31. Rasanya Gila
Pagi telah kembali hadir, menyapa seluruh penduduk bumi, menghadirkan kehangatan yang selalu dinantikan beberapa makhluk untuk membantunya tumbuh. Tidak seperti biasanya, Ghea yang selalu bangun siang dan kembali tidur selepas sholat subuh, hari ini telah berkutata didapur dengan berbagai bahan makanan sejak selesai menunaikan sholat subuh, yang lebih mengherankannya lagi gadis itu memasak sembari tersenyum-senyum dan sesekali terkekeh.
Mama yang akan memasakan makanan untuk sang suami yang siang nanti kembali ketempat dinasnya pun dibuat terkejut sekaligus penasaran. Papa yang diberitahukan sang istri tentang sikap anaknya pun bergidik ngeri, hingga ingin memanggilkan seorang ustad untuk merukyah anaknya.
Keanehan kembali berlanjut hingga siang, saat Ghea dan teman-temannya tengah menyantap makan siang dikantin sembari menunggu jam sks selanjutnya. Gadis itu nampak melamun, menganggurkan semangkuk mi ayam di hadapannya sembari tersenyum lebar.
" Napa ni bocah?" Celetuk Gara menatap ngeri kearah sahabat gesreknya tersebut, mengalihkan atensi Dini dan Shella yang sedari tadi makan dalam diam sembari menatap Ghea penasaran, kedua gadis tersebut kompak menggeleng pelan dengan wajah bingung.
Pemuda tersebut datang sembari menenteng sebuah laptop dan satu buku tebal, ingin mengerjakan tugas agaknya. Meletakan barangnya diatas meja dan berlalu untuk memesan makanan dengan tangannya yang mengelus perut sedikit buncitnya sembari melenguh kelaparan.
Beberapa saat telah berlalu, ketika teman-temannya telah menghabiskan makanannya Ghea masih asik dengan kegiatan melamunnya sembari cengar-cengir, bahkan mi ayamnya telah menggembung dengan kuah yang telah habis. Satu dipikiran teman-temannya itu gigi tidak kering? Bahkan beberapa mahasiswa yang berlalu lalang menaatap ngeri kearahnya.
Gara berdecak kesal, dirinya yang kebetulan belum cukup kenyang bergerak untuk mengambil semangkuk mi ayam milik Ghea yang masih utuh, sayang juga kalo tidak dimakan. Belum menyuntuh permukaan mangkuk, tangannya lebih dulu ditepis oleh sang empunya.
Plakkk
" Punya gue nih, beli sono lo kalo mau!!" Sentak Ghea dengan mata melotot tangannya sibuk menggulung sekumpulan mi dan memasukan mereka semua kedalam mulutnya ganas, ketiga orang yang berada di dekatnya kompak tersentak kaget dan mengerjab-ngerjabkan matanya.
" Ck ya lagian kaga lo makan daritadi, malah cengar-cengir kaga jelas udah kayak tantekun ya gue ambil daripada nggak dimakan, mubazir tau nggak lo." Decak Gara mengelus-elus punggung tangannya yang sedikit memerah akibat tepisan tak berhati yang diberikan oleh Ghea.
" Mana ada nggak gue makan, nih gue makan nih ga liat lo?!!" Balasnya ngegas dengan mulut belepotan penuh mu dan bercak kuah, Gara bergidik melihatnya lalu memilih untuk mengabaikan gadis yang hampir gila disampingnya dan kembali melanjutkan tugasnya yang terbengkalai.
" Lo kayak orang waras kurang obat tau nggak cengar-cengir sendiri daritadi." Celetuk Shela memandang ngeri kearah Ghea yang tengah makan dengan brutal bahkan kuah mi miliknya hingga berceceran di meja dan hampit terkena muka Gara.
Diluar dugaan, bukannya marah atau menyangkal, Ghea malah terkekeh dengan wajah berseri-seri. Dini dan Shella memandang heran kearahnya dengan alis bertaut, Gara tidak peduli lagi dengannya. Lalu tiba-tiba gadis tersebut menyeletuk dengan penuh semangat dan kegirangan.
" Lo pada tau nggak?" Ucapnya dengan cengiran yang masih terpatri, matanya berbinar-binar menatap kedua orang didepannya, keduanya kompak menggeleng dengan raut bingung.
Braaakkk
Ghea menggebrak meja dengan penuh semangat sembari bangkit dari duduknya dan terkekeh, berhasil membuat Shella dan Dini yang menatap penasaran kearahnya berjengit kaget, Gara melotot sangar menatapnya.
" RASANYA GUE HAMPIR GILA!!! HUAAAA!!!" Ghea berteriak penuh semangat lalu berlari keluar kantin meninggalkan minya yang tinggal setengah serta barang-barangnya. Alis kedua gadis disana mengerut bingung, Gara menatap semakin horror sembari menahan malu, bahkan adik tingkat mereka ketakutan.
~~~
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
Ficción GeneralAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...