58. Mengunjungi Untuk Terakhir Kali
Ghea tengah berdiri di lobi Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dengan satu buah koper sedang di tangannya. Bukan, bukan untuk berlibur namun dirinya akan menemui sang suami yang tengah nyaman berada di dalamnya lautan yang tenang dan menghanyutkan, mengantarnya bertugas untuk terakhir kalinya dan untuk selamanya, bersama para pasangan dari rekan-rekan Dewa yang ikut tinggal di kedalaman laut.
Esoknya, setelah mendengar berita tentang tenggelamnya kapal selam di kedalaman 850 m yang tenyata terletak pada 838 m, dirinya mendengar bahwa semua awak kapal dinyatakan gugur. Sedih? Tentu saja, bahkan Gara yang sering bertindak tidak dengan akhlak pun merasakan kesedihan yang sama lantaran kepergian sang Abang.
Dan malam itu juga Ghea serta keluarganya menggelar acara kirim doa dirumahnya, banyak tetangga yang datang ikut berbela sungkawa dan mendoakan. Ia memberi pengertian kepada si kembar bahwa Papa mereka tengah menjalankan tugasnya di alam lain dan tidak akan pernah kembali pulang.
Lalu menjelaskan tentang anggota baru yang akan hadir diantara mereka, iya adik mereka. Ghea meminta keduanya untuk menjadi Abang yang baik dan selalu menjaga adiknya apapun keadaannya, karena Papanya, yang seharusnya melakukan itu tidak bisa melakukannya. Awalnya mereka memang bingung, tak apa itu wajar mereka masih terlalu belia untuk mengerti, nanti lambat laun mereka akan mengerti dengan sendirinya.
" Kak? Langsung ke penginapan kan? Kakak udah pesen taksi, kasian mereka berdua capek banget kayaknya." Ucap Azka tiba-tiba dari belakang berhasil menyentak lamunan Ghea. Ghea menoleh, pemuda itu menghampirinya dengan kedua anaknya yang tertidur di gendongannya. Ghea meringis diam-diam merasa bersalah karena merepotkan sang adik dengan kelakukan anak-anaknya, namun bagaimana lagi dirinya tak mungkin mengatasi sendirian tingkah-tingkah mereka ditempat orang begini.
" Udah kok udah, sopirnya lagi di jalan suruh kita tunggu di depan lobi katanya." Sahutnya sembari mengambil alis El, Azka paham kakaknya tak enak melihatnya sedikit kewalahan, memilih membiarkan lalu mengambil alih koper yang sebelumnya dibawa Ghea.
Mengenakan seragam berwarna biru dengan kerudung yang dimasukan dan di ikat rapi, kedua tangannya mengandeng lengan Al dan El yang celingak celinguk menatap sana sini, diikuti Azka di belakangnya. Ramai, dan penuh dengan keluarga awak kapal yang dinyatakan gugur, itulah keadaan pelabuhan kali ini.
Disana, dirinya melihat foto sang suami yang di pajang lengkap dengan pigora yang sekelilingnya diberi karangan bunga. Difoto Dewa nampak gagah mengenakan seragam dinasnya, tatapannya tajam menghadap kamera, tubuhnya tegap penuh wibawa. Ghea tersenyum tipis melihatnya, tangannya terangkat untuk mengelus foto sang suami, Al dan El di sampingnya menatap bingung kearahnya.
" Mama?" Panggil Al sembari menarik ujung bajunya, Ghea menoleh dan menyakan apa.
" Itu Papa?" Tanya bocah itu lagi, Ghea mengangguk dan mengangkat bocah tersebut dalam gendongannya.
" Iya itu Papa, gimana Papa keren nggak?" Ucapnya dibalas anggukan antusias dari Al.
" Papa keren Al juga mau jadi kayak Papa, tapi Al nggak mau ninggalin Mama El sama adik lama dan nggak pulang." Ucapnya dengan nada sedih dan kepala menunduk di akhir kalimatnya, hati Ghea teriris mendengarnya pun dengan Azka yang kini menatap sendu dan mengelus puncaknya menguatkan.
Ghea, Azka beserta Al dan El berada di salah satu dek kapal, sangat luas bahkan terdapat helipet ditengahnya pun penuh dengan orang, keluarga serta istri mereka yang dinyatakan gugus. Ghea berdiri di dekat pagar pembatas, tangannya membawa keranjang berisi bunga tabor, dengan Al dan El disebelahnya tengah menatap takjub kearah laut dan dijaga oleh Azka.
" Haloo Bangwa, Ghe datang nih buat ngantar Abang, Abang seneng banget ya didalam sana sampe nggak mau naik buat nemuin Ghe sama kembar lagi?" Ghea terkekeh miris setelah mengatakan kalimat tersebut dalam hati, air matanya kembali menetes tanpa diminta.
"Oh ya, Al sama El sebentar lagi mau punya adik loh? Abang seneng kan? Yang tenang disana ya Bangwa, Ghe sama anak-anak Cuma bisa doain Abang dari sini,tunggu Ghe diisana." Dirinya menatap lurus kearah air laut yang beriak tenang, tangannya menaburkan bungapelan kedalam air, dadanya terasa sesak.
~~~
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
Fiksi UmumAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...