12

150 11 0
                                    

12. Tsunami Palu

Pagi hari ini Bunda mulai dengan menyapu setiap sudut rumah sembari mendengarkan berita yang di siarkan oleh salah satu stasiun televisi. Suara pembaca berita mengalun lantang menembus gendang telinga. Menginformasikan berita dari berbagai penjuru negri serta mancanegara, mulai dari informasi kuliner, pariwisata, bencana serta fenomena yang tengah marak berkembang di masyarakat.

" Gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter melanda pantai barat Pulau Sulawesi pukul 18.02 waktu setempat." Suara pembaca berita diikuti beberapa rekaman video amatir serta beberapa foto yang menunjukan puing-puing reruntuhan rumah warga berhasil menghentikan kegiatan yang tengah dilakukan Bunda.

" Innalillahi wa innailaihi rajiun." Kalimat istirja' mengalun diikuti wajah terkejut dan sedih dari Bunda.

" Gempa yang berpusat pada kedalam 10 km dan berjarak 80 km dari barat laut Kota Palu ini disusul dengan tsunami setinggi 11,3 m di Desa Tondo, Palu Timor, Kota Palu sebagai titik tertinggi dan titik terendah terjadi Desa Mapaga, Kabupaten Donggala dengan ketinggian 2,2 m." Lanjut sang pembawa berita dengan wajah serius.

Bunda mengelus dada sembari mengucap istighfar beberapa kali dan mendoakan yang terbaik untuk para korban serta berharap evakuasi korban dapat dilakukan dengan lancar. Suara dering telfon mengalihkan atensinya dari berita yang tengah menampilkan proses evakuasi yang dilakukan oleh basarnas dan beberapa anggota TNI yang ikut serta membantu.

Nama Dewangga terpampang di layarnya, putranya itu baru saja berangkat bertugas beberapa hari lalu. Sebuah senyuman terukir di wajahnya, menampakan guratan-guratan halus di kulit lantaran termakan usia. Bukan lagi hal baru jika putranya sering mengabari dirinya ketika bertugas, sebisa mungkin jika ada kesempatan ia akan menggunakannya untuk berbincang dengan sang Bunda.

" Assalamu'alaikum." Sebuah suara baritone yang sangat familiar di telinganya mengalun merdu ketika melantunkan salam sesaat setelah Bunda menggeser gagang telepon berwarna hijau.

" Wa'alaikumssalam, jadi gimana Bang?" Jawab Bunda dengan pertanyaan yang sama setiap putra sulungnya menelepon.

" Dewa dapet tugas di Palu, mungkin pulang lama." Terang suara disebrang sana yang terdengar sedikit kurang jelas. Lagi, Bunda tersenyum sedikit tidak rela rasanya anaknya harus pergi ke tempat bencana, namun apalah dayanya jika berkatan dengan tugas negara dan kemanusiaan?

" Iyaa, jaga diri ya? Lakukan tugas sebaik mungkin dan jangan tinggalkan ibadah, Bunda doakan kamu dari sini." Balas Bunda dengan suara hangat dan menenangkan.

" Terimakasih, Dewa izin jarang telpon ya?" Bunda terkekeh mendengarnya, sedikit merasa lucu agaknya.

" Yang peting kamu hubungin Bunda udah seneng." Dewa sedikit merenung di ujung sana terbukti dari sambungan yang hening beberapa saat.

" Dewa tutup, Wassalamu'alaikum." Ucapnya mengakhiri panggilan suara dengan sang Bunda.

Disisi lain seorang gadis nampak menatap nanar sekaligus miris sebuah layar persegi beradiasi yang menampilkan sebuah artikel yang memuat berita bencana yang terjadi di Palu kemarin petang. Gadis itu tengah nangkring di salah satu dahan sebuah pohon mangga besar di taman kampusnya sembari menunggu jam kuliah lanjutan, dia adalah Ghea.

Helaan napas berat keluar dari mulutnya, matanya sedikit berair memikirkan nasib anak-anak yang menjadi korban bencana. Mereka mengalami kejadian luar biasa di umurnya yang masih belia dan tentunya dapat menimbulkan trauma di masa mendatang.

Mendapat luka tubuh karena tertimpa puing-puing reruntuhan terjatuh dan terinjak-injak ketika berlari menyelamatkan diri. Serta mungkin luka batin lantaran harus kehilangan dan ditinggalkan orang tuanya lantaran bencana yang melanda.

Hidup berdesak-desakan di tenda-tenda darurat bersama para korban lainnya, makan minum serta pakaian mengandalkan bantuan yang diberikan orang lain, hidup berpangku tangan sampai infrastuktur kembali dibangun dan kekacauan serta kerusakan telah di bereskan. Ghea tidak membayangkan jika dirinya menjadi salah satu dari mereka.

~~~
TBC
Selamat Hari Raya Idul Fitri 🙏🏻

Saudara Sang Monster LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang