22. Curhatan si Jodi
Cuaca nampaknya sangat bersahabat hari ini, terbukti dengan matahari yang bersinar dengan terangnya pagi ini, awan putih berirak beriringan bagaikan kapas yang beterbangan, burung-burung berkicau dengan riangnya bersahutan dengan semilir angin yang menerbangkan dedaunan kering, melodi indah tercipta daripadanya.
Dan dihari yang sangat amat indah ini seorang pria dengan tubuh proporsional telah nangkring di halaman belakang rumah rekannya, tangan kanannya memegang secangkir kopi yang uapnya masih mengepul matanya memperhatikan rekan sekaligus sahabatnya yang tengah melakukan olah fisik, dia adalah Gandi.
Prajurit gesrek tersebut telah meninggalkan rumahnya di pagi buta dan bertolak menuju kediaman sahabat sekaligus rekannya, Dewa. Alasannya simple, dirinya sudah tidak kuat menahan rindu dengan Dewa lantaran ditugaskan ditempat yang berbeda.
Herrghh
Suara sendawa keras terdengar sesaat setelah dirinya menandaskan secangkir kopi ditangannya, Dewa yang tengah mengelap keringatnya di samping Gandi lantas menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Merasa diperhatikan, Gandi menoleh dengan alis menukik satu kearah Dewa.
" Napa lo? Gue nggak mau belok ya, kalo mau belok jangan ngajak-ngajak gue dah." Celetuknya tak santai membuat Dewa mendelik sebal kearahnya. Dewa menghela napas lalu mendudukan diri diatas rerumputan dengan kaki diluruskan, ingin rasanya ia menendang manusia satu ini jika tidak ingat bahwa dirinya adalah rekan sekaligus sahabat Dewa.
" Gandi?" Titahnya memanggil nama manusia disebelahnya, sang empunya nama berdehem singkat untuk menyahutinya, nampak acuh sembari sibuk mencabuti bulu-bulu hidungnya yang mencuat keluar sesekali suara ringisan terdengar ketika sehelai bulu berhasil ditariknya keluar dari tempat persemayamannya.
" Saya suka Ghea." Celetunya tiba-tiba berhasil mengagetkan sekaligus menggagalkan aksi Gandi yang hampir berhasil menarik sehela ibulu keluar untuk kesekian kalinya. Mata Gandi membulat sempurna dengan mulut menganga, jari kelingkingnya sibuk mengorek telinganya sendiri memastikan tidak ada congek yang tertinggal, entah sudah hilang kemana wibawanya sebagai seorang prajurit.
" Ngomong apa lo? Coba sekali lagi takutnya gue salah denger." Ucapnya sembari mendekat-dekatkan telinganya kearah Dewa, hingga membuat pria itu berdecak sebal dan menepis kepala Gandi menjauh dari hadapannya.
"Saya menyukai adik kamu, Ghea." Ucap Dewa sekali lagi dengan suara tegas dan lantang dibarengi seutas senyum diwajahnya. Gandi yang mendengarnya sontak memelototkan matanya tak percaya dengan apa yang barusaja didengarnya.
" Serius lo suka sama adek gue?!! Adek gue yang akhlaknya bahkan ga sampek seperempat?!! Adek gue yang sekalinya ngomong udah ngalahin knalpotnya bajay?!! WAAWW!!" Balasnya tak santai dengan sekali tarikan napas dengan berdecak kagum, diam-diam dirinya mengagumi pesona adiknya yang mampu meluluhkan hati rekan lempengnya ini, Dewa menghela napas sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
" Saya tidak tau sejak kapan dan bagaimana saya mulai menaruh hati kepada adik kamu, yang saya tau dia sering berkelana dikepala saya siang dan malam, dan jantung saya yang berdetak cepat disertai rasa menggelitik di perut saya ketika melihatnya." Terangnya dengan pandangan menerawang, sedang Gandi masih terjebak dalam kekagumannya hingga membuatnya tidak berhenti berdecak kagum dan menggelengkan kepala. Tak lama Dewa menghela napas gusar dengan raut cemas dan mengusap wajahnya dengan telapak tangan.
" Masalahnya sekarang adalah saya tidak tau harus melakukan apa dengan perasaan saya." Celetuk Dewa menyuarakan kegundahannya, Gandi mendengus mendengarnya begini nih kalo ga pernah berurusan sama masalah hati.
" Ya lo tinggal ngomong ke bocahnya lah gitu kok ribet." Semprot Gandi tak santai, Dewa berdecak seba.
" Kalo dia sudah suka orang lain saya harus bagaimana?" Ucapnya resah.
" Ya lo kejarlah sampe dia mau sama lo, tenang aja adek gue jomblo sejak embrio persis kayak lo." Ceplos Gandi tak menyisakan sedikit akhlak pun di akhir ucapannya.
~~~
TBC
Silahkan klik (☆)
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudara Sang Monster Laut
Fiksi UmumAbdi negara, pekerjaan mulia bertaruh nyawa. Bertugas di daerah nan jauh di sana, meninggalkan sanak saudara. Mengorbankan nyawa demi melindungi jutaan nyawa saudara serta kedaulatan bangsanya. ==================================== TERINSPIRASI DARI...