kapan, kalo nemu." Sahut Dewa tak bernada dan semakin menenggelamkan wajahnya ke perut Bunda yang lumayan membuncit.

" Nemu-nemu lo kira cewek barang heehhh?!! Gue sumpahin bucin sama cewek cerewet tau rasa lo!" Serobot Gara layaknya kenalpot para manusia minim akhlak yang memekakan telinga.

" Huss, kamu mandi gih baru pulang juga langsung tidur." Tegur Bunda pada Gara dan mengusir halus Dewa yang terlihat hampir terlelap di pangkuannya.

Pria itu berjalan santai menuju kamarnya dengan ransel yang di sampirkan di salah satu bahunya setelah berdehem menimpali usiran sang Bunda. Gara mencibir pelan kelakuan abangnya, dan segera mengambil kesempatan berbaring di paha sang Bunda sebelum bayi beruang kembali datang dan merebutnya.

TBC

Saudara Sang Monster LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang